Pencinta Uang
Namanya Freya Nayara Ayu. Seorang wanita dengan tinggi 155 cm, berusia 24 tahun. Wanita mungil nan cantik serta pandai berdandan. Paras ayunya seakan menyihir. Membuat semua orang yang melihatnya merasa senang dan selalu memujinya.
Freya pun selalu berusaha bersikap baik pada semua orang. Ia sama sekali tak mau menunjukkan topeng aslinya. Supaya semua orang menyukainya.
Tak ada yang tahu, Freya adalah seseorang yang sangat menyukai uang. Gadis itu melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang. Karena ia memiliki gaya hidup hedonis yang tak akan bisa terpenuhi jika tanpa uang.
Freya tidak berasal dari keluarga mampu. Orang tuanya sangat miskin. Tentu mereka tak bisa membantu Freya memenuhi gaya hidupnya. Freya harus berjuang sendiri untuk memenuhi gaya hidupnya itu.
"Freya, udah mau berangkat, Nak?" Fera sang ibu bertanya dengan lembut diiringi senyuman manis penuh kasih sayang.
Sayangnya reaksi Freya benar - benar berbanding terbalik. Freya memasang wajah dingin tanpa senyum sama sekali. "Apa urusan ibu aku udah mau berangkat atau belum, hm? Memangnya setelah ibu tahu aku mau berangkat, ibu bisa kasih aku uang yang banyak?"
Fera berusaha mempertahankan senyumnya. Ia berusaha tidak sakit hati. Meskipun setiap Freya bersikap seperti itu padanya, dadanya terasa sakit seperti dihujam bebatuan.
Ibu mana yang tidak sakit hati ketika anak yang sudah ia kandung dengan keadaan lemah bertambah payah, ia lahirkan bertaruh nyawa, serta ia besarkan dengan tetesan keringat dan limpahan kasih sayang, justru bersikap sangat buruk.
Tapi Fera tidak mau menunjukkan kesakitannya. Ia hanya terus bersikap baik pada Freya. Karena ia percaya, hati keras Freya akan luluh degan segenap cinta yang ia berikan.
Toh sikap Freya yang kurang baik itu adalah karena dirinya sendiri dan juga Roni sang suami, yang tidak bisa memenuhi apa pun yang dibutuhkan dan disukai Freya. Karena mereka miskin.
Ya memang begitu sikap asli seorang Freya. Jauh dari kata baik seperti kelihatannya.
Freya kemudian benar - benar berangkat. Taksi online yang dipesannya sudah menunggu di depan rumah.
Freya bekerja di sebuah bank sebagai teller. Profesi ini sudah ia jalani selama 2 tahun, sejak ia lulus kuliah.
Tapi apakah gaji sebagai teller bank mampu untuk mencukupi gaya hidup mewahnya? Tentu tidak.
Bayangkan saja. Sepasang sepatu yang ia kenakan berharga 29 juta. Tas yang dicangklongnya berharga 55 juta. Jam tangan di tangannya seharga 110 juta. Segala hal yang melekat dalam diri Freya, semuanya serba mahal.
Freya punya pekerjaan lain, di samping pekerjaannya sebagai teller. Sebenarnya teller hanya lah sebuah pekerjaan yang menutupi pekerjaan aslinya saja.
Sore hari selepas adzan isya, Freya akhirnya keluar dari bank setelah menyelesaikan segala administrasi yang berhubungan dengan pekerjaannya.
Di luar Freya sudah dijemput oleh lelaki buncit berkumis tebal menggunakan mobil mewah seharga triliunan.
Ya, itu lah pekerjaan utama Freya sejak masih kuliah. Tapi Freya berhasil menutupinya dari semua orang. Ia mengerjakan semuanya dengan sangat rapi.
Lalu apa semua orang tidak curiga dengan segala benda bermerk yang ia pakai, sementara pekerjaannya hanya seorang teller bank, dan ia juga berasal dari keluarga miskin?
Tentu ada yang curiga. Tapi berkat sikap baik palsu dari Freya, mereka sungkan untuk banyak bertanya. Menganggap bahwa barang - barang Freya semuanya hanya tiruan. Bukan asli.
"Mau jalan - jalan duluan atau ...." Lelaki itu tersenyum genit menatap Freya.
Freya tersenyum manja. "Jalan - jalan dulu lah. Aku pengin beli tas baru. Kemarin ada brand mentereng yang ngeluarin produk baru. Aku mau beli itu."
"Oke kalau gitu. Apa sih yang enggak buat Freya yang cantik."
Freya pun tersenyum puas. Sekali lagi ia bisa mendapatkan barang incarannya dengan begitu mudah.
Freya merasa sangat puas. Teramat sangat puas.
Freya sangat mencintai uang. Karena uang dapat memberinya kebahagiaan tiada tara.
* * *
Freya pulang pagi - pagi sekali setelah mendapat bayaran uang tunai dari sang pelanggan. Sudah dapat tas baru, dapat uang banyak pula.
Sampai di depan rumah reotnya, Freya mengernyit karena melihat mobil putih yang mewah di pelataran.
Siapa itu pagi - pagi sudah bertamu? Tentu itu adalah orang kaya. Kalau tidak bagaimana bisa beli mobil semewah itu?
Freya sempat takut karena mengira itu adalah salah satu pelanggannya yang merasa tidak senang karena ia tinggalkan begitu saja ketika masih petang.
Selama ini Freya selalu aman. Tidak pernah ada protes, karena ia selalu memberi pelayanan terbaik di ranjang. Buktinya banyak yang minta tambah, ingin terus kencan lagi dengan Freya.
Freya mengendap mendekati pintu rumah. Berharap bisa mengintip terlebih dahulu siapa gerangan itu.
Ah, Freya lega karena ternyata tamu di dalam rumah adalah seorang wanita. Cantik kalau dilihat dari belakang seperti ini. Entah kalau dilihat dari depan.
Tapi ngomong - ngomong siapa wanita itu? Kenapa ada di rumahnya pagi - pagi buta begini?
Baru sekali ini Freya melihat mobil itu.
Freya sudah hendak masuk rumah, tapi seseorang di dalam sana tiba - tiba beranjak. Oh dia sudah akan pergi.
Freya mendelik ketika melihat wanita itu memeluk dan mencium Fera. Ia juga melakukan hal sama pada Roni. Freya semakin penasaran siapa dia.
Oh iya. Selain memberikan pelukan, wanita itu juga memberikan amplop putih yang ia selipkan ke tangan Fera. Pasti isinya uang, kan?
Buat apa wanita itu memberi orang tuanya? Apa ada kamera tersembunyi? Apa sedang ada syuting acara amal seperti orang pinggiran?
Freya sebenarnya ingin terlibat. Jika benar ini adalah proses syuting sebuah program televisi, ia harus ikut nampang dan berperan sebagai anak perempuan yang baik serta solihah.
Namun belum selangkah Freya maju, ia dibuat sangat terkejut. Seluruh tubuhnya seakan membeku. Karena kini ia bisa melihat wajah wanita itu.
Mata, hidung, mulut. Bentu wajah. Dagu. Rahang.
Tinggi badannya.
Postur tubuhnya.
Lekukan tubuhnya.
Cara berjalannya.
Selera pakaiannya.
Semuanya ... begitu mirip dengan ... dirinya sendiri.
Mulut Freya sampai terbuka lebar. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya?
Ia merasa seperti bercermin.
Apa mungkin itu adalah hantu yang menyamar sebagai dirinya?
Wanita itu baru saja masuk ke mobilnya. Kemudian ia pergi. Ketika mobilnya sudah tak terlihat lagi, baru lah Freya keluar dari persembunyiannya.
Ia berjalan cepat masuk dalam rumah. Ia ingin cepat - cepat bertanya pada kedua orang tuanya tentang wanita yang baru saja datang ke rumah mereka ini.
Begitu melihat Freya, alangkah terkejutnya mereka. Seperti gelagapan. Mereka nampak seperti tertangkap basah. Pasti ada yang salah. Pasti ada sebuah rahasia yang sengaja mereka sembunyikan. Freya harus tahu apa itu.
Freya menatap tajam pada Fera dan Roni yang masih belum berkutik. "Bisa jelasin ke aku siapa dia?"
***