Part 3 (e)

1341 Words
            “Sudahlah, Syah. Apa kau tidak lelah membelanya? Aku ini suamimu tapi kau malah mengurus pria lain saat suamimu sendiri masih membutuhkanmu.” sela Albert dengan wajah marahnya ke Syahquita.             Syahquita menghela napas pelan lalu memutari meja makan dan mengambil tempat tepat di sebelah kanan Albert, ia menutup mulut Albert dengan tangannya saat suaminya itu ingin mengatakan sesuatu.             “Sudah cukup! Jangan memperpanjang masalah ini.” pinta Syahquita selembut mungkin.             “Mana mungkin Albert akan diam. Dia itu seperti gunung berapi!” cibir Robert.             “Roo!!!” Syahquita meliriknya penuh peringatan.             Albert beranjak dari duduknya dan mencondongkan tubuhnya ke depan meja makan dengan tatapan kejam ke arah Robert, “Apa yang sebenarnya kau inginkan, Roo?”             Syahquita tidak habis pikir mengapa kedua pria itu tidak ada yang mau mengalah, mana tidak ada yang bisa membantunya untuk memisahkan mereka berdua. Joven, Dawin dan Keenan sedang keluar kota untuk mengurus pekerjaan mereka, tersisa lah Syahquita dengan kedua pria yang saling bertengkar satu sama lain ini.             Syahquita mengusap wajahnya frutasi, ia menarik bahu Albert dan mendudukan kembali suaminya ke kursi. Ia melihat kedua pria itu secara bergantian, “Mengapa kalian selalu saja bertengkar seperti ini?”             Albert terdiam begitupun dengan Robert namun, keduanya masih menatap sengit seakan sedang beradu tatapan dengan musuh mereka.             “Baiklah, jika kalian ingin bertengkar maka lakukanlah.” Syahquita memberikan garpu makan ke kedua pria itu.             “Lakukanlah di depanku saat ini juga.” tantang Syahquita bersidekap d**a.             Albert membanting garpu itu ke atas meja makan hingga menyisahkan bunyi nyaring ketika benda itu jatuh, pria itu pergi begitu saja dari ruang makan. Syahquita tidak sanggup lagi menghadapi kekacauan yang terjadi saat ini.             “Roo, kau makanlah. Aku akan mengurus beruang kutub itu.” geram Syahquita beranjak dari duduknya.             Syahquita melupakan satu hal, di mana Oliver berada saat ini? Ia melirik kanan dan kirinya, syukurlah anak itu tidak ada saat perdebatan terjadi.             “Arla, aku titip Ollie sebentar.” teriak Syahquita yang tidak tahu di mana keberadaan teman dan anaknya. Yang jelas Arla akan mendengar teriakannya.             Syahquita menyusul Albert yang pergi keluar kastil, dengan sedikit berlari kecil Syahquita mencari keberadaan suaminya saat ini. Saat melewati taman kastil tanpa sengaja ia mendapati sosok suaminya sedang terduduk dengan memerosotkan tubuhnya di bangku taman. Syahquita berjalan mendekati suaminya dan mengambil tempat tepat di sebelah Albert.             “Al.”             “Hmm.” sahut siempunya nama hanya berdeham kecil merespon panggilan istrinya.             Syahquita menarik bahu Albert dan membawanya menghadap ke arahnya, “Aku mohon hentikan perdebatan ini. Aku tidak sanggup lagi setiap kali mendengarnya.”             “Bisa saja, dengan satu syarat.” kata Albert.             “Apa?” tanya Syahquita penasaran.             “Jauhi Robert. Jika kau menjauhi adikku maka aku jamin tidak ada lagi perdebatan.” sahut Albert.             Syahquita menghela napas pelan saat mendengar hal itu, “Bagaimana aku bisa menjauhinya jika kita saja berada di atap yang sama.”             Albert memiringkan tubuhnya sedikit ke kiri sehingga bisa melihat wajah Syahquita dengan jelas, “Bisa jika kau membangun dinding besar untuknya.”             “Kau mengada. Sudahlah, aku minta padamu untuk hentikan semua ini sebelum aku..”             “Sebelum kau apa? Marah padaku?” celetuk Albert.             “Sebelum kesabaranku habis. Kau tidak pernah tahu apa yang bisa aku lakukan untuk meredakan pertengkaranmu itu.” kecam Syahquita membuat bulu kuduk Albert sukses berdiri karena menurutnya perkataan Syahquita sangat horror.             Syahquita pergi menjauh darinya dan Albert hanya bisa melihatinya saja sampai punggung wanita itu tak terlihat lagi. Albert menangkup wajahnya frutasi, ia beranjak dari duduknya dan kembali masuk ke dalam kastil.             Kemarahan Albert kembali  mode on saat melihat Robert dengan santainya makan di seberang Syahquita dengan tatapan penuh gairah ke arah istrinya, itu menurut Albert. Padahal tatapan itu terlihat biasa-biasa saja jika di lihat oleh orang lain. Dengan garang-nya Albert menghampiri Robert lalu menarik kerah baju pria itu begitu saja, tanpa mengatakan apapun Albert melayangkan pukulan keras ke wajah Robert.             “ALBERT!!!” bentak Syahquita spontan berdiri dari duduknya.             Saat Albert hendak melayangkan pukulan keduanya Syahquita menahan tangan kekar Albert sekuat tenaganya, “HENTIKAN!!! AKU BILANG HENTIKAN!!!”             “Mengapa kau selalu membelanya?” geram Albert.             Syahquita melepaskan cengkraman tangan Albert dari kerah baju Robert, ia mencengkram kencang pergelangan tangan Albert yang sudah tentu tidak berefek sakit sedikitpun ke pria itu. Syahquita membawa suaminya ke kursinya dan mendudukan Albert sambil terus menahan bahu kiri Albert agar tidak berontak.             “Apa kau sudah melupakan apa yang aku katakan di taman tadi?” kata Syahquita dengan tatapan mematikannya.             “Why, Syahquita? Kau selalu membelanya? Why? Why?” tanya Albert tak kalah menyeramkan tatapan matanya itu.             “Aku tidak membelanya. Jika aku membelanya maka aku akan berdiri di sebelah Robert saat ini, kau paham?!” kesal Syahquita.             “Percuma, Syahquita. Kau tidak bisa menghindari lava kemarahan suamimu. Dia sudah meledak, jadi biarkan saja.” sahut Robert memperkeruh suasana.             Syahquita menghela napas jengah seraya memejamkan matanya, “Please, kalian berdua membuatku pusing.”             “Sebenarnya apa masalahmu, Robert?” sentak Albert.             Robert tersenyum nyeleneh ke arah kakaknya itu, “Seharusnya aku yang mengatakan hal itu. Apa sebenarnya masalahmu padaku, Al?”             Albert memberontak dan berhasil lepas dari Syahquita yang menahan pundak pria itu, ia menatap nanar Robert yang berada di seberangnya, “Jangan bertanya padaku mengenai hal itu, k*****t!!!”             “Kau tanyakan pada dirimu sendiri, kakakku!!! Sejak aku sadar kau selalu menyalahkan diriku atas pertengkaranmu dengan Syahquita!” kesal Robert.             “KARENA KAU SUMBER MASALAHNYA!!!” teriak Albert penuh kemarahan.             “Jika aku sumber masalahnya maka kau ini apa, huh? Kau yang selalu mencari masalah denganku!!!” Robert sampai menunjuk-nunjuk Albert karena terlalu kesal.             Albert mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku kukunya memutih, “Aku sudah bersabar melihat istriku selalu memperhatikanmu, k*****t!!! Aku tidak akan bersabar lagi!”             “Heh. Kau ini bodoh atau bagaimana? Tentu saja Syahquita khawatir padaku, biar bagaimanapun juga aku pernah menghabiskan waktu cukup lama bersamanya. Jadi kau tak perlu berlebihan!” Robert berbangga diri saat mengatakan hal bodoh nan menyebalkan.             “Kau ingat, Albert. Aku bahkan sudah tidur bersama istrimu.” lanjut Robert dengan wajah evil.             “ROBERT!!!” bentak Syahquita tidak suka dengan perkataan bodoh pria itu.             “Biarkan saja, Syah. Biar suamimu mengingat bagaimana kedekatan kita dulu.” geram Robert tak kuasa menahan amarahnya.             Warna mata Albert sudah berubah menjadi merah darah, pria itu mengitari meja makan dan berdiri angkuh di depan Robert. Satu pukulan kencang Albert layangkan dengan mulus di wajah tampan Robert hingga sudut bibir pria itu berdarah.             Mata Syahquita berkaca-kaca melihat perilaku suaminya dan Robert yang semakin rumit saja, Syahquita menghentikan perkelahian keduanya dengan menarik Albert menjauh dari Robert. Namun, emosi Albert sudah meluap dan tak dapat lagi Syahquita kendalikan.             Albert mendorong tubuh Syahquita ke kirinya agar wanita itu tidak menghalanginya yang ingin berhadapan langsung dengan Robert. Albert menarik kerah baju Robert dan memukul kembali wajah adiknya di sisi yang berbeda sehingga lengkap sudah kedua sudut bibir Robert lebam serta mengeluarkan darah.             Warna mata Robert pun sudah berubah menjadi merah menyala, ia melepaskan paksa tangan Albert dari kerahnya. Kali ini Robert membalaskan apa yang dilakukan Albert padanya, ia mengayunkan tangannya ke arah hidung Albert dan sukses membuat Albert merasakan sakit yang luar biasa, hidung Albert berdarah dibuatnya.             “HENTIKAAANNNNNNN!!!” teriak Syahquita sekencang mungkin tapi kedua pria itu tidak menggubrisnya sama sekali.             Keduanya justru semakin sengit saja, Robert tak henti-hentinya menghujani Albert dengan tinju-nya dan Albert pun kalah dalam sekejap. Tetapi, tidak sampai disitu, emosi Albert masih memuncak ia hanya menunggu sampai bisa menghabisi Robert. Tubuh Albert jatuh ke lantai, ia sengaja menjatuhkan tubuhnya saat Robert menendangnya agar ia bisa membalas perlakuan adiknya.             Albert berdiri lalu bergerak cepat mengayunkan wajahnya sekeras mungkin ke wajah Robert sampai pria itu jatuh ke lantai. Setelah Robert jatuh, Albert menduduki tubuhnya, mencengkram kuat kerah baju Robert dan menghujaninya dengan tinju yang bertubi-tubi. Robert melindungi wajahnya dengan kedua tangannya akan tetapi tetap saja Albert dapat melukai wajahnya hingga babak belur.             Syahquita yang tak sanggup lagi melihat perkelahian itu, ia menarik tubuh Albert agar menjauh dari atas tubuh Robert, “Hentikan, aku mohon.” pintanya.             Albert menghempaskan kasar tangan istrinya dari pundaknya, ia kembali berhadapan dengan Robert. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD