bc

Tak Direstui Karena Ibuku Mantan p*****r

book_age18+
52
FOLLOW
1K
READ
dark
love-triangle
one-night stand
family
HE
arrogant
badboy
drama
tragedy
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Ethan Romano jatuh cinta pada Zalina-Sekretarisnya. Sayangnya, Ethan harus menelan kenyataan pahit karena tidak mendapatkan restu untuk menikahi Zalina. Alasannya karena di masa lalu Ibu Zalina pernah membuat keluarga Romano hampir hancur.

Tidak tahan dengan segala Hinaan serta pertentangan yang terus menerus dari keluarga Ethan, Zalina memutuskan untuk pergi disaat dirinya tengah mengandung bayi Ethan. Menyadari jika Zalina menghilang, Ethan jadi pria gila yang mencari keberadaan kekasihnya.

Ethan yang mati-matian mencari Zalina, sedangkan wanita itu berusaha untuk bersembunyi. Mampukah Zalina terus menerus bersembunyi? Bagaimana dengan nasib anaknya yang akan lahir tanpa sosok ayah?

chap-preview
Free preview
PERTEMUAN PERTAMA
Suasana di gedung perkantoran LA RUE COSMETIC pagi itu masih sepi. Baru petugas kebersihan dan keamanan yang bertugas. Beberapa karyawan tampak baru datang satu dua orang. Mungkin mereka bertugas di bagian front office dan operator. LA RUE memang perusahaan kosmetik yang besar se-Asia Tenggara dan terbesar nomor satu di Indonesia. Awalnya perusaahan dipegang oleh Daniel Romano tetapi, semenjak Ethan anaknya sudah dewasa, Daniel memberikan kepercayaan kepada sang anak. Daniel memilih untuk berdiri di belakang layar dan menghabiskan waktu dengan istri tercintanya Rania. Dia ingin menghabiskan waktu berdua dan menikmati masa tua saja dengan santai bersama istrinya. Sekarang adalah waktunya untuk sang anak. Suasana LA RUE yang masih sunyi tiba-tiba saja pecah oleh jeritan seorang gadis. "Nggak punya mata?! Nggak liat ada manusia sebesar ini? Matanya di mana?" hardik Zalina kesal. Hancur sudah penampilannya hari ini, padahal ia sudah berdandan sejak jam lima pagi. Hari ini wawancara kerjanya. Tapi, penampilannya rusak karena tersiram segelas kopi hitam. "Kamu yang tidak punya mata, kalau mau melamun ya jangan sambil jalan. Melamun dulu, baru jalan, atau seharusnya tadi ketika kamu bangun tidur ya habiskan lamunanmu dulu!" bentak pemuda yang baru saja Zalina hardik. Pemuda itu sebenarnya sangat tampan, dengan tinggi sekitar 180 CM ia tampak begitu gagah. Matanya yang coklat, dengan alis tegas dan tebal, hidung mancung dan bibir yang begitu sensual untuk seorang pria. "Kenapa kamu menatapku seperti itu? Kamu terpesona denganku, kan?" ujar pemuda itu sambil tersenyum nakal. Demi Tuhan, senyumnya membuat Zalina terpukamu, terlebih senyum pemuda itu dihiasi lesung pipi yang membuat segalanya sempurna. Namun, beberapa saat kemudian Zalina sadar jika saat ini seharusnya ia sedang marah, kenapa malah jadi terpaku dan terbius dengan senyum pemuda menyebalkan itu. Tampan tapi menyebalkan apa bagusnya, pikir Zalina. "Jangan mimpi, siapa juga yang terpesona? Aku hanya berpikir kenapa manusia seperti dirimu sangat menyebalkan juga tidak punya attitude! Kamu lihat pakaianku kotor semua gara-gara kamu menabrak dan menumpahkan kopiku!" pekik Zalina. Pemuda itu tertawa kecil, "Nona, dengarkan aku. Aku sedang berjalan dan mataku masih berfungsi dengan sangat baik. Aku melihatmu berjalan ke arahku sambil melamun dan kamu yang menabrakku. Anak buahku bisa menjadi saksi," bantahnya masih dengan senyuman yang begitu menghanyutkan bagi Zalina. Sementara beberapa lelaki dengan pakaian serba hitam yang berdiri di belakang pemuda itu hanya mengulum senyum. "Apa kamu tidak sadar jika kamu tinggi dan ... ah, pokoknya kamu yang salah!" Zalina kehilangan kata. Dalam hati sebenarnya ia menyadari jika ia yang memang melamun dan tanpa sengaja menabrak pemuda itu. Jika ada yang harus marah-marah di sini harusnya pemuda itu, bukan dirinya. "Pokoknya aku tidak mau tau, apa kamu tau jika aku sangat menginginkan untuk bekerja di New Laa Rue Cosmetik ini? Sejak pagi aku sudah berdandan dan menyiapkan satu-satunya pakaian yang menurutku pantas, tapi sekarang lihat! Pakaianku kotor, bagaimana aku bisa mengikuti tes dan wawancara." Pemuda itu tersenyum, "Ah, kamu salah satu kandidat yang melamar di La Rue? Aku dengar CEO nya sangat tampan tapi juga galak dan sangat perfeksionis. Kamu pasti langsung disuruh pulang dengan kondisi seperti ini. Ckckckck ... bagaimana jika kamu pulang saja untuk mengganti pakaianmu?" Zalina menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Pulang pun percuma, aku tidak mempunyai pakaian yang lebih baik. Lagi pula pasti aku akan kesiangan. Tes dan interview akan berlangsung satu jam lagi. Ini semua karena ulahmu yang menumpahkan kopi di pakaianku. Pokoknya kamu harus ganti rugi!" "Enak saja, kamu yang tidak melihat kenapa aku yang harus ganti rugi? Kamu yang jalan tidak lihat-lihat!" "Ah, kalian orang kaya memang sama saja. Tidak pernah mau kalah dan selalu bersikap seenaknya!" ketus Zalina. Suaranya bergetar dan air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Pemuda itu menghela napas panjang, dalam hati ia merasa kasian juga melihat Zalina sedih dan putus asa. Ia pun mengambil dompet dari dalam sakunya lalu mengambil beberapa lembar uang dan mengulurkannya kepada Zalina. "Aku pinjamkan kamu uang, di seberang gedung ini ada butik kecil yang sudah buka. Kamu bisa ke sana dan membeli pakaian yang baru. Aku bekerja di lantai enam gedung ini. Jika kamu diterima di La Rue kita akan bertemu kembali dan saat kamu gajian kamu bisa membayar utangmu," katanya. Zalina mengerutkan dahi, ia tampak menimbang. Zalina bukan gadis yang mudah percaya pada orang. Ibunya selalu mengajarkan untuk selalu kuat dan juga tidak mudah percaya pada orang lain. Tapi, kondisinya sekarang ia dalam kondisi terjepit. Tidak mungkin ia mengikuti tes dengan pakaian kotor. Dan, memang pemuda itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Bukankah dia yang sudah membuat dirinya seperti ini? Untuk pulang pasti tidak akan cukup waktu dan di rumah pun sudah tidak ada lagi pakaian yang bagus. Zalina menarik napas panjang, ia menatap pemuda di hadapannya. Ia tampak tulus memberikan bantuan untuknya. "Ak- aku terima bantuanmu, aku janji akan mengembalikan jika nanti aku diterima bekerja," katanya sambil menerima uang itu. "Baiklah kalau begitu, semoga berhasil," ujar pemuda itu sambil mengedipkan sebelah matanya lalu melangkah pergi. "Terima kasih, eh ... tungguu! Aku belum tau namamu!" seru Zalina. Namun pemuda itu tak peduli dengan seruan Zalina. Gadis manis itu akhirnya memutuskan untuk cepat-cepat membeli pakaian baru dulu. Ia bergegas keluar dari gedung itu dan menuju butik yang tepat ada di seberang gedung La Rue. Dia tidak boleh membuang waktunya. Zalina memilih satu blazer berwarna coklat s**u dengan rok mini berwarna sama dan dalaman berwarna putih. Zalina merasa kembali percaya diri kembali dengan setelan barunya. "Langsung dipakai, Mbak?" tanya penjaga butik itu. Zalina mengangguk, "Iya," jawabnya. Setelah membayar, Zalina pun segera kembali ke gedung New La Rue dan langsung ke lantai 6 gedung itu. Tiba-tiba ia ingat, pemuda tadi mengatakan jika ia bekerja di lantai 6. 'Ah, semoga saja mereka nanti bisa bertemu kembali,' doa Zalina dalam hati. Setelah mengisi tes yang diberikan, satu persatu para kandidat yang melamar posisi sebagai sekretaris dipanggil langsung ke ruangan CEO perusahaan itu. Hingga akhirnya giliran Zalina. Dengan penuh percaya diri dia pun masuk setelah mengetuk pintu sebelumnya. Namun rasa percaya diri Zalina luntur seketika, bahkan ia ingin tenggelam ke dasar bumi saat melihat siapa yang ada di dalam ruangan itu. "Ka-kamu ...." "Namaku Ethan Romano, tadi kamu berteriak menanyakan namaku, bukan?"

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook