Mimpi Buruk

1210 Words
Cakra sedang berjalan di pantai, menikmati pemandangan indah dan semilir angin yang menenangkan. Pandangannya lalu teralihkan pada sosok wanita cantik yang tengah memakai sari, tubuhnya yang indah dan kulitnya yang halus membuatnya begitu sangat bersinar dibawah cahaya senja. Rambut panjangnya yang bergelombang terembus angin membuatnya semakin terlihat memukau dimata Cakra. Cakra lalu tersenyum manis mendapati sari wanita itu terkena angin, membuatnya terlihat sangat indah dan membuat Cakra seakan ingin sekali merengkuh tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. "Viviane!" Senyuman Cakra langsung memudar tatkala mendengar suara seorang pria yang memanggil nama wanita itu, pria itu bahkan berlari menghampiri Viviane, memberikan senyuman termanisnya dan dibalas dengan senyuman manis pula oleh Viviane. "Viviane!" Cakra berusaha memanggil nama Viviane namun lidahnya seolah kelu. Viviane sendiri seolah tak peduli akan kehadiran Cakra, wanita itu malah fokus memperhatikan pria yang berada didepanya. "Ayo kita pergi, aku akan memberikan cinta dan kasih sayang yang besar untukmu, aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia." Ucap pria itu pada Viviane, Viviane pun tersenyum penuh haru, lalu menerima bunga mawar yang diberikan oleh pria itu padanya. "Menikahlah denganku Viviane Sharma!" Pinta pria itu dengan sepenuh hati. "Hm?" Senyuman Viviane terlihat begitu manis. "Menikahlah denganku sayang." "Aku mau Rohit, aku mau." ungkap Viviane dengan penuh kebahagiaan. "Enggak! Vi..." Cakra berseru sekuat tenaga, dan seakan ingin berlari menghampiri Viviane, namun kenapa tubuhnya seolah sulit sekali untuk digerakkan. "Viviane!!!" Pria tampan itu terus berusaha meneriakkan nama Viviane, namun kenapa suaranya seolah menghilang entah kemana. "Aku bersedia Rohit, tolong bawa aku pergi sejauh mungkin, aku mau menikah sama kamu." Tutur Viviane membuat Cakra semakin panik dan ketakutan. "ENGGAK!!! VIVIANE!!!" Suara Cakra semakin tercekat, bayangan Viviane semakin menghilang bersama pria itu dan membuat Cakra semakin ketakutan luar biasa. "VIVIANE!!!" Dan setelah itu, kesadaran Cakra pun sepenuhnya kembali setelah ia meneriakkan nama Viviane dengan sangat lantang. "Ka! Ada apa sayang? Kamu kenapa? Kamu mimpi buruk?" Melly tiba-tiba datang tergopoh-gopoh setelah mendengar teriakan putranya. Wanita paruh baya itupun segera menghampiri Cakra dan memeluk putra semata wayangnya itu. "Vivi mana ma? Vivi dimana?" Tanya Cakra dengan penuh rasa panik, keringat dingin sudah bercucuran, kedua matanya kini bahkan sudah berkaca-kaca. "Vivi tadi pamit pulang Ka, sebelum kamu pingsan dia udah pulang, katanya dia ada acara sama temennya. Mama tadi panik banget waktu kamu pingsan dan mama langsung aja hubungi dokter, tadi dokter udah periksa kamu, katanya kamu cuma kecapean. Kamu masih harus bed rest sayang, kamu tolong dong jangan kerja-kerja dulu, bos kamu pasti ngerti sayang, tolong dong Ka kamu jangan suka bikin mama khawatir." Jelas Melly membuat Cakra menunduk, menyembunyikan airmatanya yang jatuh. Bahkan Melly pun turut berkaca-kaca melihat sang putra, ia benar-benar panik tadi melihat putranya pingsan. "Vivi kenapa pergi ma?" Tanya Cakra sambil menghapus airmatanya. Melly lalu memeluk putranya memberikan kekuatan untuknya. "Sekarang mama mengerti sayang, mama minta maaf kalau selama ini udah paksa kamu. Tadi mama udah bicara sama Tante Rani dan suaminya, sekarang semua keputusan ada ditangan kamu, Vivi juga nurut aja, semua terserah kamu. Dan acara pernikahan kalian sudah kami batalkan." "A-apa?" Suara Cakra seakan tercekat, tidak, kenyataan apa lagi ini? Tadi ia bermimpi Viviane dibawa pergi pria lain, dan sekarang ia malah mendapati kenyataan jika mamanya telah membatalkan pernikahannya bersama dengan Viviane. Kenapa, kenapa d**a Cakra rasanya sesak sekali mendengarnya. "Iya sayang, sekarang mama nggak akan paksain kehendak mama lagi. Kalau kamu emang nggak suka sama Vivi, mama nggak masalah, kamu bisa cari wanita lain, yang penting kamu bahagia dan Vivi juga bahagia. Vivi juga udah capek nunggu kamu." Perkataan Melly semakin membuat Cakra tertekan luar biasa, airmatanya mengalir tiada henti menerima kenyataan yang ada. Demi Tuhan Cakra masih belum percaya jika Viviane sudah menyerah begitu saja terhadap dirinya. Tidak Cakra, bukankah ini yang kamu mau? Tapi kenapa sekarang kamu malah tidak terima? "Ma aku..." "Sekarang mama akan selalu temani kamu sampai kamu benar-benar pulih, mama akan selalu ada untuk kamu sayang." Tidak bukan ini yang Cakra mau, jika Melly berada di rumah, otomatis Viviane tidak akan datang merawatnya lagi. Viviane akan pergi, wanita India itu akan benar-benar pergi dari hidup Cakra. Cakra lantas meremas sprei dengan kuat, tak tahan merasakan sesak yang seolah memenuhi rongga dadanya. Ia bersalah pada Viviane, ia sadar ia sudah membuat kesalahan yang sangat besar kepada wanita itu. *** Malam harinya, Cakra tidak bisa tidur sama sekali. Sejak ia mengalami mimpi buruk tadi siang, pria itu tak bisa berhenti memikirkan Viviane. Sejak tadi ia juga terus mengecek ponselnya, dan sama sekali tak ada tanda-tanda Viviane menghubunginya atau bahkan mengiriminya chat seperti biasa. Saat menelan makanan bahkan lidahnya terasa kelu, tak enak makan, tak bisa tidur, mau melakukan apapun juga rasanya malas untuk Cakra lakukan. Bahkan ia yang biasanya lebih suka bekerja di ruang kerja, entah itu mengecek saham, hasil diskusi, materi-materi meeting dan lain sebagainnya, Cakra bahkan tak bisa melakukanya. Pikirannya dipenuhi oleh wajah Viviane, Viviane yang tak kunjung datang menemuinya malam ini. "Vivi nggak kesini ma?" Tanya Cakra pada Melly yang baru saja masuk ke dalam kamar sang putra. "Kan ada mama sayang, biasanya kalau ada mama kan Vivi nggak datang. Kenapa sekarang kamu nyariin dia?" "Aku..." Melly tahu putranya itu sedang tersiksa, namun Melly pura-pura tidak tahu, Melly ingin memberikan pelajaran kepada Cakra. Seandainya Cakra dan Viviane tidak berjodoh pun Melly sudah siap, ia tak mau memaksakan keinginannya lagi. "Tidur gih! Udah malem banget ini, mau mama bacain dongengnya?" "Nggak perlu ma, aku pakai ear buds aja." Tolak Cakra, padahal ia sedang tidak ingin tidur, lebih tepatnya ia sudah mencoba untuk tidur tapi ia belum bisa melakukannya, ia benar-benar merindukan suara Viviane yang tengah membacakan dongeng untuknya. "Vivi kok sama sekali nggak hubungi aku ma?" Akhirnya Cakra menanyakan hal itu pada Melly. "Dia sibuk banget akhir-akhir ini sayang, kalau dia nggak kabarin kamu, harusnya kamu dong yang kabarin dia. Eh tapi nggak mungkin ya, mama lupa. Udah lah nggak usah mikirin Vivi lagi, sekarang kamu kan udah bebas, mama udah nggak tuntut kamu lagi." Ujar Melly merasa gemas dengan sikap putranya itu. "Mama capek, mama tidur duluan ya! Kamu juga cepetan tidur! Jangan tidur malem-malem." Imbuh Melly mengingatkan putranya, Cakra pun hanya mengangguk menanggapinya. 'Kenapa sih aku? Kenapa sakitnya bisa sampai semenyakitian ini, harusnya aku nggak apa-apa, harusnya aku senang tapi... Tapi kenapa?' Cakra meremas dadanya yang terasa penuh dan sesak luar biasa. Rasa sesal, bersalah, panik, takut seolah bercampur menjadi satu menyiksa dirinya. Ini baru sehari saja, lantas bagaimana bisa Cakra menjalani hari-hari berikutnya jika ia seperti ini terus? 'Mama sebenarnya nggak tega Ka, tapi mau gimana lagi? Ini semua demi kamu, demi supaya kamu sadar sama perasaan kamu. Mama juga kasihan sama Vivi, dia berhak bahagia meskipun akhirnya nggak sama kamu.' Gumam Melly dalam hati sambil menatap punggung putranya yang tampak bergetar. Pada akhirnya Cakra tidak tidur sama sekali, ia memaksa tidur dan akhirnya bisa melakukannya sekitar pukul satu dini hari. Pria dengan gengsi setinggi langit itu akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi Viviane duluan, tapi sayang seribu sayang, ponsel Viviane malah tidak aktif dan membuat Cakra semakin uring-uringan. Dalam tidurnya, pria itu masih tampak gelisah. Ia tidur tapi tak mampu tetidur lelap seperti biasanya ketika Viviane menjaganya. Baru sehari saja Cakra sudah tersiksa lahir dan batin, lantas bagaimana jika ia dan Viviane benar-benar berpisah, sanggupkah Cakra menjalani hidupnya tanpa sosok Viviane? Jawabannya adalah mustahil, karena dirinya memang sudah sangat bergantung pada wanita India itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD