Malam ini, Lisa harus menginap di rumah sakit. Besok, dia baru diperbolehkan pulang. Lisa merasa tak enak hati, karena Leo menemaninya di rumah sakit.
"Tuan, kalau Anda ingin pulang. Pulang saja! Aku tak apa-apa di rumah sakit sendiri. Lagipula, aku sudah merasa lebih baik kok," ucap Lisa.
"Sudahlah, tak usah mengatur! Aku sendiri yang ingin menemani kamu disini," sahut Leo ketus.
Leo memesan ruangan VVIP di rumah sakit itu. Namun, tetap saja sangat berbeda dengan VVIP di rumah sakit besar. Di ruangan itu hanya memiliki televisi dan juga sofa biasa.
"Tapi, Tuan. Malam ini Anda tidurnya bagaimana? Pasti tak akan nyaman," Lisa masih merasa tak enak.
"Ternyata, kamu itu banyak bicara juga ya? Sudah aku katakan, ini urusan aku! Apa saya harus memper*kosa kamu sekarang di sini, agar mulut kamu diam?" ancam Leo yang kini menatap tajam Lisa.
Tentu saja Lisa tak ingin hal ini terjadi. Dia lebih memilih untuk diam, dan memejamkan matanya. Yang terpikir olehnya saat itu, dia harus segera sehat. Agar tak menyusahkan bosnya itu. Sedangkan Leo justru belum mengantuk. Dia masih serius memainkan telepon genggamnya.
Tiba-tiba saja ada panggilan masuk. "Elena?"gumam Leo.
Tentu saja dia langsung mengangkat panggilan dengan istrinya, matanya terlihat berbinar-binar. Dia terlihat senang, karena akhirnya sang istri menghubunginya.
"Halo, sayang. Maaf ya, aku baru bisa menghubungi kamu. Pekerjaan aku disini sangat padat, membuat tubuh aku terasa lelah. Aku manfaatkan waktuku untuk beristirahat, di kala ada waktu senggang. Oh, ya. Gimana kabar kamu di sana?" Ucap Elena berbohong.
Tak ada perasaan bersalah sedikitpun di benaknya, karena telah berselingkuh dari suaminya. Seakan semuanya baik-baik saja. Tak menyadari, kalau dirinya telah mengecewakan suaminya.
"Aku kira, kamu sudah melupakan suamimu di sini? Aku tahu. Makanya, aku begitu mengkhawatirkan kamu. Aku tak ingin kamu sakit. Kabarku tak baik, kamu begitu menyiksaku! Kapan kamu pulang? Apa kamu tak peduli lagi dengan suamimu ini?" Leo berkata.
"Tentu saja tidak, Sayang. Kamu tak tahu, betapa tersiksanya aku di sini. Aku rindu padamu. Tapi, aku belum bisa pulang. Kontrak pekerjaanku di sini belum selesai. Aku mohon bersabar 'lah dulu!" Elena berkata manis.
"Em, terserah kamu sajalah! Percuma saja aku melarangmu, kamu pun pasti tak akan mau!" Leo berkata ketus.
Rasa cintanya yang begitu besar kepada sang istri, membuat dia menjadi mainan untuk istrinya. Elena tahu, kalau suaminya itu sangat mencintainya. Pada akhirnya Leo akan mengalah padanya.
"Ya sudah, aku akhiri saja percakapan kita. Aku sedang tak ingin bertengkar sama kamu. Tunggu aku ya! Secepatnya, aku akan kembali," ujar Elena dan Leo akhirnya mengiyakan. Mereka mengakhiri panggilan telepon itu.
"Secepatnya versi kamu tak jelas! Bisa dua bulan, tiga bulan, atau mungkin bertahun-tahun. Terserah kamu saja. Aku lelah menunggu yang tak pasti," Leo menggerutu.
Leo tampak terdiam, dan menatap ke arah Lisa yang kini sudah tertidur nyenyak. Terlintas di benaknya betapa terhinanya dia, sampai-sampai dia mau bercinta dengan pelayannya. Semua itu karena istrinya yang menghancurkan hidupnya. Membuat dia melakukan hal paling bodoh dalam hidupnya. Selama ini dia selalu setia pada istrinya, memendam hasrat terpendamnya. Dia lebih memilih melakukannya sendiri, daripada bercinta dengan wanita lain.
Kini dirinya terjebak dalam permasalahan yang dia buat sendiri. Entah mengapa dia tak bisa melepas Lisa dari hidupnya. Tubuh Lisa sudah menjadi candu untuk dirinya.
Rasa lelah dan kantuk membuat Leo akhirnya merebahkan tubuhnya di sofa yang tak terlalu empuk. Dia terpaksa melakukan itu. Semua dia lakukan demi Lisa.
Jam menunjukkan pukul 04.00 pagi, Lisa terbangun dari tidurnya. Dia ngin buang air kecil, sudah tak bisa menahannya. Dia melihat sang majikan yang sedang tertidur nyenyak. Hingga dia tak ingin membangunkan Leos. Perlahan Lisa beranjak turun dari ranjang, dan meraih infusnya. Kemudian dia berjalan dengan pelan-pelan agar tak membuat Leo terbangun.
Terdengar suara air dari dalam kamar mandi, membuat Leo terbangun membuka matanya. Dia langsung melihat ke arah ranjang Lisa yang terlihat kosong. Lisa baru saja selesai, dan keluar dari kamar mandi. Dirinya terkejut, saat melihat Leo yang sudah terbangun dari tidurnya.
"Mengapa kamu tak membangunkan aku? Lain kali, jika kamu membutuhkan sesuatu. Bicaralah!" Ucap Leo dengan suara khas bangun tidur.
"Maaf, aku tak ingin menggangu tidur Tuan. Aku lihat tadi Tuan sedang tidur nyenyak Lagipula, aku bisa melakukannya sendiri," Lisa berkata.
Padahal sebenarnya, dia tak ingin merasa canggung kembali. Seperti saat siang dan sore tadi. Saat Leo membantu dia buang air kecil. Bahkan Leo yang membuka kain segitiga miliknya, dengan tujuan memudahkan dirinya untuk buang air kecil. Namun, tetap saja. Hal itu membuat dirinya merasa canggung.
Menurut hasil pemeriksaan dokter, Lisa sudah diperbolehkan pulang. Dia hanya butuh pemulihan saja. Yang terpenting Lisa harus melakukan pola hidup sehat. Dengan makan makanan yang bergizi, makan yang teratur, banyak minum air putih, dan beristirahat yang cukup.
Mark sudah mengurus administrasi kepulangannya. Mereka akan langsung pulang ke Mansion. Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju Mansion. Jantungnya berpacu lebih cepat, Lisa merasa canggung berada satu mobil dengan bosnya itu. Terlebih, wajah Leo erlihat dingin. Membuat suasana begitu mencekam.
"Bekerjalah seperti biasa saat di Mansion, kecuali saat aku meminta kamu untuk melayani aku!" ucapan Leo memecah keheningan kala itu. Lisa hanya menganggukkan kepalanya.
Tak ada pilihan baginya. Jalan ini yang harus dia pilih, sampai Leo akan membuang dia. Tak membutuhkan dia lagi. Dengan uang yang dia miliki, nantinya dia akan melanjutkan hidupnya.
"Aku minta, setiap harinya kamu selalu berdandan cantik! Agar aku selalu b*******h melihatmu," timpal Leo lagi.
Lagi-lagi dia hanya mengiyakan. Mengangguk patuh. Dia harus bergaya seperti seorang ja*lang, yang menggoda Leo.
Jika dia bisa memilih, justru Lisa ingin berdandan sejelek mungkin. Agar sang majikan tak tertarik kepadanya. Tapi, hal itu tak bisa dia lakukan. Keselamatannya akan terancam. Dia akan menunggu saat yang tepat, sampai dia bisa terbebas dari belenggu ini.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam, akhirnya mereka sampai di Mansion milik Leo. Leo turun lebih dulu masuk ke dalam, dan dia langsung menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, dia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang. Selama di rumah sakit, dia kurang tidur. Hal itu membuat dia mengantuk, hingga akhirnya dia langsung tertidur.
"Lisa, kamu bekerja kembali di sini? Mengapa kamu datang bersama Tuan Leo? Apa dia mencarimu?" Tanya Leticia kepada Lisa.
"Iya, Bibi Leticia. Aku masih membutuhkan pekerjaan ini, hingga akhirnya aku memutuskan untuk kembali. Tadi aku bertemu Tuan Leo di jalan, dan dia menyuruh aku untuk ikut naik ke mobilnya. Ya sudah, aku menuruti saja," jawab Lisa berbohong. Dia memilih menutupi hubungannya dengan Leo.
"Bi, aku ganti pakaian dulu ya," pamit Lisa.
Dia menghindari Leticia. Khawatir, Leticia akan bertanya macam-macam lagi kepadanya.
Lisa menjadi canggung, saat dirinya melayani Leo di meja makan.
"Kamu makan disini saja! Temani saya!" Pinta Leo.
"Tapi, Tuan ...."
Lisa berniat menolak, karena di sana ada Leticia yang sedang membantu dia menyiapkan makanan di meja. Lisa melirik ke arah Leticia, dengan wajahnya yang terlihat pucat. Leticia menganggukkan kepalanya, memberi kode untuk menuruti perintah majikannya.
"Ya Tuhan, Tuan Leo ini apa-apaan si? Bagaimana jika Bibi Leticia mengetahui hubungan terlarang ini," Lisa menggerutu dalam hati. Lisa terlihat gugup, dan canggung duduk satu meja dengan majikannya. Meskipun kemarin-kemarin mereka sudah melakukan itu.
Lisa terpaksa menuruti perintah Leo. Dia tampak dengan telaten, melayani Leo. Mengambilkan nasi, sayur, dan juga lauk pauk untuknya. Leo makan dengan lahap, terlihat santai. Berbeda halnya dengan Lisa yang justru terlihat canggung berada satu meja dengan majikannya. Jantungnya berdegup sangat kencang. Dia justru tak nafsu makan. Terlebih para pelayan lainnya menatapnya dirinya, dengan tatapan yang tak biasa.