BAB 20

1162 Words
“Ternyata itu benar berasal dari perkebunan ceri?” ucap Olfie dengan nada kecewa. “Apa menurut lo kita dibodohi oleh Prof Edward?” tanya Archel dengan pandangan tidak menyangkanya. “Gue rasa lebih seperti dipermainkan, apa jangan-jangan ia bisa baca pikiran kita ya?” lirih Olfie. “Pikiran?” “Iya, mungkin Prof Edward ingin mengetes kita saja karena kita terlihat seperti meragukan Assamble Academy.” “Mungkin saja ada hubungannya, tapi kurasa hal yang sekarang paling penting adalah kita harus menemukan hubungan antara aksara sae dengan sungai Emerald. Apa jangan-jangan aksara Sae sendiri terinspirasi dari perkebunan ceri ini?” Mark mencerna perkataan Olfie, setelah mengerti ia mencoba naik ke atas perkebunan. Di mana sebenarnya perkebunan itu berada di atas bukit kecil dan air sungai merah itu berasal dari bebatuan di bawah bukit. Hal itu yang membuat keduanya berpendapat bahwa air merah itu berasal dari perkebunan ceri itu meskipun sebenarnya tidak masuk akal. “Lo mau ngapain?” tanya Olfie melihat Mark mencoba mendaki bebatuan yang cukup curam itu. “Gue hanya penasaran bagaimana kebun di atasnya, lo emang nggak penasaran?” Mark melirik ke belakang melihat Olfie. “Tapi Mark daripada capek mendaki mending kita portal untuk ke atas aja,” ucap Olfie dan membuka portal yang terhubung ke atas bukit. Mark yang melihat itu hanya dapat mengerjapkan matanya karena sekarang ia sedikit terlihat konyol. Mark kembali melangkah mundur dan masuk terlebih dahulu ke dalam portal buatan Olfie, lalu disusul oleh Olfie. “I-ini perkebunannya?” ucap Olfie sedikit tergagap. Sesampai di sana mereka melihat banyak sekali pohon ceri dan sangat daerahnya sangat luas seperti tidak ada ujung. Di setiap pohonnya lebih lebat akan buah ceri dibandingkan dengan daunnya. “Tapi bagaimana air sungai itu bisa bewarna merah dan memiliki rasa buah ceri?” bingung Mark mulaui mencocokkan segalanya. “Mark, lo lupa? Kita sekarang berada di dunia sihir, bukan dunia nyata dimana semuanya serba masuk akal.” Olfie mengingatkan keadaan mereka. “Meskipun begitu, tetap saja harus ada penala..” Mark tidak menyelesaikan perkataannya karena ia melihat sesuatu yang janggal, “Ah sepertinya gue tau kenapa. Pohon di sini tidak seperti pohon yang ada di bumi, coba kesini!” Mark menarik tangan Olfie untuk mendekat ke suatu pohon di mana pohon itu sedikit tergores dan mengeluarkan cairan merah. “Lo lihat ini?” tanya Mark menunjuk goresan di pohon yang mengeluarkan cairan merah. Mark mengambil batu yang kebetulan ditemukannya di dekat pohon itu, ia mengarahkan bagian runcingnya dan menekankan bagian runcing itu ke dalam batang pohon. Lalu Mark menggoreskannya sedikit panjang, air bewarna merah darah langsung keluar dengan sedikit terpecar. “Gila! Apa ini?” tanya Olfie belum tau pasti itu apa. “Ceri, coba lo rasain.” Mark sudah mencicipnya lebih dahulu. Olfie menaikkan sebelah alisnya, ia mengarahkan jarinya ke goresan pohon itu, lalu setelah ada yang mengalir di tangannya. Olfie menarik tangannya dan mengarahkan jarinya itu masuk ke dalam mulutnya, ia mengecap rasanya dan itu benar seperti yang dikatakan oleh Mark. Itu buah ceri. “Lo benar, ini rasa buah ceri. Kalau begitu kita sudah tidak perlu memikirkannya lagi, kan? Berarti aksara Sae terinspirasi dari perkebunan ini. Pastinya nama perkebunan ini sendiri adalah perkebunan Sae!” seru Olfie. “Apa benar begitu?” Mark masih meragukan pendapat mereka. “Benar!” ucap seseorang yang berada di belakang mereka. Mark dan Olfie menoleh ke belakang, mereka melihat seorang wanita dengan pakaian khas tukang kebun terlihat tersenyum kepada mereka berdua. “Hallo!” ucap keduanya dan menunduk sopan. “Kalian anak baru Assamble Academy ya?” tanya wanita itu dengan ramah. “Iya, kami baru berada di sini dua hari yang lalu,” jawab Mark. “Oh iya, panggil saya Bi Lila saja,” ucap Lila memperkenalkan dirinya. “Ah tentu Bi, perkenalkan saya Mark dan teman saya di sebelah ini Olfie!” ucap Mark memperkenalkan diri mereka kembali. “Nak Mark dan Olfie ya, nama yang bagus. Ada keperluan apa kalian berdua ke sini? Kalian termasuk murid tercepat yang bisa menemukan tempat ini,” ucap Lila. “Kami hanya jalan-jalan saja Bi sembari mengerjakan tugas dari Prod Edward. Kami menemukan tempat ini secara kebetulan saja,” jelas Mark. “Bi Lila yang merawat kebun ini?” tanya Olfie. “Iya, hanya Bibi yang merawat kebun di sini. Kalian mau coba buah cerinya? Kebetulan Bibi baru memetik sekeranjang Ceri, ini untuk kalian berdua!” Lila menyodorkan sekeranjang buah ceri yang banyak kepada Mark dan Olfie. Olfie langsung mengambilnya, “Terima kasih banyak, Bi!” ucap Olfie. Mark dan Olfie langsung mencobanya sembari berjalan mengikuti Lila yang membawa mereka ke tempat duduk santai yang ada di perkebunan yang cerah itu. Buah ceri yang mereka berdua makan memiliki rasa yang sangat manis dan lembut, teksturnya sedikit kenyal dan berbeda dengan buah ceri yang ada di dunia. “Ini tidak beracun kan?” tanya Olfie asal kepada Mark. “Kalau beracun seharusnya lo udah mati sedari tadi,” jawab Mark. “Lo seneng ya liat gue beneran mati?” ketus Olfie dengan lirikan matanya yang tajam kepada Mark. “Justru sebaliknya, gue takut dituduh sebagai pembunuh berencana karena kecerobohan lo sendiri,” balas Mark. Olfie mendecih dan berjalan duluan melewati Mark, ia sudah melihat tempat duduk yang sangat santai di sana. Jadi Olfie dahulu untuk mendudukkan dirinya di sana dengan helaan napas panjang karena ia sudah lelah berdiri cukup lama. “Oh iya Bi! Bagaimana Bibi bisa mengurus satu perkebunan yang sangat luas ini? Padahal Bibi hanya sendiri,” tanya Olfie penasaran. “Kebetulan Bibi punya kekuatan sihir yang bisa mendukung Bibi untuk mengurusnya,” ucap Lila. “Seperti apa?” tanya Olfie kembali. “Bibi bisa mengendalikan cuaca dan menggunakan kekuatan angin, bukankah hanya itu kekuatan sihir yang dibutuhkan oleh seorang pekebun?” ucap Lila dengan senyuman di wajahnya. “Ah iya! Bibi benar, kenapa aku tidak bisa terpikirkan hal seperti ya,” ucap Olfie dan kembali menyandarkan tubuhnya pada kursi empuk yang ada di sana. Olfie mendongakkan kepalanya menatap langit yang sangat cerah itu. “Oh iya Bi, kebun ini sangat bagus, tetapi kenapa sepertinya jarang ada yang datang ke sini?” tanya Olfie. “Kebetulan tempat ini jarang diketahui karena keberadaanya yang cukup plosok dan sangat jauh dari akademik kalian. Biasanya hanya siswa yang memiliki kemampuan teleportasi yang sering mengunjungi tempat ini, mereka yang susah menjangkau hutan besar akan kesulitan untuk sampai ke sini,” jawab Lila. “Maka dari itu Bibi sedikit terkejut saat melihat anak baru ada yang kemari untuk melaksanakan tugasnya, kalian termasuk beruntung bisa sampai ke sini di saat musim lagi bagus-bagusnya,” sambung Lila. Olfie hanya mengangguk-angguk paham mendengar perkataan Lila barusan. Olfie mencari Mark setelah tersadar teman payahnya itu tidak berada di dekatnya. Olfie melihat sekelilingnya dan mendapati Mark yang sedang melihat kuda tidak jauh dari mereka. “Mark! Lo ngapain?” teriak Olfie. Mark menoleh ke arah Olfie, Mark hanya mengisyaratkan untuk Olfie datang menghampirinya untuk melakukan sesuatu. “Dia mau ngapain sih?” gerutu Olfie dan dengan malasnya pergi menghampiri Mark.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD