Leticia melihat gelagat yang tak biasa pada Lisa. Meskipun dia baru mengenal Lisa, dia sangat mengenal sosok wanita yang berada di hadapannya. Dia sudah menganggap Lisa seperti keponakannya sendiri.
Dia mulai curiga, karena Leo kerap menyuruh Lisa masuk ke kamarnya. Dia juga sangat mengenal majikanya itu. Leo paling tak suka kamarnya dimasuki sembarangan orang. Leticia juga melihat penampilan Leo yang berbeda, yang terlihat lebih dewasa dengan riasan yang berani dan berpakaian yang begitu seksi.
Lisa baru saja memuaskan majikannya. Dia keluar, hendak ke kamarnya. Saat dia mengendap-endap hendak masuk ke kamarnya, Leticia langsung menarik tangan Lisa, dan menutup mulut Lisa. Karena Lisa hendak berteriak, merasa kaget. Dia mengira, ada orang yang berniat jahat kepadanya. Leticia langsung membawa Lisa ke kamarnya.
"Bibi? Bikin aku kaget saja," cetus Lisa. Dia terkejut, saat melihat Leticia 'lah yang melakukan hal itu kepadanya.
"Jelaskan pada Bibi, apa yang sebenarnya terjadi padamu! Bibi merasakan hal yang berbeda padamu," ucap Leticia to the point.
Apa yang dilakukan Leticia kepada Lisa, sebagai bentuk kepeduliannya pada Lisa. Dia sangat tahu, kalau Lisa adalah wanita yang baik. Bukannya menjawab, Lisa justru langsung memeluk tubuh Leticia dan menangis sesenggukan meluapkan kesedihannya. Air matanya mengalir semakin deras.
"Makasih Bibi sudah peduli padaku," ucap Lisa diiringi isak tangis.
"Katakan apa yang kamu rasakan saat ini! Kamu bisa cerita sama Bibi! Siapa tahu Bibi bisa membantu permasalahan kamu," ujar Leticia sambil mengusap punggung Lisa dengan lembut.
Lisa melepaskan pelukannya dan menatap sendu Bibi Leticia. Mungkin ini yang terbaik, agar dia tak memendamnya sendiri. Lisa mulai menceritakan kejadian yang terjadi padanya.
Mulai dari Leo merenggut keperawanannya secara paksa, dan hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memilih pergi dari Mansion itu. Namun, takdir akhirnya mempertemukan dia kembali dengan Leo.
Dia juga menceritakan, kalau dirinya diusir oleh ibu tirinya. Saat dia kembali ke rumah. Bukan itu saja, Lisa menceritakan juga kalau dirinya sempat jatuh pingsan di jalan. Hingga akhirnya di larikan ke rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, dia justru dibawa paksa oleh orang suruhan Leo. Mereka membawa Lisa ke sebuah Villa yang letaknya cukup jauh dari pusat kota, dan dia di paksa untuk menerima tawaran Leo sebagai pemuas ranjang.
"Sungguh tragis sekali nasibmu. Bibi benar-benar tak percaya, mengapa Tuan Leo memperlakukan kamu seperti itu. Bibi sangat mengenalnya, kalau dia selalu bersikap setia kepada Nyonya Elena. Tak pernah sekalipun dia bermain dengan seorang jal*ang. Bibi benar-benar tak mengerti, mengapa dia sampai memperlakukan kamu seperti itu," ucap Leticia prihatin.
"Entahlah Bi, mungkin ini takdirku. Harus merasakan hidup menderita seperti ini. Dijadikan pemuas nafsunya. Berlari pun rasanya aku tak bisa, aku membutuhkan uangnya. Harapan aku hanya satu, semoga Nyonya Elena segera kembali. Agar aku bisa terbebas darinya. Pasti Tuan Leo akan membuang aku seperti sampah, karena sudah tak membutuhkan aku lagi," jawaban Lisa.
Leticia dapat melihat kesedihan di wajah Lisa. Namun, dia tak bisa menolongnya. Dia berharap, Leo akan segera sadar atas perbuatannya kepada Lisa.
"Sabar ya! Hanya itu yang bisa Bibi katakan kepadamu. Semoga Tuhan, membukakan hati Tuan Leo. Apa Tuan Leo melakukannya dengan kasar denganmu?" Leticia bertanya.
"Ya, dia memperlakukan aku seperti seorang ja*lang yang begitu hina baginya. Begitu kasar, saat menginginkannya," jawab Lisa.
Leticia merasa sedih mendengarnya. Dia terlihat meneteskan air matanya. Keduanya saling berpelukan, menangis sesenggukan.
"Bibi turut prihatin! Semoga kamu bisa melewati semua ini," Leticia berkata.
Leo sudah terlihat segar, dia sudah bersiap-siap untuk berangkat ke perusahaan. Aura dingin terpancar saat dirinya menuruni anak tangga, menuju meja makan.
Lisa pun sudah terlihat cantik, dia sudah berdiri di dekat meja makan menyambut majikannya, dan siap melayani tuannya itu. Seperti biasanya, dalam posisi seperti itu dia akan bersikap dingin pada Lisa. Layaknya majikan dengan pelayannya. Setelah selesai makan, dia pergi meninggalkan Lisa begitu saja. Tak ada perasaan cinta di hatinya. Lisa harus menyadari posisinya di hidup Leo.
Di negara lain, Elena baru saja terbangun dari tidurnya, dan berusaha untuk melepaskan tangan kekar yang masih memeluk tubuhnya.
"Ernesto, aku ingin buang air kecil," rengek Elena. Dia ingin segera turun dari ranjang.
Selama di Paris, Elena dan Ernesto tinggal di apartemen yang sama. Layaknya pasangan suami istri. Berkali-kali Ernesto menggagahi Elena. Demi karier, Elena rela memberikan tubuhnya untuk di jamah laki-laki lain. Padahal, suaminya seorang pengusaha hebat di negaranya.
Setelah buang air kecil, dia naik kembali ke ranjang. Hendak melanjutkan tidurnya kembali. Ternyata Ernesto tak tidur lagi, sejak tadi dia menunggu Elena selesai dari kamar mandi. Dia langsung mendekap erat tubuh Elena dan mengatakan, kalau dirinya menginginkannya lagi.
"Aku lelah. Aku masih mengantuk. Lagipula, tadi 'kan kamu sudah dua kali," protes Elena.
"Sekali lagi! Lihatlah, milikku sudah menegang kembali," ucap Ernesto sambil memainkan miliknya.
Ernesto memaksa Elena untuk melakukannya lagi. Meskipun awalnya Elena mencoba menolak, pada akhirnya dia mende*sah juga di bawah kungkungan Ernesto. Ernesto mencumbunya dengan penuh gairah, dan tangannya bermain di area sensitif Elena.
Padahal suaminya mampu memberikan semuanya yang dia inginkan, Leo pun begitu perkasa di ranjang.
"Ah ... ya ... Begitu! Percepat, lebih dalam lagi!" racau Ernesto, saat Elena memompanya.
Ernesto tampak menepuk-nepuk bo*kong Elena, sesekali dia juga membantu Elena menggoyangkan pinggulnya. Elena semakin mempercepatnya. Keduanya tampak semakin menggila, hingga akhirnya mereka mengerang bersama.
"Kamu memang luar biasa, Sayang," puji Ernesto membuat Elena tersenyum.
Leo terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya. Terkadang dia merasa jenuh dengan rutinitas yang dia lakukan sehari-hari.
Dia hentikan sejenak aktivitasnya, untuk merenggangkan tubuhnya. Leo juga menghela napas panjang, dan membuangnya kasar. Kini tatapannya mengarah ke bingkai foto yang berada di meja kerjanya. Foto kemesraan dirinya dengan sang istri.
"Aku merindukan kamu El, meskipun kini sudah ada Lisa di hidupku. Rasa cintaku padamu tak akan berubah, Lisa hanya aku jadikan sebagai tempat pelampiasan hasratku saat kamu tak ada," ucap Leo tanpa rasa bersalah.
Entah bagaimana nasib Lisa nanti. Setelah Ele a kembali lagi. Mungkinkah, Lisa akan di buang seperti sebuah sampah yang sudah dia tak butuhkan lagi?
Dia masih menyenderkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Tangannya terlihat memijat-mijat keningnya yang tiba-tiba saja terasa sakit.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba saja dia teringat pada wanita yang berada di Mansion saat ini. Dia berniat untuk melihatnya dari CCTV. Seutas senyuman terbit di sudut bibirnya. Saat melihat tingkah Lisa yang begitu menggemaskan. Sampai saat ini, dia masih belum mengerti perasaannya kepada Lisa.
Semenjak hadirnya Lisa di hidupnya, kehidupan Leo menjadi berwarna. Dia tak merasa kesepian lagi. Leo juga tak pernah lagi mengunjungi Klub malam, untuk melepas rasa penatnya sejenak. Kini Lisa yang menjadi sasaran empuknya, tempat pelampiasannya.
"Aku benar-benar kecanduan tubuh kamu, tubuhmu begitu menggoda. Bahkan lebih menggoda dari Elena," tanpa sadar Leo memuji Lisa dan membanding-bandingkan Lisa dengan Elena-sang istri.
Tentu saja rasanya sangat berbeda, karena hanya dia yang menikmati tubuhnya. Lisa bukanlah wanita mu*rahan seperti istrinya, yang melakukan berbagai cara demi sebuah obsesi. Meskipun Lisa wanita miskin, tak pernah sekalipun dia menjual tubuhnya.
Berbeda halnya untuk sekarang, Leo sudah merenggut keperawanannya. Dia khawatir, tak ada laki-laki lain yang mau dengannya. Dia harus memiliki uang, untuk melanjutkan hidupnya. Tak dapat dia pungkiri, kalau dia membutuhkan uang Leo, dan Leo juga mengancamnya. Jika dia menolaknya.