BAB 19

1153 Words
“Ah gue udah paham!” ucap Mark. “Loh? Kita baru belajar setengah jam?” Alana menatap Mark bingung. “Dia sebenarnya udah bisa dengan aksara ini, hanya saja ia masih ragu di beberapa konsonan hurufnya.” Olfie menjelaskan kondisi Mark. “Oh begitu ya? Oke deh, kalau lo gimana?” tanya Alana. “Gue? Udah bisa hanya saja masih sering salah mengingat aksaranya dan gue susah mengingat kosa katanya,” jawab Olfie. Alana menghela napas mendengar perkataan Olfie, “Kalau udah tau begitu kenapa kalian masih ingin meminta ajaran gue?” tanya Alana mulai emosi. “Hanya memastikan saja kalau yang kupelajari tidak salah,” ucap Mark. “Oh begitu ya, kalau begitu gue ajarin Radiant aja gimana?” “Nggak apa-apa, kami udah bisa kok,” ujar Mark. “Oh iya, kami pamit dulu ya. Soalnya ada tugas dari professor yang membimbing kami,” ucap Olfie saat tersadar mereka lupa mengerjakan tugas terpenting mereka. “Seriusan! Gue baru ingat!” Mark mulai panik dan ikut berdiri. “Jadi kalian tetap ikut orientasi dan nggak membolos?” tanya Radiant. “Tepat sekali! Kami ke perpustakaan untuk mencari sessuatu tentang tugas. Lain kali kita ketemuan lagi, ya! See you!” seru Olfie dan langsung membuka portal. Olfie menolak Mark ke dalam portal dan ia menyusul masuk, mereka kembali ke tempat di mana sungai emerald berada. “Bagaimana? lo mendapatkan sesuatu?” tanya Olfie. “Asal usul sungai Emerald ya.. gue rasa ini hanya sungai biasa? Nggak ada hal khusus yang membuatnya menjadi luar biasa atau asal usulnya penting.” “Lo lagi neglantur ya? Kalaupun ini sungai biasa, tapi kenapa professor memberikan kita tugas untuk mencari asal usulnya?” “Mungkin ia ingin mengetes kemampuan analisa kita? Kalau ditanya untuk apa? Mungkin ini lebih ke kemampuan dalam memanipulasi dibandingkan dimanipulasi. Bukankah akan susah jika perang terjadi, kita tidak memiliki pendirian dan mengikuti arus, apalagi biasanya banyak pengkhianat. Itu akan susah jika orang yang seperti kita dimanipulasi, karena bisa dibilang kekuatan kita merupakan inti.” Mark menjelaskan argumennya dan Olfie merasa argumen Mark masuk akal. “Lo benar, gue setuju! Tapi tetap aja kan harus ada jawabannya? Atau mungkin ini sebenarnya lebih sederhana dari yang kita pikirkan?” “Mungkin saja,” balas Mark. Olfie kembali mengingat pertemuan mereka pagi itu dengan Edward, ia mengingat kembali semuanya sampai matanya terbuka lebar dan menyadari sesuatu kembali. “Mark! Hal yang harus kita cari itu hubungan aksara sae dengan sungai emerald ini!” ucap Olfie. “Gue rasa di ujung sungai ini ada suatu petunjuk, bagaimana? Lo mau nyoba menyusurinya?” tawar Mark kepada Olfie. “Gue rasa itu ide yang bagus?” jawab Olfie. Mereka berdua tersenyum dan mulai melangkah menyusuri sungai itu, mereka mengarah ke arah sumber air sungai itu mengalir. Melewati jalanan yang dipennhuhi rumput hijau segar, hutan sedikit jauh dari mereka entah kenapa bisa seperti itu, mereka berpendapat bahwa hutan yang berada di dekat sungai Emerald sengaja ditebang untuk membuat sungai Emerald tampak lebih indah dan bisa dikunjungi. “Sejujurnya gue masih penasaran, apa air sungai ini berbahaya atau tidak.” Mark berujar membuka topik baru. “Kita tidak tau sampai kita mencobanya, bukan?” ucap Olfie. Olfie mendekat ke arah sungai, ia duduk di sana dan mengambil air dengan menggunakan kedua tangannya lalu meminumnnya. Mark yang melihat itu langsung menarik Olfie dengan tenaganya. “Lo mau mati?” tanya Mark tidak habis pikir. “Kita lihat saja, apa gue akan mati atau malah punya kekuatan baru?” ucap Olfie. Olfie mengecap rasa air yang diminumnya itu dan merasakan sesuatu yang sangat tidak asing. “Ini? Rasa buah ceri?” ungkap Olfie. “Buah ceri?” beo Mark. Mereka berdua langsung tersadar suatu hal, tapi untuk memastikan itu mereka benar-benar harus menemukan asal air sungai itu. Jadi keduanya sekarang sedang berlari menyusuri sungai itu dengan rasa penasaran yang kuat. “Wah! Kalau ternyata ini sumbernya dari buah ceri, gue pasti akan menertawakan kebodohan gue sendiri,” ucap Olfie. “Gue juga pasti akan melakukan hal yang sama, kenapa kita berpikir terlalu jauh?” tanya Mark kepada dirinya sendiri dan juga Olfie. *** “Lo mau kemana? Gue udah puas di perpustaakan, beneran mau ke hutan terlarang?” tanya Alana kepada Radiant. “Iya, kenapa? Lo nggak mau nemenin?” “Bukan gitu, gue hanya takut di sana banyak hal berbahaya aja. Yaudah deh kalau gitu, kita ke hutan terlarang.” Alana dan Radiant meminjam beberapa buku, mereka balik ke asrama dulu. Baru setelahnya mereka pergi ke area magicland untuk melihat beberapa kesegaran di sana akan kekuatan sihir. Saat keduanya sampai di magicland benar saja. Di sana banyak yang sedang melatih sihirnya. Ada yang sedang terbang dengan sihir anginnya, ada yang juga terbang dengan menggunakan air, bahkan ada yang bisa melayang tanpa menggunakan elemen apapun. Tidak hanya itu saja, di sana juga terdapat banyak murid yang sedang berduel dan kekuatan mereka benar-benar hebat bukan main. “Eh? Itu sihir benang merah?” tanya Alana menotis seseorang yang sedang berduel dengan temannya yang mampu menggunakan sihir es. “Iya sepertinya, emang kenapa?” tanya Radiant bingung. Radiant memperhatikan orang yang sedang ditunjuk Alana, Radiant langsung paham kenapa Alana melihatnya dengan wajah kaget, itu karena kemampuannya yang sangat luar biasa. Benang merah itu tidak bisa dihancurkan meskipun sudah dibekukan dengan es milik temannya, bahkan dipotong saja tidak bisa. “Gue rasa ia salah satu yang terkuat di sini nantinya,” ucap Radiant dengan yakin. “Tapi entah kenapa gue rasa yang terkuat nantinya itu dua orang yang kita temui tadi,” ujar Alana. “Kenapa?” tanya Radiant bingung dengan keningnya yang berkerut berusaha memahami maksud Alana. “Entahlah, hanya perasaanku saja? Oh iya, lo nggak tau? Waktu Mark datang ke sini, ia berusaha mencoba mengeluarkan sihirnya. Lo tau apa yang terjadi? Ia bisa mengubah musim di Assamble Academy ini hanya dalam hitungan detik. Mulai dari musim es, hujan, hingga panas. Ia mampu melakukannya hanya dengan menutup matanya,” ujar Alana memberitahu. “Apa? Lo serius? Wah! Kalau benar seperti itu, berarti mereka berdua merupakan pasangan kematian yang sangat serasi,” puji Radiant. “Oke, bagaimana cara kita bisa masuk ke hutan terlarang jika itu dijaga seketat itu?” tanya Radiant kepada Alana meminta ide cemerlang teman barunya itu. Alana mengedarkan pandangannya berusaha melihat sisi paling ujung magicland dan disana terdapat hutan terlarang dan sesuai dengan perkataan Radiant, tempat itu ternyata dijaga oleh beberapa petugas. “Mereka kakak kelas bukan?” tanya Alana kepada Radiant. “Kalau diperhatikan dari pakaiannya, sepertinya iya. Mereka memakai baju khusus, oh mungkin seperti OSIS kalau di sekolah kita di bumi?” “OSIS ya? Oke, kalau begitu biar gue aja yang coba bicara. Lo ikut di belakang gue aja, oh iya selagi melewati area ini lo jaga diri juga ya, soalnya pasti bakalan banyak sihir nyasar yang mengenai kita,” ucap Alana. “Oke! Gue juga akan jaga lo kok!” seru Radiant dan mengikuti langkah kaki Alana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD