Seperti Sebelumnya

818 Words
Athar segera memberi gestur pada Jena untuk tidak histeris, dengan meletakkan telunjuk di hidungnya. Kalau sampa Jena berteriak, bisa - bisa semua pengunjung butik J akan melihat manusia compang - camping bernama Freya dan Athar ini. Jena yang segera menyadari dan mengerti maksud Athar, segera mengajak mereka berdua untuk pergi ke tempat yang tidak ada orang. Beberapa karyawan butik J sudah melihat Athar dan Freya. Mereka terkejut, tapi karena keduanya bersama sang bos, Jena, mereka hanya diam tak berkutik. Jena membawa keduanya ke dalam ruangan tempat bahan - bahan baju Jena disimpan. "Athar ... astaga ... kamu ke mana aja. Semua orang khawatir nyariin kamu. Aku udah berusaha hubungi kamu berkali - kali sampai nggak kehitung jumlahnya. Tapi ponsel kamu selalu nggak aktif. Tante Siska sampai nangis - nangis tiap hari nyariin kamu!" Jena akhirnya bisa meluapkan isi hatinya di sini, dengan leluasa, bahkan dengan suaranya yang cukup tinggi akibat emosional. Terlalu bahagia Athar sudah muncul. Juga begitu heran kenapa kondisi Athar seperti itu. Jena sampai menangis karena luapan emosi tak terkontrol dalam dadanya. Athar ingin memeluk wanita itu, tapi mengurungkan niat dengan kondisinya yang seperti itu. Tapi apa yang terjadi? Justru Jena yang kemudian berhambur memeluk Athar dengan begitu erat. Tidak peduli dengan pakaian lelaki itu yang kotor. Juga bercak sisa darah yang sudah mengering. Jena menangis dalam pelukan Athar cukup lama. Sampai gadis itu sedikit lebih tenang. Athar turut memeluknya erat, mengelus punggung dan rambut Jena, kemudian mengecup keningnya. "Panjang banget ceritanya, Jen. Yang penting sekarang aku uda kembali. Tapi aku belum bisa cerita Sekarang, Jen. Aku harus pulang dulu, karena seperti yang kamu bilang, Mama pasti khawatir banget sama aku. Tapi sebelumnya aku mau minta tolong sama kamu. Tolong sediakan pakaian yang baik untuk kami. Karena kami tentu nggak mungkin pulang dalam keadaan seperti ini, kan? Yang ada keluarga kami bakal makin sedih tahu keadaan kami kayak gini." Jena menatap Athar. Kemudian menatap Freya. Baru ia sadari, ternyata wanita yang bersama Athar adalah Freya, saudari kembar Raya yang pernah ia lihat di pemakaman. Tadi Jena tidak mengenali karena dandanannya jauh berbeda dengan saat pertama kali Jena melihatnya dulu. Jena masih bertanya - tanya, kenapa Athar dan Freya bisa bersama? Apa mereka ada hubungan khusus? Apa Athar suda lelah dengan segala penolakannya selama ini, sampai - sampai ia sudah memutuskan untuk menambatkan hati pada wanita lain? Jena masih sibuk sendiri dengan pikirannya. Ia sedih karenanya. Ketika ia mulai menyadari perasaannya pada Athar, di saat itu pula Athar sudah menemukan pujaan hati yang baru. Jena melenggang ke arah pintu dan membukanya. Ia melongok ke luar. Meminta salah satu karyawannya untuk datang mendekat. Jena mengatakan pada karyawan itu untuk mengambil baju, lengkap dengan ukuran dan warnanya. Jena memang berbakat dalam bidangnya. Ia bisa tahu ukuran seseorang hanya dengan melihat tubuhnya, juga langsung tahu model yang bagaimana yang terlihat paling cocok untuk tipe - tipe badan tertentu. Setelah bicara dengan karyawan itu, Jena kembali masuk. "Jen, minta tolong lagi ya. Kami mau numpang mandi, ya." Athar cengengesan mengatakan itu. "Iya, sana mandi dulu. Cemong - cemong begitu!" Athar kembali cengengesan. Karena di ruangan ini hanya ada 1 kamar mandi, Athar meminta Freya untuk mandi duluan. "Frey, sana kamu mandi dulu. Lady's first!" Athar lalu duduk di atas sebuah kursi plastik. "Oke." Freya hanya langsung setuju. Kebetulan ia memang sudah sangat ingin mandi. "Permisi," ucap Freya ketika lewat di samping Jena. Jena hanya mengangguk sembari memaksakan sebuah senyuman. Ia lalu menggeser kursi plastik lain untuk duduk di samping Athar. Ingin ngobrol dengan sahabatnya itu. Athar bersyukur karena noda darah keringnya sudah tersamarkan oleh kotornya baju. Jadi Jena tidak menyadari bahwa ia terluka. *** "Dia ke kantor polisi dengan mobilnya Athar? Tapi hanya sendiri. Lalu Athar di mana?" Archie bertanya - tanya pada dirinya sendiri. Laporan itu disampaikan oleh anak buahnya. Membuatnya begitu terkejut. Tak percaya bahwa ternya pikiran liarnya itu benar. Freya dan Athar menghilang di saat yang sama, karena mereka memang sedang bersama. Tapi ... kenapa mereka bersama? Dan sama -sama tak ada kabar? Apa benar pula pikiran liar Archie yang lain, bahwa Athar ... bersenang - senang dengan seorang wanita, dan wanita itu ternyata adalah Freya? Archie merasa sangat tidak rela. Meski ia belum dalam taraf mencintai seorang Freya, tapi ia sudah mulai nyaman dengan keberadaan gadis itu di sekitarnya. Ia tidak akan membiarkan Freya jatuh ke pelukan orang lain, terlebih orang lain itu adalah orang yang paling tidak disukai oleh Archie. Kira - kira bagaimana mereka bisa saling kenal? Bagaimana mereka bisa menjadi dekat? Archie begitu ingin tahu. Sekaligus begitu tidak rela. Kenapa lagi - lagi Athar mendapatkan terlebih dahulu apa yang ia inginkan? Kenapa Athar selalu mengambil segala hal yang sebelumnya telah menjadi miliknya? Tapi kenapa Freya ke kantor polisi tanpa Athar, dan menyetir mobil Athar sendiri? Apa telah terjadi sesuatu? Tapi apa? Archie sudah tidak sabar untuk kembali mendapatkan kabar dari anak buahnya. Archie harap, berita berikutnya bukan merupakan berita yang menyakitkan, seperti sebelumnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD