Diantara Dua Pilihan

1226 Kata
"Arrgg, si*al! Mengapa aku jadi kepikiran dia? Bahkan milikku juga ikut menegang saat memikirkan wanita itu. Apa mungkin, saat ini aku memiliki perasaan dengannya? Ah, tidak-tidak. Ini tak mungkin. Hal ini tak boleh terjadi. Cintaku hanya untuk Elena seorang, dia hanyalah wanita ja*lang!" Mark melirik ke arah bosnya, yang tampak gelisah. Wajahnya pun terlihat kusut. Dia yakin, kalau saat ini ada sesuatu yang sedang dipikirkan bosnya. "Mengapa Tuan Leo tak menaruh curiga sama sekali dengan istrinya? Aku yakin kalau Nyonya Elena pasti berselingkuh disana. Aku harap, Tuan Leo akhirnya bisa bersama Lisa. Kasihan dia, dia wanita yang baik," Mark berkata dalam hati. Dia tahu, kalau perbuatan bosnya itu salah. Berselingkuh dari istrinya. Tapi, entah kenapa. Dia justru setuju bosnya bercerai dari Elena. Dia sangat tahu perjalanan pernikahan Leo dengan Elena. Jika tak ada Leo di Mansion, Lisa tetap mengerjakan pekerjaan di Mansion membantu . Saat ini dirinya tampak sibuk membersihkan kamar Leo. Merapihkan kain sprei Leo, dan juga pakaian yang terserak di lantai. Tanpa sadar, senyuman terbit di sudut bibir Leo saat melihat Lisa mencium baju yang dia kenakan kemarin. "Si*al, kamu sungguh menyiksaku! Aku sungguh tergoda. Ingin rasanya tubuhku, yang kamu ciumi. Tunggu—tunggu! Mengapa dia terlihat begitu menikmati, saat menciumi pakaianku? Apa dia telah jatuh cinta padaku?" Leo bermonolog. Bukannya bekerja, Leo Justru memperhatikan gerak-gerik Lisa dari tampilan CCTV. Dia tak menyadari, kalau dia seperti orang yang sedang kasmaran. Sayangnya, sampai saat ini dia belum menyadari perasaannya kepada Lisa. "Tuan ...," panggil Mark. Leo sedang melamun. Dia tak mendengar asistennya memanggilnya. Dia terlihat begitu serius menatap wajah Lisa di layar monitor MacBook miliknya. "Tuan ... Tuan!" Mark berniat menyadarkan bosnya itu. Dia terpaksa memanggil sambil menepuk-nepuk pundak Leo, untuk menyadarkan bosnya dari lamunannya. Hingga akhirnya Leo tersentak kaget. "Kamu ini, bikin saya kaget saja," gerutu Leo. "Maaf Tuan, habisnya Tuan saya panggil-panggil tak dengar. Hingga saya terpaksa lancang menepuk-nepuk pundak Anda," jelas Mark. Dia menjadi tak enak hati, karena selama ini dia tak pernah bersikap demikian. Meskipun bosnya itu, bersikap biasa padanya. Mark mengatakan, kalau dia ingin menanyakan makanan apa yang bosnya inginkan untuk makan siang ini. Karena dia hendak keluar membeli makanan. Seharian bekerja, ternyata membuat Lisa merasa lelah. Terlebih saat malam hari, dia masih harus bekerja memuaskan nafsu majikannya. Hingga membuat tubuhnya terasa remuk. Dia baringkan tubuhnya di kasur yang berada di kamarnya. Sebelumnya, dia sudah meminta izin kepada Leticia untuk beristirahat sejenak. Tak butuh waktu lama, kini matanya sudah terpejam. Dia tak tahu, ada seseorang yang terlihat panik karena tak melihat wajahnya berada di Mansion. "Kemana dia? Mengapa tak ada, di semua sudut ruangan? Apa dia pergi kembali meninggalkan Mansion? Tidak! Hal itu tak boleh terjadi. Aku tak akan membiarkan dia pergi!" Leo memutuskan untuk pulang ke Mansion. Dia ingin segera mencari keberadaan Lisa. Mark tampak bingung melihat bosnya yang berjalan begitu tergesa-gesa. "Sebenarnya ada apa ya dengan Tuan Leo? Sejak tadi sikapnya sangat aneh. Mengapa dia terlihat panik, dan ingin segera kembali ke Mansion?" Mark bermonolog dalam hati. Mobil yang membawa Leo sudah memasuki parkiran Mansion. Dia langsung bergegas turun dari mobilnya. Aura dingin terpancar dari wajahnya. Dia terlihat begitu serius. "Selamat datang, Tuan," Leticia menyambut kedatangan tuannya, saat Leo memasuki Mansion. "Dimana wanita itu? Apa dia kabur kembali?" Tanya Leo to the point, tanpa basa-basi. "Wanita mana yang Tuan maksud?" Tanya Leticia memastikan Leticia belum menyadari, kalau saat ini Lisa tak bersamanya. Dia tak sempat membangunkan Lisa yang masih tertidur, karena dia memang tak tahu kalau Leo akan pulang lebih cepat. "Siapa lagi? Wanita yang senang sekali pergi begitu saja, tanpa pamit dengan saya," sahut Leo ketus. Hingga akhirnya, Leticia menyadarinya. Kalau wanita yang dimaksud majikanya itu adalah Lisa. Leo tak sabar mendengar jawaban Leticia, hingga akhirnya dia memutuskan berteriak memanggil-manggil nama Lisa. Dia juga mencari Lisa ke semua sudut ruangan, tetapi dia tak menemukan Lisa. "Maaf Tuan, Lisa sedang berada di kamarnya. Sepertinya dia ketiduran. Tadi dia sempat izin pada saya, mengeluh kalau tubuhnya merasa lelah karena seharian habis bekerja," jelas Leticia. Leo tampak terdiam, dia jadi merasa tak tega dengan Lisa. Wajar jika dia seperti itu, karena dia harus bekerja double. Mengerjakan pekerjaan di Mansion membantu Leticia, dan juga melayani nafsunya setiap malam. Bahkan Leo kerap meminta berkali-kali. Untung saja Lisa meminum obat yang diberikan Leo. Jika tidak, dia pasti hamil. Leo memutuskan untuk ke kamar Lisa. Dia tak peduli, kalau sikapnya nanti akan membuat Leticia curiga. Ini adalah pertama kalinya bagi Leo mengunjungi kamar pelayannya. Dia baru merasa tenang, saat menemukan wanita yang tadi sempat membuat dirinya merasa panik. Lisa mampu memporak-porandakan perasaan hatinya. Leo berjalan menghampiri Lisa, dan mencium kening Lisa. Wajahnya terlihat begitu teduh, tidur dengan nyenyak. "Apa kamu tak menyadari, kalau aku begitu panik saat tadi tak melihat kamu di CCTV. Aku harus menghukum kamu, karena kamu berhasil mengerjai aku. Aku panik, dan kamu justru malah enak-enakan tidur nyenyak," Leo menyeringai licik. Para pelayan di sana dan juga Mark, tampak tercengang melihat Leo menggendong tubuh Lisa dan membawanya ke kamar. Membuat mata mereka saling pandang. "Sepertinya, sebentar lagi kita akan melihat kebucinan Tuan Leo pada Lisa," ucap Mark terkekeh. "Saya pamit dulu! Tolong sampaikan kepada Tuan Leo, kalau saya pulang. Lagipula, sepertinya dia sudah tak membutuhkan saya lagi disini," pamit Mark dan Leticia mengiyakan. Leo membaringkan tubuh Lisa secara perlahan. "Ternyata, dia tidurnya nyenyak banget. Sampai tak menyadari, kalau aku menggendongnya, dan memindahkan dia di kamarku," batin Leo. "Kamu memang benar-benar seksi, Sayang. Membuat aku kecanduan. Baru melihat dressmu tersingkap saja, milikku sudah menegang," Leo berkata. Leo langsung membuka semua pakaian yang dia kenakan, dan kini sudah terserak di lantai. Saat itu dia sudah dalam keadaan polos. Setelah itu dia menuruni kain segitiga milik Lisa. Membuat Lisa membuka matanya seketika, dan tersentak kaget. "Tuan, apa yang Tuan ingin lakukan?" Lisa berkata. Saat Leo menaikkan dress yang dia kenakan, dan melebarkan kedua pangkal pahanya. "Nikmati saja! Aku ingin menghukum kamu, karena tadi sudah membuat aku panik. Aku mengira kalau kamu pergi meninggalkan aku," ungkap Leo jujur. "Tapi, Tuan ... Aaahhh," de*sah Lisa. Lidah majikannya kini bermain di area sensitifnya. Tak hanya itu, Leo juga memasukkan jari tangannya ke dalam area sensitifnya. Bermain di dalam sana. Leo semakin tak sabar, dia sudah berhasil membuat tubuh Lisa dalam keadaan polos. Kini lidahnya bermain di bukit kembar Lisa. Memainkan pu*ting Lisa yang sudah mengeras. Leo menghi*sapnya secara bergantian. "Aahhh, Tuan. Aku mau keluar!" Lisa berkata. Dia berhasil membuat Lisa mendapatkan pele*pasan. Tentu saja dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Leo langsung mengarahkan miliknya, dan meminta Lisa mengu*lumnya. "Ya begitu Sayang, enak sekali," ungkap Leo. Dia begitu semangat memaju mundurkan miliknya yang kini berada di mulut Lisa "Sudah! Aku mau masukkan sekarang. Aku sudah tak tahan lagi," Leo menghentikan aktivitas Lisa. Dia langsung mencabut miliknya dari mulut Lisa, dan mengarahkan miliknya ke area sensitif Lisa. "Aahh ... Aahh," de*sah keduanya. Saat milik Leo berhasil masuk dengan sempurna. Leo mulai memompanya. Perlahan, tapi pasti. Semakin lama dia semakin mempercepatnya, karena dia sudah hampir di titik kli*maks. Dia pun mencium bibir Lisa dengan penuh gairah. Lisa pun menikmati permainan ranjang majikannya itu. Semakin lama ciuman itu semakin memanas, tangan Leo pun tak bisa diam. Dia terlihat asyik mere*mas-re*mas bukit kembar Lisa yang masih terasa kencang. Hingga akhirnya mereka mengerang bersama. Leo ambruk di atas tubuh Lisa. Dia mencoba mengatur napasnya terlebih dahulu, yang masih terengah-engah. Jantungnya pun masih berdegup kencang. Lisa hendak beranjak turun dari ranjang. Namun, Leo mencegahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN