BAB 13

1022 Words
“Gue rasa ini sedikit keterlaluan dengan membuat huruf konsonan sebanyak 38 dan huruf vokal sebanyak 6?” Mark membolak-balik buku yang ada di depannya dengan rasa malas yang tinggi karena mengetahui fakta yang barusan saja di dapatkannya. Ia tidak selera untuk mempelajarinya dan jika bisa ia lebih memilih untuk tidak mengetahui aksara aneh di Assamble Academy itu untuk selamaya. “Lo kalau nggak belajar, lo bakal jadi orang mati disini,” balas Olfie menampar perkataan Mark. Apa yang dikatakan Olfie sangat benar, bagaimanapun bahasa itu merupakan sumber dari segala ilmu dan komunikasi. Sumber informasi hingga syarat terjadinya interaksi sosial. Tetapi, Mark merasa untuk bahasa di depannya ini sedikit berlebihan jika dipelajari dalam waktu dekat. “Tenanglah, tidak ada yang memaksa lo untuk mempelajarinya dengan cepat. Tapi, gue rasa ini bisa dipelajari seharian. Ini juga syarat sepertinya untuk kita bisa mendapatkan pelajaran pertama dari Profesor Edward,” ungkap Olfie. “Sebenarnya gue hapal sama semua aksara dan cara penulisannya, hanya sa-“ “Apa?! Lo udah hapal?” teriak Olfie kelepasan secara tidak sadar dan itu membuat orang-orang yang berada di sekitar mereka berdua menegur untuk menyuruh memelankan suara. Olfie meminta maaf dengan menundukkan kepalanya pelan dan kemudian melirik tajam Mark yang duduk di depannya itu, untung saja mereka diberi perantara meja, jika tidak mungkin sudah sedari tadi Olfie menjambak rambut lebat Mark itu. “Gue rasa lo lebih seperti orang yang nggak paham dengan kemampuan lo sendiri, ya?” tanya Olfie membuat spekulasi. “Maksud lo?” tanya Mark kembali tidak paham. “Lo pikir sendiri aja deh! Lo terlalu merasa diri lo nggak mampu, padahal lo lebih dari bisa. Contohnya seperti sekarang ini, kita baru duduk disini selama sepuluh menit Mark! Sepuluh menit!! Tapi, lo udah bisa menghapal akasara dan sistem penulisannya? Gue bahkan masih belum bisa membedakannya atau hapal satupun.” Olfie berbisik dihadapan Mark dengan penuh emosional, ia sudah terlalu lama bersabar dan ada kalanya ia untuk tidak bersabar menghadapi seseorang. Tidak! Mungkin Olfie sedikit berlebihan, ia sebenarnya memaklumi bagaimana kekurangan Mark itu ada dikarenakan lingkungannya. “Gue mau memastikan doang, kehidupan di keluarga lo gimana? Maaf kalau kesaannya menyinggung. Tetapi, gue rasa tidak ada alasan untuk lo tidak menjawab pertanyaan ini.” Mark yang medengar pertanyaan itu dari Olfie mendesah berat dan menegakkan tubuhnya dengan pandangan ke depan melihat Olfie yang menunggu jawaban dari Mark. Tentu saja Mark ingin menjawabnya, tetapi dirinya sendiri bigung harus menjawab seperti apa. Walaupun sebenarnya ia tau dengan sangat benar bahwa keluarganya itu sangat bermasalah. “Singkat penjelasan, mereka melampiaskan hal yang dialami mereka kepada gue dan mereka tidak pernah menghargai apapun itu yang gue lakukan.” “Oke, cukup!” perintah Olfie dengan telapak tangannya yang mengarah ke depan. Olfie sudah mengerti dengan snagat jelas apa yang terjadi di keluarga Mark, meskipun sebenarnya kasus seperti itu sangat jarah. Banyak keluarga yang meremehkan anaknya dan bahkan juga melampiaskan kekesalan mereka ke rumah, tetapi di kasus Mark sepertinya itu sedikit berbeda. Olfie melihat sepertinya Mark tidak pernah diberi kebebasa oleh kedua orang tuanya dan bahkan prestasi yang mungkin sangat hebat dimata kedua orang tuanya hanyalah sebuah perlakuan yang tidak berharga, dan bahkan selalu merasa kurang dengan kemampuan anaknya itu. Setelah memikirkannya, Olfie mengerti kenapa Mark bersikap seakan dirinya sombong dengan melakukan rendah diri yang berlebihan. Padahal dibalik sikapnya itu, ada sebuah kepribadian yang sengaja tidak dibentuk oleh perlakuan kurang ajar orang di sekitarnya. “Gue paham, lo bisa lanjutkan bacaan lo. Sekali lagi, jangan merasa diri lo tidak bisa melakukan apapun, karena sebenarnya jauh di dalam diri lo. Lo itu sebenarnya bisa dan pasti bisa.” Olfie menekankan perkataannya itu kepada Mark untuk menanamkan doktrin baru. Meskipun mustahil mengubah perilaku Mark dan sekejap, tapi setidaknya ia dapat membantu untuk menanamkan benih baru. “Mungkin? Gue akan mencobanya,” ujar Mark merasa ucapan Olfie terdengar sedikit aneh baginya. Setelah itu, tidak ada percakapan yang terjadi dengan mereka, karena keduanya berfokus kepada bacaan mereka masing-masing dan pemahaman yang mereka mampu masing-masing. Perpustakaan itu pun menjadi senyap dan membuat tingkat konsentrasi naik, terlebih lagi dengan suhu nyaman yang sudah diatur sedemikian rupa disana, membuat mereka yang belajar menjadi tidak bosan dan tidak mengantuk. *** Mark menidurkan dirinya pada tempat tidur di kamar barunya itu. Untuk hari ini, ia sudah membuat dirinya menjadi produktif seperti biasanya, padahal awalnya Mark merasa disini merupakan tempat yang sangat santai, ternyata ia salah. Tempat yang dikunjunginya itu lebih membuat dirinya menjadi produktif. Hari ini saja ia sudah berada di perpustakaan dari jam 11 pagi sampai 11 malam yang itu berarti dirinya sudah menghabiskan waktu sebanyak 12 jam untuk mempelajari aksara baru bersama dengan Olfie. Kalau ditanya, bagaimana Mark dan Olfie bisa bertahan disana tanpa makanan atau minuman? Jawabannya adalah karena sistem kafetaria di Assamble Academy yang bisa mengantarkan makanan kemanapaun kepada pemesan hanya dalam hitungan detik dengan menggunakan teleportasi. Itu membuat mereka tidak perlu keluar dan hanya memesan melalui smartphone. Meskpin menghabiskan banyak waktu, tetapi usaha Mark tidak sia-sia, karena ia sekarang sudah sepenuhnya paham dengan aksara baru itu hingga fasih dengan pengucapannya. Tetapi, hal itu tentunya tidak terjadi dengan Olfie yang baru hanya menguasai setengah dari aksara baru itu. Mark yang matanya sudah memejam selama beberapa menit lalu dan ingin ke alam mimpi, tiba-tiba tersadar akan suatu hal yang belum dipastikannya. Ia tidak mendengar besok mereka harus melakukan apa. Mark langsung bangkit dari tidurnya dan pergi keluar menemui Dave dengan langsung masuk ke kamarnya. “Mark! Lo ngetuk pintu dulu lain kali deh!” kesal Dave yang merasa privasinya itu diganggu. “Ah maaf! Gue ulangi lagi,” “Gak usah! Telat!” “Lagi pula, lo sedang melakukan apa?” tanya Mark. “Menurut lo? Ya, gue sedang melakukan hal yang menjadi kebutuhan setiap manusia. Lo ngapain kesini?” tanya Dave yang menghampiri Mark setelah ia selesai mengenakan semua pakaiannya kembali. “Gue Cuma mau bertanya dan memastikan jadwal untuk besok pagi,” ungkap Mark. “Tidak ada, hanya pertemuan di siang hari sekitar jam 1 bersama dengan pengajar dari masing-masing kode.” “Oh, yaudah. Gue pergi dulu.” Mark langsung melesat pergi dan balik ke kamarnya untuk langsung tidur tanpa memikirkan kekesalan Dave karena menganggu dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD