Baru Tahu

866 Words
"Jadi sebenarnya kenapa, sih, That? Apa yang terjadi dengan kamu dan Freya? Gimana kalian bisa bersama, dan gimana kalian bisa pulang dalam keadaan seperti itu?" Jena segera menanyakan rasa penasarannya. Mumpung ada waktu selagi menunggu Freya mandi. Athar menarik napas dalam. "Panjang banget ceritanya, Jen. Secara garis besar, aku sama Freya diculik sama musuhnya Archie. Mereka salah paham. Sorry kalau ini nyakitin perasaan kamu ya. Belakangan ini Freya memang cukup dekat sama Archie. Tapi mereka belum ada hubungan apa - apa. Tapi dipikir para penculik itu, mereka udah berhubungan. "Merek culik Freya supaya bisa ancam Archie lah. Mereka juga mau melecehkan Freya. Biar Archie makin sakit hati. Kebetulan pas Freya diculik, aku lihat. Ya pasti lah aku berusaha menolong. Tapi aku kalah sama mereka. Secara mereka jumlahnya banyak. Aku ikutan dibawa sama mereka. Eh, mereka ngiranya aku ada hubungan juga sama Freya gara - gara nolongin. Nambah deh senjata mereka untuk nyakitin hati Archie. Untungnya sebelum mereka melakukan rencana buruknya, aku sama Freya udah berhasil kabur." Athar menceritakan apa adanya, meski ia juga menutupi beberapa hal. Termasuk tentang latar belakang Freya, tujuannya mendekati Archie, dan juga fakta bahwa sebelum Freya diculik, ia dan Athar sebenarnya baru saja bersama. Ya meskipun kebersamaan Freya dan Athar bukan karena Asmara, justru untuk berdebat dan saling membenci, tetap saja Athar takut jika itu akan menimbulkan pikiran macam - macam dalam otak Jena. Dengan ia berangkat ke sini bersama Freya saja, pasti Jena sudah berpikir ini itu. Bagaimana kalau Jena tahu jika sebelum peristiwa penculikan mereka juga bersama? Ya, Athar memang belum tahu jika Jena mulai mencintainya. Ia hanya ingin menjaga reputasi. Ingin Jena tahu bahwa cinta Athar untuknya masih utuh. "Astaga ... diculik? Astaga ... terus kalian udah lapor polisi, kah? Apa Archie sudah tahu masalah ini?" Jena tentu saja terkejut mendengar kenyataan sebenarnya. Pantas saja Athar tidak bisa dihubungi sama sekali. "Udah, kami udah lapor polisi. Dan komplotan itu sebagian besar udah ditangkap. Sayangnya pimpinannya, dan beberapa orang kepercayaannya malah masih buron. Archie belum tahu. Rencananya ya mau aku kasih tahu. Tapi harus pikir matang - matang dulu strateginya. Kamu tahu sendiri kan gimana sifat si Archie." "Astaga ... ini bahaya banget, That. Mereka bisa - bisa bakal merencanakan hal lebih jahat untuk kamu dan Freya." Jena benar - benar ketakutan. Ia menyesal karena sudah sempat berpikiran macam - macam, bahwa Freya dan Athar memiliki hubungan khusus. Padahal mereka adalah korban. "Ya makanya itu. Aku perlu cepet kasih tahu Archie supaya dia juga bertindak melawan musuhnya itu. Karena ya cuman Archie yang tahu perkara mereka. Aku sama Freya nggak tahu apa - apa." "Iya kamu bener, That. Misal kamu perlu bantuan, jangan sungkan kasih tahu aku ya. Aku akan bantu sebisaku, semaksimal mungkin." Athar tersenyum mendengar ucapan Jena. Jujur ia bahagia karena akhir - akhir ini Jena makin perhatian terhadapnya. Ia berharap Jena akan segera mencintainya. Jena benar - benar khawatir dengan Athar. Ia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi lagi. Kali ini Athar bisa lolos. Tapi bagaimana dengan lain kali? Terlebih nantinya kejahatan mereka pasti akan dua kali lipat. Karena mereka sudah dendam dengan kaburnya Athar dan Freya. Jena sebenarnya heran, ia sama sekali tidak sakit hati ketika Athar bicara padanya tentang fakta bahwa sat ini Freya sedang dekat dengan Archie. Athar sampai minta maaf segala sebelum mengatakannya, takut menyakiti hatinya. Tapi benar ... Jena tidak merasakan apa - apa. Apa jangan - jangan seluruh perasaannya pada Archie sudah hilang tak bersisa sama sekali? Dan Jena benar - benar sudah jatuh cinta pada Athar? Entah lah, Jena bahkan bingung dengan perasaannya sendiri. Freya sudah selesai mandi. Ia nampak begitu cantik dengan busana yang dipilihkan oleh Jena. Jena ingin menangis rasanya. Freya benar - benar mirip dengan Raya. Mereka benar - benar serupa. Layaknya ia kini diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan sahabatnya Raya. "Astaga ... lama amat mandinya, Frey." Athar berkomentar sarkasme, sebelum akhirnya beranjak dan gantian masuk ke kamar mandi. Sepeninggal Athar, tersisa Freya yang berdiri dengan canggung. Juga Jena yang saat ini masih menatapnya. Freya tidak tahu harus bagaimana. Dan tidak tahu pula kenapa Jena terus menatapnya seperti itu? Tak ingin Freya merasa tak nyaman, Jena akhirnya berdiri. Ia mendekati Freya. Kini Jena telah berdiri di hadapan Freya. Bahkan tinggi Raya dan Freya juga sama. Setinggi telinga Jena. Jena kemudian tersenyum pada Freya. "Boleh aku peluk kamu sebentar aja?" Jena segera mengutarakan keinginannya. Freya sebenarnya bingung, kenapa tiba - tiba sekali Jena meminta untuk memeluknya? Tapi karena tak tega melihat wajah cantik Jena terlihat begitu sedih, Freya Akhirnya mengangguk. Jena segera berhambur memeluknya. Memeluknya begitu erat sembari menangis sesenggukan. "Maaf ya, aku peluk kamu dan nangis kayak gini. Hanya saja, aku sangat rindu sama Raya. Kamu bener - bener mirip sama dia. Bikin aku merasa lihat dia lagi. Dia pergi begitu mendadak, hingga dia nggak kasih salam perpisahan. Juga nggak kasih aku pelukan terakhir. Setelah peluk kamu seperti ini, aku merasa lebih baik." Jena masih lanjut memeluk Freya sambil menangis. Freya kini tahu apa sebabnya Jena bersikap seperti ini. Ternyata karena ia rindu pada Raya. Jadi seperti itu lah ikatan antar sahabat. Hingga ketika salah satu pergi, yang ditinggalkan aka beviru kehilangan? Freya tak pernah tahu sebelumnya. Karena ia tidak pernah tahu rasanya memiliki sahabat. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD