Bab 5

1008 Words
Andre masih kepikiran dengan ucapan Billa yang kemarin. Sebentar, sejak kapan Billa menyukai dirinya? Kenapa selama ini Andre tidak pernah sadar tentang hal itu? Andre yang terlalu bodoh untuk peka terhadap orang yang menyukainya atau Billa yang terlalu pintar menyembunyikan perasaannya? Andre yang jelas-jelas biasa saja dibandingkan Galen dan Galen dengan terang-terangan menyukai Billa tapi Billa justru lebih memilih Andre. Itu benar-benar membingungkan dan membagongkan. Lalu apa yang harus Andre lakukan sekarang? Tetap bersikap bodoh amat dengan Billa atau mencoba memberikan kesempatan untuk Billa untuk masuk ke hatinya. Tidak, Andre tidak boleh melakukan hal itu karena Andre tidak mau persahabatannya dengan Galen hancur hanya karena perempuan, lebih baik ia tidak pernah merespons perasaan dan Billa dan tetap jadi Andre yang tidak menyukai Billa seperti biasa. Salsa perhatikan hari ini Billa lebih banyak diam, dan benar-benar tidak konsens sama pelajaran seperti ada hal berat yang sedang ia rasakan, mereka memang bersahabat, tetapi Billa bukan orang yang seterbuka itu pada sahabatnya, entah kenapa mungkin ia lebih senang memendam daripada menceritakan perasaannya pada orang lain. Padahal Billa bersedia menjadi orang pertama yang siap mendengarkan keluh kesah sahabatnya. "Bil, lo lagi sakit? Kok dari tadi lo diam aja?" Sekarang mereka saat ini sedang duduk di kantin, dan tak jauh dari meja itu ada Andre yang sedang memperhatikan mereka. Billa mengendikkan bahunya. "Gue enggak apa-apa sih, lagi banyak pikiran aja." Salsa meraih tangan Billa, mencoba meyakinkan sahabatnya itu kalau ia bisa menceritakan apa pun pada dirinya. "Ada gue, Bil, lo bisa cerita apa pun ke gue tentang apa pun perasaan lo. Gue ini sahabat lo, kan?" "Thanks, Sal. Nanti gue cerita kalau gue udah siap ya." Salsa menghela napas pelan, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi kalau memang Billa belum siap cerita dan ia akan menunggu sampai Billa siap mengutarakan semua perasaannya. Akhirnya Salsa pun kembali melanjutkan makannya. "Oke, gue tunggu." Tak lama kemudian muncul Galen yang tiba-tiba duduk di sebelah Billa dan laki-laki itu mengacak rambut perempuan di sebelahnya. "Sayang, pulang sekolah kita jalan yuk, kita kan udah lama enggak jalan bareng. Kamu mau enggak?" Billa menghela napas pelan, ia tidak bisa terus-terusan seperti ini, membohongi perasaannya sendiri bukan hal yang menyenangkan apalagi Andre sudah tahu tentang perasaannya yang sebenarnya, lebih baik ia jujur, mungkin nanti ia bisa jelaskan kepada Galen tentang semuanya. "Oke." Hanya 3 huruf itu yang Billa ucapkan. "Oke, kamu lanjutkan aja makannnya, aku ke tempat Andre dulu. Bye." Billa mengangguk dan ia mengikuti punggung Galen yang semakin menjauh dan tanpa disadari mata Andre dan Billa bertemu, tetapi Andre langsung mengalihkan pandangannya, dan hal itu membuat Billa langsung menghela napas pelan. Billa pun menatap Salsa. "Menurut lo ada enggak cowok yang enggak suka sama gue? Secara gue cantik, menarik, pintar, kaya, gue sempurna kan, Sal? Cowok sekeren Galen aja ngejar-ngejar gue." Salsa menatap Billa kemudian berpikir sejenak. "Bil, cinta di dunia ini enggak semua bisa diukur dengan apa yang kita miliki, ada yang berdasarkan hati, dan terkadang hati memang enggak bisa dipaksa, gue akui lo perfect, dan mungkin kalau gue laki-laki akan suka juga sama lo, tapi itu tadi ada orang yang suka berdasarkan hati, bukan berdasarkan visual, otak, dan kekayaan. Kalau hati dia enggak bergetar buat lo, lo bisa apa?" Billa langsung terdiam, mungkin saja Andre memang tidak memiliki perasaan apa-apa kepada dirinya. "Ya udah gue ke kelas dulu." Dan ia beranjak dari tempatnya. Salsa pun langsung bingung. "Apa gue salah ngomong?" Ia pun langsung menyusul Billa. Sedangkan pada tempatnya Galen dan Andre juga sedang berbincang-bincang. "Ndre, gue senang banget akhirnya hubungan gue sama Billa perlahan membaik, dia mau jalan sama gue pulang sekolah ini," ujar Galen dengan wajah yang berbinar-binar. Entahlah yang jelas perasaannya pada Billa sudah tidak tertolong lagi. Benar-benar cewek yang bersembunyi di balik topengnya, sampai kapan dia mau bersikap seolah dia menyukai Galen? "Baguslah, gue ikut senang dengarnya. Oh iya, Gal. Kenapa lo bisa secinta itu sama dia? Padahal lo bisa aja dapatin yang lebih segala-galanya dari dia, Gal." Itu adalah pertanyaan yang ingin selalu Andre lontarkan selama ini dan sekarang baru sempat terealisasi. Galen mengendikkan bahunya. "Kalau lo tanya kenapa gue bisa suka sama dia, sesuka itu, gue enggak tahu jawabannya karena gue suka sama dia itu mucul dari sini." Ia menunjuk jantungnya. "Jantung gue akan berdetak kenca.v saat di dekat dia. Dia cantik, pintar, bisa dibilang cukup sempurna tapi alasan gue milih dia bukan semata-mata karena itu tapi karena hati." Andre terkekeh pelan. "Omongan lo berat ya, Gal. Iya dah semoga kalian bertahan sampai ke jenjang pernikan ya." "Malah gue rencananya mau nikahin dia lulus SMA ini." Andre langsung melotot tidak percaya. "Gila lo, kalian itu masih muda banget, emang kalian enggak mau kuliah dulu, sukses dulu? Astaga lo udah enggak sabar buat rasain malam pertama?" "Biar dia enggak keburu diambil orang, Ndre." "Kalau jodoh mah enggak ke mana, santai dulu, jangan terlalu buru-buru ambil keputusan. Pastikan dulu perasaan kalian, udah saling cinta belum? Mana tahu lo doang yang cinta, dianya enggak." Andre beranjak dari tempatnya. "Udah ah, gue mau ke kelas dulu." Galen langsung menyusul sahabatnya itu dan mengejarnya. "Maksud lo, Ndre? Maksud lo apaaan ngomong kayak tadi, udah jelas-jelas kami saling cinta, apalagi yang mesti dipastikan?" Andre tertawa mencoba mencairkan suasana. "Lebay lo ah, gue cuma bercanda, Galen." Ia tidak mau kalau Galen salah paham sama ucapannya. Mereka berdua pun langsung ke kelas berjalan beriringan, semua orang tahu kalau Andre dan Galen adalah sahabat baik, semoga selamanta tetap seperti itu dan tidak ada hal apa pun yang membuat persahabatan mereka hancur, apalagi karena perempuan. Dan di dalam kelas sana sudah ada Billa yang memperhatikan mereka, lebih tepatnya Billa yang memperhatikan Andre, tapi Andre seakan tidak peduli dengan Billa yang sedang memandangnya dengan tatapan seperti itu, Billa hanya boleh menatap seperti itu pada Galen yang jelas-jelas mencintainya. "Gal, sana samperin cewek lo." Andre pun langsung ke mejanya dan Galen menghampiri Billa di mejanya, tetapi seakan Billa tidak peduli dengan kehadiran Galen, memang yang ia inginkan Andre, bukan siapa pun termasuk Galen, yang saat ini adalah pacarnya. Namun, apa daya orang yang ia sukai, tidak memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD