BAB 18

1160 Words
“Mark?” Seseorang memanggil Mark saat ia sedang memilah-milah buku untuk dipinjamnya dan dibacanya di asrama. Mark yang merasa ia dipanggil langsung menoleh ke asal suara, bola matanya menangkap seseorang yang tidak asing, tetapi Mark melupakan siapa sosok itu. Padahal ia baru saa datang beberapa hari, tetapi Mark sudah melupakan banyak hal. Sifat pelupanya itu terkadang membuat dirinya sendiri kesal. “Ha-halo?” Mark menjawab dengan gugup, ia tersenyum kepada gadis seumuran yang ada di depannya itu. “Sial! Kenapa gue sangat pelupa,” gumam Mark seraya membuang mukanya ke samping dan memukul jidatnya. Mark menghampiri gadis itu dengan kikuk, ia mencoba berusaha rileks supaya terkesan ia tidak benar-benar melupakan sosok di depannya itu. “Lo dari mana saja? Gue coba cari lo dari kemarin, tapi nggak pernah ketemu!” seru Mark dan merangkul pundak gadis itu. Gadis itu langsung merasakan ada yang aneh dari Mark, ia sangat ingat bagaimana anehnya Mark waktu pertama kali mereka bertemu, meskipun ia ramah tetapi mereka belum sedekat itu. Lagipula waktu itu Mark sangat shock dengan kondisinya. “Mark … Seingat gue, kita tidak pernah sedekat ini,” ucap gadis itu seraya matanya yang melirik tangan Mark mengisyaratkan untuk Mark melepaskannya. “Ah? Benarkah? Gue minta maaf, gue kira kita sudah sedekat itu,” lirih Mark dengan menghindari tatapan matanya dengan gadis yang sekarang ada di sampingnya itu, ia juga langsung melepaskan rangkulannya. Gadis itu mencoba melihat mata Mark, tetapi Mark selalu menghindar sampai pada akhirnya gadis itu menggeram, “Mark! Sepertinya sekarang gue tau lo kenapa, lo nggak ingat sama gue kan? Wah parah! Tapi nggak apa, gue juga bukan orang sepenting itu yang harus lo ingat di hari pertama kita berjumpa di sini,” kesal gadis itu. “Ah! Gue ingat! Lo itu..” “Alana! Lo kemana aja sih? Gue udah nyariin lo dari tadi..” “Radiant! Gue berapa kali bilang ke lo kalau gue juga mau nyari buku, lo kira lo doang yang bisa cari buku?” ketus Alana. “Wah ternyata buku yang lo maksud cowok tampan di samping lo itu? Wah beberapa hari masuk, tapi lo udah dapat pacar?” Radiant berbicara terus terang dengan pandangan jahilnya ia mendekati Alana. “Lo mau mati?” sinis Alana pada Radiant. “Lagipula ia tidak ingat dengan gue, parah nggak sih?” ungkap Alana seraya menyindir Mark. Mark yang baru saja mengingat bahwa gadis itu Alana benar-benar merutuki dirinya, padahal ia sekamar dengan saudara kembarrnya, tetapi Mark benar-benar lupa. Inilah kenapa Mark terkadang malas untuk belajar hal baru, karena ia dapat menjadi pelupa dengan cepat. Mark sendiri mudah beradaptasi, tetapi bayarannya ia melupakan apa yang telah terjadi sebelumnya. “Maaf, gue lupa. Habisnya lo semakin cantik, jadi gue benar-benar lupa!” Mark berujar membela dirinya dengan asal. Alana yang melihat Mark memujinya merasakan mual yang tidak tertahankan dan ia merinding setelahnya, sedangkan Radiant yang berada di samping Alana menahan senyumnya karena teman di sampingnya itu sedang digoda oleh seseorang yang baru saja mereka kenal. “Mark! Lo kenapa lama kali sih?” kesal seorang gadis yang datang dengan membawa beberapa buku di tangannya. Mark menoleh dan melihat Olfie di sana, ia benar-benar pasrah dengan keadaan sekarang. Pasti akan terjadi hal unik yang menimpanya setelah Olfie mulai angkat bicara. “Oh? Lo bukannya nyari buku, tapi malah godain anak baru? Pantes aja lama, lo tau kan waktu kita sedikit?” “Bukan!” Mark belum sempat memberikan alasan, Olfie langsung memotong, “Sudah! Lo nggak usah banyak alasan, mending sekarang kita balik ke tempat tadi, cepat!” perintah Olfie tanpa ingin ditolak. Mark hanya pasrah karena bertemu dengan tiga gadis unik seusianya di tempat baru ini, ia benar-benar ketimpa sial hari itu. Semoga saja hari berikutnya ia mendapatkan keberuntungan alih-alih kesialan yang berkepanjangan. *** “Oh? Jadi ceritanya seperti itu? Gue kira ia menggoda gadis yang belum legal, rupanya saling kenal?” ujar Olfie. Alana menghelakan napasnya dan menyenderkan punggungnya lelah pada kursi panang yang sedang mereka duduki, “Entahlah! Sebenarnya gue nggak yakin ia ingat, tapi ya sudah, kalau begitu kita kenalan lagi. Alana!” seru Alana dengan mood yang berubah dalam sekejap. “Mark!” balas Mark canggung karena ia merasa bersalah. “Gue Radiant! Semoga kita bisa akrab!” ujar Radiant yang berada di depan Mark dan di samping Alana. “Mark,” ujar Mark dan tersenyum. “Gue Olfie, salam kenal.” Olfie ikut memperkenalkan dirinya dengan matanya yang masih saja tertuju pada buku yang dibacanya, sikap dingin itu terkadang membuat Mark ngeri. “Salam kenal!” jawab Alana dan Radiant. “Eh? Ini kan buku yang gue cari!” teriak Radiant spontan dan membuat ruangan itu bergema. Alana mendecih dan menyenggol bahu Radiant. Radiant yang baru saja sadar apa yang terjadi langsung berdiri, ia membungkuk meminta maaf, “Saya minta maaf!” ucap Radiant dan membungkuk sedalam-dalamnya. Setelah itu semua seperti tidak ada yang terjadi, mereka yang terganggu kembali fokus membaca buku dan Radiant duduk dengan jantungnya yang berdebar karena ia merasa bersalah. “Kau ingin membaca buku ini?” tanya Olfie kepada Radiant. “Bolehkah?” tanya Radiant kembali. “Silahkan!” ucap Olfie dan itu membuat mata Radiant menyipit karena senang. Radiant membuka buku itu dan ia langsung kehilangan semangat saat itu juga karena ia tidak mengerti sama sekali apa yang ada di dalam buku itu. “Aku baru membukanya tetapi langsung mual,” ucap Radiant. “Kenapa?” tanya Alana yang berada di samping Radiant. “Lo lihat aja sendiri.” Alana langsung melirik halaman pertama buku dan ia langsung tau saat itu juga bahwa itu bahasa khusus yang ada di sini. Lo nggak tau cara bacanya? Gue kemarin udah belajar bahasa ini mudah kok, cuma satu jam doang lo bisa paham,” ungkap Alana. Perkataan Alana itu membuat Mark dan Olfie menatap Alana sungguh-sungguh, ternyata ada yang sangat hebat dalam bahasa. “Bagaimana bisa lo bisa paham bahasa sebanyak itu hanya dalam satu jam?” Pertanyaan itu terlontar dari belah bibir Olfie. “Gue udah sering belajar bahasa dari kecil, di rumah gue banyak buku dari berbagai penjuru dunia sebenarnya. Karena itu terpaksa gue mengerti bahasanya dan pada akhirnya sejauh ini gue bisa menguasai berapa bahasa ya?” Alana menatap langit-langit perpustakaan berpikir. “Ah sepertinya 102 bahasa dunia?” ucap Alana. “Apa? 102?!” ucap Mark, Olfie, dan Radiant secara bersamaan. Mereka bertiga dibuat ternganga dengan kemampuan orang di samping mereka itu. “Tapi itu sedikit tidak masuk akal? Bagaimana lo dapat menguasai semuanya hanya dalam 17 tahun?” tanya Radiant. “Kalau kalian ingin tau sekali, setiap hari gue menghabiskan waktu untuk membaca selama 12 jam dan biasanya setiap hari gue juga selalu mengganti bahasa lain untuk dibaca,” jawab Alana. “Kenapa? Kalian ingin gue mengajari kalian bahasa di dunia ini?” tanya Alana. “Bolehkah?” tanya kembali Radiant dengan mata yang memelas/ “Boleh! Lagipula gue suka mengajar orang kok, mau mulai kapan?” tanya Alana lagi. “Bagaimana kalau sekarang?” ucap Mark.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD