Perubahan Leo

1072 Kata
"Aku tak mengerti dengan perasaan aku sendiri. Adakah cinta untuknya?" Leo menatap lekat wajah Lisa yang sedang tertidur nyenyak di ranjangnya. Lisa terlihat tak berdaya, akibat ulah dirinya. Sedangkan dia justru, masih terjaga. Leo sedang menikmati wine, untuk menenangkan perasaannya saat itu. Dia begitu merindukan istrinya. Hingga akhirnya dia berpikir untuk mendatangi Elena ke Paris. Dia mencoba menghubungi Elena, untuk menanyakan keberadaan dia di sana. Namun, Lagi-lagi Elena mengabaikan panggilan telepon darinya. "Mengapa kamu sulit sekali dihubungi, saat pergi seperti ini? Apa aku ini tak penting bagimu? Sebegitu sibuknya kamu, sampai-sampai kamu tak mengingat diriku," ucap Leo geram. Leo meremas gelas yang dia pegang saat itu, meluapkan kemarahannya. Baru saja dirinya hendak tidur, ponselnya berdering. Tentu saja dia langsung semangat kembali. Inilah telepon yang sangat dia nanti. Ya, rasa cintanya pada sang istri begitu besar. "Mengapa kamu sulit sekali aku hubungi? Apa kami tak merindukan aku?" Leo berkata sinis, dan Elena justru tersenyum di sana. Dia sangat tahu, kalau suaminya itu begitu mencintainya. "Ya, maafkan aku. Aku benar-benar sibuk. Bahkan, sekarang saja aku baru sampai di apartemen. Maaf, aku ingin menyelesaikan pekerjaan ini secepatnya. Karena aku ingin segera kembali ke sana. Aku pun sangat merindukan kamu," Elena berkata dengan manja. "Benarkah kamu akan pulang? Kapan? Aku harap kamu tak membatalkan janjimu lagi padaku. Kamu tahu? Rasanya aku hampir gila, karena menantimu kembali," Leo mengungkap apa yang dia rasakan selama ini. "Ah, sayang. Kamu memang selalu membuat aku bahagia. Aku pun sangat mencintai kamu," sahut Elena. Memang benar Elena masih mencintai Leo. Tapi kini, cintanya pada Leo sudah terbagi. Dia pun mencintai Ernesto. Kebersamaannya selama ini, membuat dia merasa nyaman bersama Ernesto. "Kapan kamu akan pulang? Jika minggu ini kamu tak pulang, aku yang akan terbang ke Paris," ancam Leo. Tentu saja dia tak ingin hal itu terjadi. Elena tak ingin suaminya tahu, apa yang dilakukannya di Paris. "Ya, aku janji. Aku akan kembali. Tapi, aku tak lama di sana. Pekerjaanku belum selesai, aku harus melanjutkan pekerjaanku," jawab Elena. "Aku ingin kamu berhenti dari aktivitas itu! Berapa yang dia minta, aku akan membayarnya," sungut Leo. Dia terlihat begitu kesal. Dia sampai tak habis pikir, mengapa istrinya masih saja bersikeras berkarier. Padahal selama ini dia selalu memberikan Elena segalanya. "Sudahlah, aku tak ingin bertengkar! Tubuhku sangat lelah. Lagipula, bukankah kamu sudah tahu, alasan aku tak mau melakukan hal itu," Elena berkata ketus. "Iya, aku tahu. Tapi, sampai kapan? Aku ingin memiliki anak, El. Aku ingin memiliki keluarga yang utuh. Apa aku salah menginginkan keutuhan rumah tangga kita? Aku ingin kamu berhenti menjadi model, hidup bersamaku di Mansion, dan mengurus buah hati kita." Lagi-lagi Elena mengabaikan permintaan Leo. Dia memang belum ingin memiliki anak. Elena masih ingin berkarier. Sebuah obsesi besar Elena sejak dulu, bisa menjadi seorang model perancang busana terkenal di Paris. Bukan hanya uang yang dia cari, tapi lebih kepuasan tersendiri yang dia rasakan, karena akhirnya dia bisa menjadi seorang model terkenal. Hingga akhirnya Elena memilih mengakhiri panggilan dengan Leo. Karena Ernesto telah kembali. Dia tak ingin Ernesto marah padanya. "Mengapa kamu lama sekali membuka pintunya?" Tanya Ernesto ketus. Matanya kini menatap tajam ke arah Elena, membuat Elena salah tingkah. "A-aku baru saja selesai dari kamar mandi," jawab Elena bohong. "Ya sudah. Sayang, aku menginginkan kamu," ucap Ernesto manja. Jika sudah seperti ini, Elena hanya bisa menghela napas panjang. Ernesto memiliki nafsu yang lebih gi*la dari suaminya. Dia sangat kuat, tak memikirkan Elena. Apa yang dilakukannya tentu saja sangat berbeda dengan Leo. Leo pun melakukan hal yang gi*la kepada Lisa, melakukan tanpa cinta. Berbeda saat dengan sang istri, yang tak memforsir tenaga istrinya. Karena dia memang mencintai istrinya. Tentu saja Elena tak bisa menolaknya, dia harus menuruti permintaan Ernesto. Terlebih dia ingin izin pulang bertemu suaminya. Elena langsung melucuti pakaian yang dia kenakan tanpa paksaan, seperti seorang ja*lang. Ernesto meminta melakukannya di kamar mandi, karena dia ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Elena sudah masuk ke dalam bathtub, memainkan busa ke tubuhnya. Tak lama kemudian, Ernesto pun ikut masuk ke dalam bathtub. Kini Elena sudah duduk di pangkuan Ernesto. Dia langsung menciumi bibir Elena begitu berga*irah. Membuat Elena mende*sah menikmati remasan tangan Ernesto di bukit kembarnya. Ernesto sudah sangat menginginkannya. Dia langsung meminta Elena membalikkan tubuhnya dan meminta tangan Elena bertumpu di pinggir bathtub. Milik Ernesto sudah berhasil masuk dengan sempurna. Dia mulai memaju mundurkan miliknya keluar masuk. Ernesto selalu melakukan dengan kasar, tak berhati. Namun, dia sudah terbiasa dengan apa yang dilakukan Ernesto. Lisa baru saja terbangun dari tidurnya. Dia tersentak kaget, saat mengetahui kalau saat ini dirinya masih di kamar tuannya. Dia melihat Leo yang saat itu tidur di sofa. "Ya Tuhan, aku ketiduran. Mengapa Tuan Leo tak membangunkan aku? Kasihan, dia jadi tidur di sofa," Lisa berkata dalam hati. Lisa beranjak turun dari ranjang, dan berjalan menghampiri majikannya. Dia ingin menyuruh Leo pindah ke ranjang. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi. Lisa sudah mencoba membangunkan Leo. Namun, Leo tak juga bangun. "Tuan Leo mabuk, aku mencium bau alkohol di mulutnya," gumam Lisa. Hingga akhirnya dia memilih untuk keluar dari kamar Leo, dan pindah ke kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, Leo belum juga turun. Padahal sang asisten sudah menunggu dirinya. "Lisa, ini sudah jam 07.00 pagi. Tolong kamu bangunkan Tuan Leo sekarang! Jam 09.00, Tuan Leo ada meeting penting dengan klien," ujar Mark. Mau tak mau, Lisa menuruti permintaan Mark. Dia langsung menaiki anak tangga menuju kamar Leo, yang berada di lantai dua. Lisa mencoba membangunkan Leo dengan penuh hati-hati. Perlahan Leo membuka matanya, dan menatap wajah Lisa. "Maaf Tuan, saya terpaksa mengganggu tidur Anda. Tuan Mark sudah menunggu Anda sejak tadi, kata dia Anda harus menghadiri meeting penting dengan klien," jelas Lisa. "Ya, terima kasih sudah membangunkan aku," ucap Leo dengan suara serak bangun tidur. Lisa menganggukkan kepalanya, kemudian turun kembali ke bawah. Sedangkan Leo memutuskan untuk langsung mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. "Tuan Leo sudah bangun, dan mau bersiap-siap dulu," ujar Lisa kepada Mark, dan Mark mengiyakan. Lisa pergi meninggalkan Mark, untuk melanjutkan pekerjaannya kembali. Tak butuh waktu lama, Leo turun dan sudah terlihat rapi. "Tuan, apa Anda tidak sarapan dulu?" Tegur Lisa, karena Leo memutuskan untuk langsung berangkat. Perutnya terasa mual, karena semalam dia terlalu banyak minum. "Tidak! Saya belum lapar, nanti saya sarapan di kantor saja," jawab Leo. Leo berubah menjadi sosok yang dingin dan mengucap dengan panggilan saya. Sifat Leo mulai berubah. Padahal, baru kemarin dia terlihat begitu manis dan takut kehilangan Lisa. "Mengapa sikap Tuan Leo dingin kepadaku?" Lisa bertanya-tanya dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN