BAB 14

1060 Words
Radiant masuk ke kamarnya dengan tidak sengaja membanting pintu secara kuat, suara keras dari benturan pintu dan sel pintu itu membuat Alana yang berada di dalam kaget sembari mengelus dadanya yang berdebar-debar akibat ulah Radiant. Alana yang berada di meja dengan tangannya yang masih setia mengupas kulit apel, kini ia melirik ke arah Radiant yang berada di depan pintu. “Dari mana aja lo?” Pertanyaan tersebut langsung meluncur dari bibir Alana tanpa dapat ditahan, setelah melontarkan perkataan barusan, Alana memutarkan kepalanya melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 12 malam. “Gue? Habis dari hutan dekat arena pelatihan,” jawab Radiant singkat. Radiant berjalan masuk dengan seluruh tubuhnya yang basah, Alana merasakan aroma tanah yang kuat dari tubuh Radiant. Tanpa menanyakannya, Alana langsung mengetahui jika Radiant terkena hujan. Alana tidak tau kondisi cuaca di luar dikarenakan asrama tempat mereka tinggal di desain khusus untuk kedap suara dan itu membuat gelombang suara tidak dapat menembus ke dalam kamar. “Apa itu?” tanya Radiant basa-basi melihat Alana yang sedang mengupas kulit apel. “Menurut lo?” tanya balik Alana. “Entah, gue nggak tau.” Radiant langsung meluruskan tangannya dan mengambil beberapa potongan apel yang terletak di atas piring dekat Alana, “Karena gue nggak tau, gue harus mencobanya agar mengetahui ini apa, bukan?” “Bilang aja lo laper,” celetuk Alana menggeleng melihat tingkah teman sekamarnya itu. “Lo adeknya Alan ya?” tanya Radian saat ia sudah duduk di depan Alana. “Kok lo tau?” tanya Alana kembali dengan menautkan alisnya. “Sayangnya tempat ini tidak seluas bumi, jadi kemungkinan gue untuk mengetahui bahwa lo adeknya Alan itu di atas 65%.” “Sedikit tidak ilmiah,” ujar Alana. “Ya emang, itu perhitungan imajinasi gue, kenapa? Masalah?” “Daripada itu, lo kok bisa kenal Alan darimana dah?” “Gue jumpa dia waktu jatuh ke sini dan kebetulan nama kakak lo itu juga Alan. Itu mudah ketebak, dia Alan dan lo Alana!” seru Radiant dengan masih menikmati memakan potongan apel Alana. “Oh jadi gitu.. oh iya! Besok lo ada jadwal nggak?” tanya Alana mengalihkan topik pembicaraan. Radiant terdiam mencoba memikirkan hal apa yang akan menyambut ia besok pagi, tidak lama dari pertanyaan Alana terlontar, Radiant menjawab dengan gelengan kepala. “Sepertinya senggang, gue juga nggak bakal menyia-nyiakan waktu gue untuk ikut orientasi besok. Gue juga udah tau apa kekuatan gue, jadi yah besok bisa dibilang gue bakal free.” Alana mendekatkan wajahnya, matanya memicing dengan ide cemerlang yang sudah jelas terukir di kepalanya. “Gimana … kalau besok kita bolos ke perpustakaan saja?” Radiant yang awalnya sangat serius mendengarkan menjadi melemaskan bahunya saat tau apa ide cemerlang dari Alana itu. “Gue kira lo mau nyaranin bolos untuk hal yang anti-mainstream seperti ke wilayang terlarang di magicland ini, taunya apa? Lo malah ngajak gue bolos ke perpustakaan yang membosankan itu? Gue nggak mau!” tolak Radiant mentah-mentah. “Banyak yang masih belum kita ketahui tentang ini wilayah, Radiant! Lo mau kita mati karena ketidaktahuan tadi?” “Apa mungkin kita mati semudah itu?” tanya Radiant kembali. Alana langsung menggeleng, “Tentu tidak! Bahkan itu mustahil,” jawab Alana. “Nah! Itu lo tau kalau hal seperti itu mustahil, jadi? Apa lagi? Ayo ke hutan terlarang!” ajak Radiant tanpa ragu. “Nggak! Pokoknya besok lo harus ikut gue ke perpustakaan!” mutlak Alana . “Gue nggak mau!” bantah Radiant tidak suka dengan sikap maksanya Alana. “Oke, kita ke hutan terlarang kalau lo mau ikut gue ke perpustakaa dahulu. Gimana?” Radiant memicingkan matanya menatap Alana dan menimbang-nimbang perkataan Alana, karena sebenarnya Radiant sudah terlalu malas untuk menambah ilmu pengetahuannya. Jadi ia sekarang sedang berada di suasana hati anti ilmu pengetahuan. “Oke, baiklah. Tapi, lo jangan ingkar janji ya.” “Iya-iya, udah! Sekarang lebih baik lo tidur, gue udah liat mata lo sebesar mata panda begitu. Apa lo nggak ngantuk?” “Tidak sama sekali, gue lebih menyukai tidur pagi sebenarnya. Yaudah, gue pamit ke kamar dulu ya!” seru Radiant dan langsung ngacir ke kamarnya untuk merebahkan dirinya yang sudah lelah. Radiant masih tidak menyangka jika ia sebenarnya sekarang sudah berada di dunia yang berbeda, hal seperti ini bagi Radiant sangat aneh sekaligus menakjubkan. Jika Radiant terbawa suasana dan proses bagaimana ia sampai ke sini, hal seperti itu akan biasa saja dan tidak terkesan mustahil. Tetapi, jika Radiant membayangkan jika dia sebelumnya berada di rumahnya dan kemudian ia menyadarkan dirinya bahwa ia sudah berada di tempat yang berbeda, itu membuat perbedaan itu terasa jelas dan sangat mustahil bagaiaman ada dunia paralel di alam semesta ini. Bukan karena Radiant tidak percaya, tapi Radian berpikir keras dan jauh dari itu. Radiant merasa jika dimensi benar-benar bisa dipisah dan dimasuki oleh manusia. Berarti ada kemungkinan banyak dimensi terselip yang sebenarnya sudah dijelajah oleh manusia tanpa sengaja ataupun disengaja. “Arghhh!” erang Radiant saat kepalanya kembali memikirkan banyak hal dan itu sudah terlalu jauh. “Apapun itu yang terjadi, hal terpenting yang harus gue lakukan adalah menjadi yang terbaik dan mengetahui segala hal!” seru Radiant dalam hatinya. Radiant mencoba memejamkan mata setelahnya, ia tidak mandi sebelum tidur itu karena ia juga sudah hujan-hujanan, jadi akan percuma jika ia mencoba untuk mandi karena sama saja ia menghabiskan air dengan percuma. Pikiran Radiant secara perlahan mulai tidak fokus, tetapi dalam sekejap pikirannya kembali fokus dan itu membuat dirinya mengerang kuat. “Arghhhh! Kenapa sih gue insom terus!” Radiant kembali membuka matanya dan melihat lampu yang begitu terang kembali memasuki retinanya. Radiant merambatkan gelombang kekuatannya yang berasal dari energi tubuhnya untuk mengatur keterangan cahaya pada sakelar lampu yang ada di dekat pintu kamarnya. Radiant membuatnya menjadi sedikit gelap agar ia dapat fokus untuk tidur, karena cahaya lampu sangat menganggu fokus matanya. Kalau dalam psikologis, Radiant pernah membaca jika cahaya lampu dapat membuat mereka yang tidur akan selalu waspada itu dikarenakan cahaya yang merangsang semua indera tubuh manusia untuk tetap terjaga, efeknya kurang lebih seperti cahaya matahari. Selain itu, cahaya juga membuat mata menjadi fokus melihat dinding terang jika dipejamkan dibandingkan terhanyut dalam pikiran, lalu ke alam bawah sadar. Setelah Radiant memastikan baik dari cahaya, suhu, kelembapan, hingga kualitas udara sudah baik untuk tidurnya dan mempercepat kondisi tenangnya. Radiant kembali memejamkan matanya dan beranjak pergi dari dunia khayalannya ke alam bawah sadar tempatnya untuk berimajinasi penuh saat tidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD