Devina masuk ke kamar ketika selesai menyiapkan malam, ia hendak memanggil putrinya yang sudah tertidur dan menggulung dirinya dengan selimut, Devina menatap wajah pucat Qiara dan dengan panik menghampiri putrinya itu. “Sayang, kamu kenapa pucet sekali, Nak?” tanya Devina menyentuh puncak kepala Qiara yang terasa sangat panas. “Kamu demam ini, Nak, kamu juga pucat.” Qiara tak bergeming sama sekali dan tak sadarkan diri, meski sang Ibu sudah beberapa kali membangunkannya. “IBU! MBAK!” teriak Devina. Denia dan Amira masuk ke kamar Devina yang begitu sempit. “Apa-apaan sih kamu, kenapa teriak? Salman entar bangun, gimana?” Denia berceletuk. “Mbak, Bu, tolongin aku, Qiara badannya panas sekali, dan dia pingsan,” keluh Devina dengan air mata yang menggenang. “Kamu apaan sih, ya kamu rawat aja,