Chapter 7 - Talk

571 Words
Jovan merasa dikacangin. Wkwkwkwk. Jovan sudah ngenalin diri, sudah mencoba untuk melucu, tapi cewek cantik di sebelahnya sama sekali tak menanggapi dirinya. "Putri kan? Aku tahu kalau kamu mungkin agak kaget dengan semua ini, jadi mungkin kamu sedikit merasa aneh. Tapi aku janji kalau aku tak akan mengecewakan kamu," lanjut Jovan setelah mereka terdiam beberapa saat, berusaha untuk melumerkan hati Putri. "Maafin Putri," jawab Putri pelan. Jovan tersenyum, ternyata mahluk cantik ini bisa mengeluarkan suara. "Kak Jovan pasti punya pacar kan?" tanya Putri tiba-tiba. Jovan meringis, ini namanya kena jab langsung ke dagu dan membuatnya limbung. Nggak mungkin kalau dia tak punya pacar, secara, cowok perfect untuk alay-er seperti dia, tak mungkin kan nggak laku? "Ada," jawab Jovan pelan. "Putri tahu kalau Kak Jovan punya pacar. Putri juga punya pacar," kata Putri. Jovan kaget dan tak tahu harus bilang apa. Jujur, saat dia ngelihat Putri tadi, Jovan langsung suka. Jovan memang punya pacar, pacarnya tak kalah cantik dari Putri, tapi ni cewek punya vibe yang lain. Jovan yang awalnya nolak dijodohin sama ortunya langsung berubah pikiran saat melihat Putri. Tapi kata-kata Putri barusan membuat dia jadi bingung. Dimana-mana yang biasanya nolak kalau dijodohin tu cowoknya. Apalagi Jovan yakin dengan pesona yang dia miliki. Makanya dia ngerasa agak aneh dengan sikap Putri. "Jadi Putri nggak setuju sama semua ini?" tanya Jovan pelan. "Nggak," jawab Putri cepat dan membuat Jovan tertegun. Segitunya sih, cepet banget nolaknya, gumam Jovan dalam hati. "Putri nggak bisa ngasih kesempatan sama Jovan ya?" tanya Jovan. "Kakak nggak kasihan sama pacar Kakak?" balas Putri. Jovan terdiam. "Aku setuju dengan perjodohan ini karena ingin berbakti kepada orang tua. Mereka yang membesarkanku selama ini, bagaimana perasaan mereka kalau aku menolak keinginan mereka?" jawab Jovan diplomatis dan terlihat dewasa. Putri terdiam. Kata-kata Jovan seolah-olah memposisikan Putri sebagai sebagai anak durhaka dan tak berbakti seandainya dirinya menolak perjodohan ini. Sesuatu yang akan dia lakukan. Putri tak tahu kalau si Jovan cuma sok dewasa. Ya iyalah. Karena calonnya cantik, makanya dia mau. Coba kalau calon istrinya jelek, mana mungkin dia mau. Persetan dibilang nggak berbakti dibandingkan harus menghabiskan hidup bersama orang yang nggak bisa bikin kita h***y, ya kan? "Kakak nggak mikirin perasan pacar Kakak yang sekarang?" tanya Putri. Jovan terdiam. "Demi orang tua, aku rela kok ngorbanin perasaanku," jawab Jovan setelah berpikir selama beberapa saat. Putri tersenyum, "Kak Jovan terlalu baik buat Putri," katanya. Putri kini yakin dengan pilihannya setelah berbicara dan mendengar kata-kata Jovan barusan. Seandainya Jovan nolak perjodohan ini dengan alasan dia sayang sama pacarnya, Putri akan semakin bingung. Tapi setelah mendengar kalau Jovan rela meninggalkan sang kekasih, Putri tahu kalau dia tak akan pernah bisa mencintai cowok itu. Aan lebih parah dibandingkan Jovan. Putri tahu itu. Tapi dia tak akan meninggalkan pacarnya, salah, yang bener ‘pacar-pacarnya’ kan emang lebih dari satu, sekalipun itu diminta oleh orang tuanya. Kenangan saat Putri kalut sekali ketika sang calon Ibu mertua mengancam akan meminta Aan mutusin mereka dan Aan yang dengan tegas mengatakan kalau dia tak akan melakukan itu sekalipun Ibunya yang memintanya kembali memenuhi kepala Putri. Si Sempak yang rela dicap durhaka demi kekasihnya. "Kita balik ke dalam ya Kak?" ajak Putri ke arah Jovan. Jovan masih bingung dengan kalimat terakhir Putri ketika mendengar gadis itu mengajaknya kembali masuk ke dalam. Jovan masih belum tahu keputusan gadis manis itu soal perjodohan ini. Tapi dia tahu kalau dia bakalan mengejar si Putri yang sudah dia anggap sebagai calon istri dengan sepenuh hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD