FASILITAS KANTOR

1004 Words
Sebenarnya, Ethan mendengar perkataan Estella kepada Zalina. Dan ia merasa tidak tega sekretarisnya dihina seperti itu. Ia tau bagaimana kehidupan Zalina melalui orang yang ia perintahkan untuk menyelidiki keluarga gadis itu. Dan, Ethan tidak heran jika memang penampilan Zalina jauh berbeda dengan Estela yang notabene anak orang kaya. "Kenapa bengong di situ? Ayo masuk!" kata Ethan demi melihat Zalina yang hanya diam di depan pintu masuk. "Saya masuk juga?" Ethan berdecak kesal dan langsung menarik tangan gadis itu untuk masuk ke dalam. Saat mereka masuk, pemilik butik yang kebetulan sedang duduk di meja kasir langsung menghampiri Ethan. "Ethan, sama siapa? Mamimu mana? Tante di sini lagi tunggu mamimu, loh." Ethan hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menoleh ke arah Zalina. "Tante, ini Zalina. Dia sekretaris saya yang baru. Apa Tante bisa membantu untuk mencarikan beberapa stel pakaian kerja, dress pesta dan juga beberapa baju santai juga tas, aksesoris dan sepatu yang cocok?" tanya Ethan. Mendengar permintaan Ethan, Zalina jelas langsung melotot kaget. Dengan cepat ia pun menarik tangan Ethan untuk menjauh. "Pak, saya nggak punya uang buat bayar. Saya juga nggak mau nanti gaji saya dipotong," kata Zalina panik. Tawa Ethan meledak seketika membuat kedua pipi gadis itu memerah karena malu dan juga panik. "Ini fasilitas kantor. Kau tidak perlu membayar, jadi diam saja dan menurut. Ini perintah!" Pemilik butik yang bernama Natalia itu hanya tertawa kecil. Ia dan Rania ibunda Ethan adalah teman dekat dan dia tau betul jika Ethan selama ini belum mendapatkan jodoh. Dan melihat gerak gerik Ethan, Natalia sangat yakin jika gadis yang saat ini tengah bersama Ethan pastilah gadis yang istimewa di mata anak sahabatnya itu. Wanita yang elegan itu pun menghampiri keduanya. "Kau belum memperkenalkan Tante sama temanmu ini, Than," kata Natalia hangat sambil merangkul Zalina. "Em ... nama saya Zalina, Bu." "Jangan Ibu, dong. Saya berasa udah tua banget kalo dipanggil ibu. Panggil tante aja seperti Ethan. Pakaian apa saja, tadi, Than? Biar Tante pilihkan untuk Zalina." "Tolong sepuluh pakaian kerja, sepuluh gaun malam dan juga gaun resmi tapi santai. Juga sepatu yang cocok dan tas serta aksesorisnya Tante. Scraff, kalung, semuanya. Termasuk juga dompet. Saya nggak mau nanti kolega bisnis saya mengira kalau saya nggak perhatian sama sekretaris saya." Natalia tersenyum, ia melirik pada penampilan Zalina saat ini. Memang jauh dari kata menarik meski wajah gadis itu cukup cantik dan menarik. "Baik, Tante akan pilihkan. Yuk, ikut Tante," ajak Natalia pada Zalina. Dan dua jam kemudian, Zalina sudah menenteng banyak sekali pakaian, tas, sepatu dan aksesoris. Belum puas dengan semua itu, Ethan meraih sebuah dress cantik berwarna biru dan menyerahkannya kepada Zalina. "Ganti pakaianmu yang sekarang dengan yang ini, lalu tinggalkan tasmu di sini. Masukkan semua isi dalam tas mu ke tas yang ini. Ganti juga sepatumu dengan sepatu yang aku pilih," kata Ethan. "Tapi, Pak ... ini kan sudah banyak sekali, sa-" "Ini perintah! Cepat kerjakan," kata Ethan. Mau tak mau Zalina pun mengikuti perintah atasannya itu. Dan saat ia keluar dari ruang ganti, mata Ethan tak berkedip menatapnya. Ternyata memang apa yang kita pakai akan sangat berpengaruh sekali. TIdak ada lagi itik buruk rupa yang tadi masuk ke dalam butik. Saat ini penampilan Zalina tampak sangat elegan dan berkelas sekali. "Wah, cantik sekali. Kalian kalau tante lihat cocok, loh, apa memang kalian sedang pendekatan?" "Siapa yang sedang pendekatan? Than, ini siapa? Cantik banget deh." Ethan dan Natalia menoleh ke belakang dan wajah Ethan pun terlihat panik saat melihat siapa yang datang. "Hai, Ran. Ini loh anakmu. Ini Zalina sekretarisnya Ethan. Ethan sedang antar dia belanja di sini," kata Natalia. Rania tersenyum penuh arti dan langsung mengulurkan tangannya pada Zalina. "Rania. Saya maminya Ethan. Sudah lama menjadi sekretaris Ethan?" "Baru hari ini, Nyonya," jawab Zalina dengan sopan. Namun, Rania langsung mengerutkan dahinya. "Nyonya? Aduh, kok saya berasa tua sekali. Panggil saya Tante saja. Nat, kau masukkan saja semua tagihan Zalina ke dalam tagihanku, ya. Biar aku yang bayar," kata Rania. "Eh, nggak usah, Ma. Ini udah Ethan bayar semua," kata Ethan. "Bener, Nat?" tanya Rania. "Iya, dia udah bayar, kok." "Ya udah kalau gitu, nanti malam bawa Zalina ke rumah. Mama nggak mau dengar alasan." "Tapi, Tante ... saya belum izin kepada ibu saya di rumah," jawab Zalina dengan cepat. Ia tidak mau ibu dari bosnya ini mengira jika ia dan Ethan memiliki hubungan. "Ya sudah, nanti malam Ethan sekalian meminta izin kepada ibumu. Tante tunggu di rumah." Ethan dan Zalina saling pandang, sementara Rania melenggang sambil menggandeng tangan sahabatnya menuju lantai atas butik itu. "Kita pulang," kata Ethan kepada Zalina. Ia pun membantu Zalina membawa barang belanjaan yang cukup banyak itu ke mobil. Tak lupa ia pun membuang tas dan pakaian lama milik Zalina ke dalam tong sampah tanpa bisa dicegah. "Kita ke kantor, Pak. Tapi, sebelumnya kita mampir dulu ke restoran siap saji. Ada yang kelaparan sejak tadi soalnya," kata Ethan. Pak Soleh langsung mengangguk dan dengan cepat ia pun mengemudikan kendaraan menuju ke kantor. Tak lupa, Pak Soleh juga mampir di sebuah restoran siap saji. Ethan langsung menarik tangan Zalina turun dan masuk ke dalam restoran. "Tunggu di sini," ujarnya. Zalina hanya bisa menuruti ucapan Ethan. Dan ia cukup girang saat melihat Ethan kembali dengan big burger dan juga kentang goreng serta segelas s**u coklat dingin. Zalina memang sudah sangat lapar sejak tadi. "Lain kali, kalau saya mengajak meeting sambil makan siang, jangan ragu untuk pesan makanan. Kau adalah karyawan saya, artinya saya bertanggung jawab penuh. Jangan takut, saya nggak akan potong gajimu. Mengenai permintaan mami, nggak usah didengarkan. Nanti saya akan memberikan alasan. Habis ini, kita ke kantor dulu untuk mengantar saya, lalu kamu akan diantar Pak Soleh pulang. Nggak usah membantah, saya yakin akan sulit membawa barang sebanyak itu pulang ke rumahmu," kata Ethan. "Terima kasih banyak, Pak. Padahal saya baru sehari saja bekerja." "Eh, pakaian itu fasilitas kantor, jangan lupa. Kalau setelah sebulan kerjamu nggak bagus ya pakaian dan tas juga sepatu-sepatu itu saya ambil kembali," kata Ethan. Zalina hanya mendelik sebal, 'Baru aja seneng, eh dijatuhin lagi. Emang dasar bos nggak berakhlak,' makinya dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD