Malam Kelam
"Tuan, aku mohon jangan lakukan ini padaku! Aku bukan Nyonya Elena," Lisa mencoba menyadarkan Leo.
Namun sayangnya, Leo tak menghiraukannya. Kini tubuh mungilnya berada dalam kungkungan laki-laki yang dianggap sebagai tuannya. Hanya air mata yang mewakili perasaannya saat itu.
Lisa berusaha memberontak. Tapi, usahanya sia-sia. Tenaga Leo lebih kuat darinya. Tangan kekar itu berhasil merobek paksa pakaian yang dikenakan Lisa.
"Selalu saja kamu menolak aku. Apa kamu sudah tak mencintaiku lagi? Aku merindukan tubuh kamu, El. Sudah sangat lama kita tak bercinta."
Suara Leo terdengar berat. Dia sudah sangat mabuk. Pengaruh alkohol membuat dia tak bisa berpikir jernih. Miliknya pun sudah berdiri tegak dan mengeras. Dia membutuhkan pelampiasan hasratnya yang sudah lama terpendam.
Leo mulai mencumbu Lisa tanpa ampun. Dia gigit bibir bawah Lisa, memudahkan dia mengeskplorenya. Dia semakin tak sabar, ingin segera melakukannya.
"Arrgghh, sakit---"
Malam itu adalah menjadi malam kelam untuk Lisa. Leo merenggut keperawanan Lisa secara paksa. Wanita yang bekerja sebagai pelayan di Mansion-nya.
Darah segar mengalir dari area sensitifnya. Leo terus menghujam area sensitif Lisa dengan kasar. Tak mempedulikan betapa sakitnya yang dirasakan Lisa saat itu.
Air matanya terus mengalir, membasahi wajah cantik Lisa. Da*danya terasa sesak. Area sensitifnya terasa sakit. Berbeda dengan Leo yang justru menikmatinya. Rasanya sangat berbeda.
"Sayang, kenapa milik kamu begitu nikmat melebihi biasanya? Apa mungkin karena aku sangat merindukan kamu? Aku mohon jangan tinggalkan aku lagi! Aku sangat mencintai kamu," Leo terus meracau.
Beberapa menit kemudian, dia mengerang. Leo menumpahkan cairan hangat di rahim Lisa. Dia mendapatkan pele*pasan.
"Terima kasih Sayang, aku sangat puas," ucap Leo.
Leo sudah tertidur. Lisa berniat untuk pergi meninggalkan kamar Leo, sebelum Leo terbangun dari tidurnya. Andai saja dia tak membantu memapah majikannya yang sedang mabuk ke kamar, hal ini tak akan pernah terjadi.
Di kamarnya, Lisa menangis tersedu-sedu. Malam ini menjadi mimpi buruk baginya. Dia tak pernah menyangka, akan mengalami seperti ini. Keperawanan yang dia jaga selama 22 tahun, telah direnggut paksa oleh majikannya.
Lisa berniat berhenti dari pekerjannya, pergi meninggalkan Mansion Leo. Dia yakin, kalau Leo tak akan mau bertanggung jawab. Leo adalah sosok yang sangat menakutkan. Sikapnya dingin terhadap orang di sekitarnya.
***
Leo baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berat. Namun, dia harus bekerja. Sudah tiga bulan lamanya, dia menjadi seorang pemabuk. Sebagai bentuk pelampiasannya kepada Elena-istrinya.
Berkali-kali Elena membohongi dia, berjanji akan kembali. Elena seorang model Internasional. Mereka sudah menikah selama dua tahun. Namun sampai saat ini, mereka belum memiliki seorang anak.
Enam bulan lalu, Elena pergi meninggalkan Leo, dan berjanji akan kembali setiap tiga bulan sekali. Ini kedua kalinya, Elena membatalkan rencananya kembali. Tentu saja hal itu membuat Leo merasa sangat kecewa.
"Lagi-lagi aku mabuk. Kamu berhasil menghancurkan aku, El."
Betapa terkejut Leo, saat hendak beranjak bangkit, dan melihat tubuhnya yang terlihat polos hanya ditutupi dengan selimut.
"Apa yang terjadi padaku?" Leo bermonolog.
"Sh*it! Mengapa milikku terasa lengket? Semalam aku bercinta dengan siapa? Mengapa tak ada wanita di kamarku?" Serentetan pertanyaan hadir di pikirannya.
Keterkejutannya semakin bertambah, saat tanpa sengaja dia memandang noda merah di ranjangnya. Dirinya semakin penasaran. Dia sentuh noda itu, untuk memastikan.
"Darah? Apa wanita yang aku tiduri masih perawan?" Gumam Leo.
Leo mencoba mengingat wajah wanita yang bercinta dengannya semalam. Namun sayangnya, dia tak ingat. Dia hanya merasakan nikmat yang luar biasa.
"Rasanya memang sangat berbeda, saat aku bercinta dengan Elena. Apa yang aku rasakan semalam, ternyata bukanlah sebuah mimpi," Leo berkata. Wajahnya terlihat kusut, dan bingung.
Leo memutuskan untuk segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke perusahaan, karena Mark-asistennya pasti sudah menunggunya. Leo adalah seorang CEO di perusahaan milik papinya. Dia adalah ahli waris tunggal.
Kini Leo sudah terlihat segar, dan rapi. Siap untuk berangkat. Namun sebelumnya, dia hendak sarapan terlebih dahulu. Aura dingin terpancar dari wajahnya, sejak menuruni anak tangga.
"Selamat makan Tuan," sapa Leticia.
Leticia adalah pelayan yang paling setia pada Leo. Dulu, Leticia adalah pelayan di Mansion orang tuanya. Dia sudah mengenal Leo, sejak Leo belum menikah dengan Elena.
"Apa aku perlu bertanya kepada Leticia, siapa wanita yang semalam aku bawa?" Ucap Leo dalam hati.
Baru saja dirinya hendak bicara, Leticia memanggilnya. Menyadarkan, lamunan Leo.
"Maaf Tuan, Lisa mengundurkan diri bekerja di sini," ungkap Leticia.
"Mengapa dia berhenti secara tiba-tiba? Memangnya apa yang terjadi?" Tanya Leo.
"Untuk hal itu saya tidak tahu. Sepertinya ada hal penting yang terjadi, karena dia pamit dengan terburu-buru. Bahkan dirinya tak ingin menunggu Anda bangun terlebih dahulu, untuk meminta gajinya," jelas Leticia.
Leo tampak mengerutkan keningnya. Namun akhirnya, dia memilih untuk tidak peduli dengan urusan pekerja rendahan di Mansionnya. Masalah pekerjaannya dan permasalahan dengan istrinya saja, sudah sangat menguras pikirannya. Dia tak ingin menambah kepusingannya.
Leo akan segera berangkat. Sebelum berangkat, dia menitipkan uang gaji Lisa kepada Leticia. Jika nanti Lisa datang meminta gajinya.
Selama dalam perjalanan, Leo terlihat hanya diam. Pikirannya melayang kepada noda merah yang dia lihat tadi di ranjang. Kepalanya menjadi bertambah pusing.
"Apa wanita itu Lisa?" Leo bermonolog.
Di tempat berbeda, saat ini Lisa terlihat menangis. Hidupnya terasa hancur. Dia memilih untuk pulang ke rumahnya. Melupakan kejadian yang terjadi padanya.
"Hei, mengapa kau pulang? Apa kau berhenti bekerja? Dasar anak tak tahu diuntung, baru bekerja 1 minggu sudah berhenti. Kau kira hidup ini gratis, membuat kau memilih bermalas-malasan di kamar," bentak sang ibu tiri.
Selama ini Lisa tinggal bersama ibu tirinya dan juga papinya. Dia selalu dituntut untuk bekerja membanting tulang, dan mereka yang menikmati hasilnya. Lisa selalu disiksa, diperlakukan buruk.
"Ampun Mi, sakit. Aku janji akan segera mencari pekerjaan lagi," ungkap Lisa sambil menahan rasa sakit yang dia rasakan. Ibu tirinya menarik rambutnya dengan kasar, menyuruh Lisa mencari pekerjaan kembali.
Ingin rasanya dia berlari dari semua ini, dirinya merasa lelah dijadikan sapi perah oleh ibu tiri dan papinya.
Lisa berjalan menyusuri jalan setapak demi setapak. Air matanya terus menetes mengiri langkahnya. Entah harus ke mana dia mencarinya.
"Tuan, bukankah itu pelayan di Mansion Anda yang sedang berjalan?" tanya Mark kepada bosnya.
Leo melirik ke arah Lisa yang sedang berjalan. Namun, tak lama. Dia memilih untuk tidak mempedulikannya. Sudah tak ada urusan baginya.
"Iya. Tapi, sudah mengundurkan diri. Biarkan saja! Sudah miskin, sombong pula. Bahkan dirinya berhenti, tak pamit dulu kepada saya," jawab Leo ketus.
Mark merasa ada yang aneh. Dia mencoba menelaah ucapan bosnya itu. Dia yakin, pasti ada sesuatu yang terjadi pada bosnya dengan pelayan cantik di Mansion itu.
Tak dapat dipungkiri, Mark pun mengakui kecantikan Lisa. Dia menjadi teringat. Kalau Lisa yang membantu dia membawa Leo ke kamar.
"Apa mungkin Tuan Leo ---"
Secepatnya Mark menepis kecurigaannya. Tak mungkin bosnya berbuat seperti itu. Selama ini, tak pernah sekalipun Leo tergoda dengan wanita lain. Leo sangat mencintai Elena. Meskipun Elena kerap menyakiti hatinya.