Tertipu Imajinasi

836 Words
Freya menatap Athar yang ketika berjalan menuju mobil masih dengan terus memegangi d**a. "Kamu sok - sokan nggak mau dibawa ke rumah sakit. Padahal sebenarnya nahan sakit, kan?" Athar hanya menatap Freya sekilas. "Kamu bisa nyetir, nggak?" Ia malah menjawab dengan sebuah pertanyaan lain. Mana tidak nyambung pula. "Astaga ... terus tadi yang ngebut pake mobil kamu buat ke kantor polisi siapa?" "Astaga ... dari pertanyaan aku sebenarnya jawabannya hanya dua, bisa atau tidak bisa. Kok malah nyolot." Freya memutar matanya. Benar - benar kesal. Dalam keadaan sakit pun Athar masih tetap begitu menyebalkan. "Kamu yang nyetir ya. Aku butuh waktu buat istirahat dulu. Nanti gantian kalau kamu udah sampai hotel Halim." "Terserah lah." Freya lalu membuka kunci mobil, ia masuk dan duduk di kursi kemudi. Lalu Athar duduk di sampingnya, di kursi penumpang. Freya segera menyalakan mesin mobil. Sembari ia menatap Athar di sampingnya. Ah, sebenarnya bukan menatap Athar, tapi melihat apa yang sedang lelaki itu lakukan. Athar langsung membuka laci dashboard begitu ia masuk mobil. Di sana ada beberapa botol berwarna putih. Athar mengambil salah satu. Di dalam sana juga ada beberapa botol kecil air mineral. "Aku minta satu!" Freya langsung bereaksi begitu melihat air. Sial. Ia seharusnya tahu lebih awal bahwa di situ ada air mineral. Ia bisa minum dari tadi, tidak harus bersusah - susah menahan haus -- dan lapar -- lebih lama. Athar hanya menyerahkan botol yang sudah telanjur ia buka. Ia lalu mengambil botol lain, membukanya dan meminumnya sendiri. Freya juga senang - senang saja menerima botol yang sudah dibukakan. Jadi tidak perlu susah - susah membuka lagi. Freya baru tahu, ternyata botol putih yang diambil Athar, merupakan botol obat. Entah obat apa. Freya curiga itu ternyata adalah obat terlarang. Tapi apa urusan Freya juga. Terserah Athar mau berbuat apa saja dengan tubuh dan hidupnya. Athar mengambil satu tablet dadi botol yang ia ambil, memasukkan dalam mulut, lalu menelan dengan air supaya lebih mudah masuk ke kerongkongan. "Eh, kita belum makan apa - apa sejak kemarin, kamu malah minum obat!" Hanya itu komentar Freya. "Ya kalo darurat mah nggak apa - apa." Athar tetap cuek seperti biasanya. "Aku tidur sebentar ya. Nanti bangunin kalau udah sampai hotel Halim." Athar segera menyamankan posisi dengan bersandar, lalu menutup kedua matanya. "Iya - iya." *** Freya mengguncangkan lengan Athar perlahan. Tidak seperti tadi, cukup sekali dibangunkan, Athar langsung terjaga kali ini. "Udah sampai, kah? Cepet banget." Athar memijat pelipisnya yang pening. "Cepet gimana, aku udah muter - muter 1,5 jam kamu bilang cepet." "Lhah, ngapain muter - muter 1,5 jam? Kurang kerjaan kamu, ya?" "Dengerin dulu. Jadi tadi sebenernya udah sampai Hotel Halim." "Terus?" "Tapi aku ogah keluar ... dengan penampilan seperti ini, bisa - bisa baru turun mobil aku langsung diusir." "Iya juga ya. Terus sekarang kita di mana, nih?" Freya menunjuk bangunan besar di hadapannya. Ternyata mereka ada di samping kiri mall terbesar di Kediri, Kediri Mall. "Pengin beli baju di situ." Freya melanjutkan. Mendengar kata baju, mendadak Athar teringat dengan seseorang. "Jangan beli di situ deh. Kalau beli di situ, ya sama aja. Baru mau masuk udah diusir." "Iya juga ya." Freya baru sadar. "Terus beli di mana dong?" "Turun deh, kita tuker tempat." "Emang kamu udah baikan? Udah bisa nyetir?" "Ya udah lah. Kan udah minum obat." Freya mengernyit. Seampuh itu kah obatnya sampai hanya sekali minum langsung baikan? Freya lalu membuka pintu, mengikuti Athar yang sudah duluan keluar. *** Mobil Athar diparkiran di depan sebuah butik besar nan mewah. Freya tahu ini. Ini adalah butik J, berisi produk - produk lokal yang berkualitas tinggi, bersaing dengan produk - produk luar negeri. Freya bahkan memiliki beberapa baju brand J ini. Oh iya, Freya ingat. Butik J adalah milik Jena. Jena adalah orang yang dekat dengan keluarga Virendra. Karena ia ada saat pemakaman Raya dulu. Dan Jena berada di dekat Athar dan juga Archie. Makanya Athar mengajaknya ke sini. Karena Jena tidak mungkin mengusir mereka meskipun dengan penampilan compang - camping nan kotor seperti sekarang ini. Setelah turun dari mobil, Athar langsung mengajak Freya masuk. Tidak melalui pintu depan, tapi lewat pintu belakang. Pintu belakang berpapasan langsung dengan meja kerja Jena. Jadi mereka tak harus melewati banyak orang di depan. Bukan karena malu. Tapi takut menjatuhkan reputasi Butik J karena kedatangan tamu terduga ODGJ. "Jena ... Jen ...." Athar segera memanggil wanita itu. Jena yang sebelumnya sedang fokus bekerja, segera menoleh karena mendengar seseorang memanggilnya. Jena sebenarnya kesal. Suara itu mirip dengan suara Athar. Ia sudah beberapa kali berhalusinasi Athar pulang kemudian datang ke sini. Ia tidak mau tertipu lagi oleh imajinasinya. "Jen ... Jena ...." Athar memanggil Jena sekali lagi. Jena kembali merasa ada yang memanggilnya. Imajinasinya semakin liar saja. Anehnya ia kali ini dengan suka rela mau tertipu oleh imajinasi itu. Berharap kali ini bukan lagi sebuah imajinasi. Ketika Jena menoleh .... Wanita itu membuka lebar mulut saking kagetnya. Ia senang, tapi juga kaget karena melihat orang yang sangat ia rindukan berpenampilan seperti itu. Dan yang lebih membuat Jena kaget adalah ... ia datang bersama seorang wanita. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD