BAB 15

1123 Words
“Wah! Gue masih nggak nyangka ternyata perpustakaan ini sekolah aneh sekeren ini?!” teriak Radiant saat berada di dalam. Alana yang merasa Radiant terlalu berisik, tanpa rasa belas kasihan lagi, langsung memukul kepala Alana dengan sangat keras. “Lo nyebut perpustakaan, tapi lo brisik. Gimana sih? Lo lagi mabok kah?” gerutu Alana dengan berbisik pelan. “Lo mau bunuh gue dalam sekejap ya?” keluh Radiant dengan mengerang kesakitan, ia mengelus-ngelus kepala belakangnya dengan sedikit mendesis. “Kenapa? Lo takut geger otak karena gue mukul pas di bagian otak kecil lo?” tanya Alana. “Menurut lo?” tanya Radiant kembali. “Nggak mungkin sih, karena gue yakin orang disini tidak akan mati semudah itu, kecuali udah ajalnya,” ucap Alana ngeles. “Yaudah deh, daripada banyak basa-basi ayo ikut gue lihat-lihat buku disini,” ujar Alana dengan menarik tangan Radiant untuk pergi ke tempat yang ia inginkan. “Bentar deh, gue masih bingung. Lo kesini tujuannya untuk apa sih? Lihat buku doang?” “Kurang lebih begitu, karena menurut gue lihat buku gitu healing banget. Emang lo nggak ngerasa? Kalau ada yang cocok mungkin bakal gue pinjam, tapi karena kita baru disini, gue pun bingung tujuan gue sekarang mau ngapain. Mungkin dengan gue lihat-lihat aja, bisa dapat pencerahan, bukan?” ujar Alana dengan senyumannya yang seakan tidak memiliki beban apapun di hidupnya. “Iya deh iya, semuanya terserah lo!” “Hmm tapi lo tau sendirikan, mendesak sesuatu itu tidak baik?” tanya Alana dengan nada menyindir. “Bawel bener lo! Iya gue tau, gue juga akan keliling disini. Siapa tau ada yang menarik? Entahlah, gue suka buku, tetapi tidak dengan sekarang,” ujar Radiant dan berjalan menjauh dari Alana. Tujuan Radiant dalam dunia perbukuan sedikit berbeda dengan Alana, jika Alana menyukai buku yang berbau filsafat, Radiant sendiri menyukai buku yang bisa membuat pikirannya santai apapun itu. “Sepertinya mereka tidak mempunyai buku fiksi sama sekali,” gumam Radiant saat dirinya berjalan dengan cepat melihat papan nama kecil pada setiap jejeran rak yang sangat panjang itu. Radiant sedari tadi hanya berjumpa buku sejenis filsafat dan sejarah yang membuat pikirannya langsung penuh sebelum membacanya, seakan semua buku itu berisi semua teori yang faktanya belum teruji dan harus berpikir dahulu kembali untuk menyerap informasinya. Ya, Radiant merupakan tipe orang yang cenderung pemikir, bahkan hal tidak penting sekalipun kerap kali ia pikirkan sampai membuatnya overthingking. “Apa gue baca buku tentang pedoman kekuatan aja ya?” Radiant menoleh ke kanan dan kiri, ia hanya menemui banyak rak buku di ruangan yang super luas itu. Ia menemukan warna dominan coklat sampai tidak tau sekarang ia sebenarnya ada di perpustakaan bagian mananya. “Sial! Pasti di daerah sini ada meja informasi, coba pikirkan meja informasi itu dimana,” gumam Radiant menganalisis tempat keberadaannya itu. “Hampir lupa, gue kan seharusnya bisa mengeceknya dengan kekuatan alam?” ucap Radiant dengan ragu, karena sebenarnya ia pun masih belum mengerti dengan cara kerja sihirnya itu dan bagaimana membuatnya terlihat masuk akal untuk digunakan. Radiant memejamkan matanya dalam hitungan detik, ia berkosentrasi penuh untuk melihat kondisi ruangan itu, karena satu hal yang ia tau mengenai kekuatannya adalah pengendali alam. Jadi Radiant tanpa ragu mencoba untuk menyatu dengan alam untuk yang kesekian kalinya, ia merasakan angin yang ada di dala perpustakaan itu menyatu dengannya. Ia menyerap energi dan melepaskan gelombang alam miliknya sehingga mengenai molekul angin yang ada, sehingga ia bisa merasakan alam sepenuhnya. Tidak lama, di dalam kegelapan itu, Radiant mulai melihat banyak sekali titik-titik yang perlahan mulai menyerupai denah perpustakaan, tetapi ini sangat luas dan tak terhingga. Bahkan Radiant bisa mendengar banyak orang yang membalik halaman buku berada di sisi selatan ruangan itu dengan banyak meja belajar disana. Radiant menyingkirkan distraksinya itu, ia fokus mencari benda hangat yang pastinya merupakan sebuah komputer. Itulah satu-satunya benda yan diiginkannya, sampai Radiant menemukannya tidak jauh darinya di sisi barat. Setelah mengetahui dengan jelas di mana posisinya, Radiant langsung melepaskan fokusnya itu dan membuka matanya, tetapi tiba-tiba Radiant merasa kepalanya sangat berat dan terjatuh saat itu juga dengan tangannya yang memegang rak bewarna coklat di sampingnya untuk menahan tubuhnya. “Apa yang terjadi? Kenapa gue ngerasa- Akhhh!” teriak Radiant. Radiant menutup mulutnya itu dengan cepat untuk menahan suaranya yang jika ia teruskan akan menggema ke seluruh gedung di perpustakaan besar itu. Kepala Radiant yang terasa sakit dan kram membuat pandangannya memusing hingga terjatuh. Sekarang kepalanya itu terasa sangat berat dan menyakitkan. “Apa karena efek kekuatan gue?” gumam Radiant menerka-nerka alasan yang tepat. Setelah merasa dirinya baikan, Radiant mulai memijat kepalanya itu secara perlahan sampai sudah mulai membaik. Ia berusaha berdiri dengan memegang rak perpustakaan, kakinya bertumpu pada lantai dan sekuat tenaa mendorong tubuhnya untuk berdiri. Setidaknya hari ini ia harus mengetahui tentang kekuatan dan efek sampingnya untuk memastikan bahwa ia tidak akan sembarangan menggunakannya. Radiant berjalan ke arah dimana ia mengingat dengan jelas meja informasi itu, ia berjalan ke kanan menelusuri rak yang sangat tinggi dan berjejer di samping kiri dan kanannya. Lalu berbelok ke kanan setelah sampai di ujung dan kemudian berbelok ke kiri setelah melangkahkan kaki beberapa langkah. Kemudian Radiant terus berjalan hingga menemukan ruangan utama yang luas dan di sisinya terdapat banyak meja informasi disana. “Oke, sekarang gue harus mencoba untuk mencari buku pedoman sihir!” seru Radiant saat menemukan meja informasi dan melangkah dengan cepat. Sesampai di sana, Radiant langsung mengetikkan pedoman buku sihir dalam bahasa inggris dan menemukan hanya satu buku. Disana Radiant melihat bahwa stoknya sudah habis karena sudah banyak yang meminjamnya. “Apa? Sudah habis? Padahal pengenalan baru dimulai kemarin?” Radiant tidak habis pikir kenapa semua orang yang berada di sini sefanatik itu dengan segala hal sampai-sampai buku dasar teori saja sudah habis dalam hitungan waktu yang singkat. “Tunggu sebentar! Gue benar-benar lupa kalau tempat ini isinya orang-orang jenius,” lirih Radiant mulai frustasi karena ia mulai merasa tekanan atmosfer yang begitu kuat di sekitarnya. Sebenarnya Radiant tidak begitu peduli tentang apa yang akan terjadi ke depannya, hanya saja karen kondisi lingkungannya sekarang yang begitu penuh ambisi, sekarang malah membuat dirinya menjadi kurang percaya diri karena telalu membuang-buang banyak waktu. “Oke, kalau begitu mari kita cari buku tentang sekolah ini!” Radiant mengetik kata sekolah disana dan terdapat puluhan buku yang muncul, semuanya berisi tentang informasi Assamble Academy, tetapi sayangnya semua buku sudah kehabisan stok untuk dipinjam. “Apa?! Sudah habis juga? Arghh! Sepertinya gue benar-benar ketinggalan banyak hal hanya dalam waktu beberapa jam. Oke, kalau begitu yang kalian semua mau, gue akan coba lakukan hal lain untuk mendapatkan informasi yang lebih konkret dan cepat!” seru Radiant dan meninggalkan meja informasi itu untuk pergi menemui penjaga perpustakaan, ia harus menanyakan beberapa pertanyaan dan kepastian yang bisa membuat dia menyerap informasi yang lebih banyak dibandingkan yang lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD