Pertemuan Tidak Terduga

2064 Kata
Keesokan paginya, sekitar pukul sembilan pagi, Jonathan datang ke rumah Amel untuk mengantar sahabatnya mencari pisau ke mall. Jonathan berjalan masuk langsung menuju ruang keluarga, dan hanya melihat Laras yang sedang menonton televisi. “Pagi Mam,” sapa Jojo pada Laras. “Eh, kamu Jo.” “Amel mana Mam?” “Belum keluar dari kamar, mungkin masih tidur. Kamu liat sendiri aja.” Laras memperhatikan Jonathan yang terlihat rapi dengan mengenakan kemeja berwarna biru muda dan celana jeans biru, tidak ketinggalan topi berwarna putih. “Tumben rapi, mau pergi?” tanya Laras. “Iya Mam. Mau jalan sama Amel.” “Ya udah, sana mending diliat dulu udah bangun atau belum anaknya.” “Siap. Jojo ke atas dulu.” Jonathan berjalan meninggalkan ruang keluarga dan menaiki tangga menuju ke kamar Amel. “Mel!” panggil Jonathan sambil mengetuk pintu kamar Amel. Tidak terdengar sahutan dari dalam. Jonathan membuka pintu kamar dan melangkah masuk ke dalam, akan tetapi tidak ada Amel di sana, begitu juga di balkon. Jonathan masuk kembali ke dalam kemudian mendekati kamar mandi. Terdengar suara air bercampur Amel yang sedang bersenandung. Sesaat Jonathan berdiri dan mendengarkan suara Amel yang terdengar cukup merdu. Setelah puas mendengarkan, Jonathan keluar dari kamar dan kembali ke ruang keluarga.  “Kenapa turun lagi? Amel mana?” tanya Laras saat melihat Jonathan duduk di dekatnya. “Lagi mandi Mam.” “Kamu udah sarapan?” “Udah Mam,” sahut Jonathan. “Papa mana Mam?” “Tadi pagi-pagi udah pergi, bilangnya ada sarapan pagi bareng sama relasi bisnisnya,” sahut Laras. “Kok Mama nggak ikut?” tanya Jonathan sedikit heran. “Mama yang nggak mau ikut, soalnya nanti malam ada resepi nikahan juga.” “Oh ….” “Pagi Mam,” sapa Amel yang baru datang ke ruang tamu. “Pagi juga,” sahut Laras. “Anak perempuan kok bangunnya siang, nggak malu sama Jojo?” “Nggak tuh,” sahut Amel acuh. “Kalian mau pergi ke mana sih?” tanya Laras. “Ada deh,” sahut Amel. “Mau cari pisau Mam,” timpal Jonathan. “Pisau? Buat?” “Semester depan kan mulai belajar di kitchen Mam. Amel mau cari pisau buat dipake latihan sama nanti dibawa pas kuliah.” “Memang harus pakai pisau sendiri?”  “Nggak juga sih. Cuma Amel maunya itu buat diri sendiri, nggak boleh ada yang pake.” “Kamu juga sama Jo?” tanya Laras. “Belum tau Mam, liat nanti aja.” “Kalian mau berangkat jam berapa?” “Sekarang.” Amel menjawab terlebih dahulu. “Emang kamu nggak makan dulu?” tegur Laras. “Belum laper Mam. Makannya nanti aja.” Jonathan berdiri dari sofa dan berpamitan pada Laras. “Jojo jalan dulu Mam,” ujarnya pada Laras. “Iya, hati-hati.” “Amel juga Mam.” Jonathan dan Amel meninggalkan ruang keluarga menuju ke depan. Kali ini Jonathan membawa mobil, karena dari pagi langit terlihat mendung. Jonathan mengendarai mobil menuju mall pilihan Amel, karena di sana ada satu tempat yang cukup lengkap menjual berbagai macam peralatan rumah tangga dengan kualitas yang bagus. Tiba di mall, Jonathan dan Amel langsung berjalan menuju tempat yang diinginkan. Amel bergegas menuju bagian alat-alat dapur dan mencari bagian yang menjual pisau. “Wah …, banyak banget, gue jadi bingung mau beli yang mana,” ujar Amel dengan mata berbinar. “Cari sesuai kebutuhan Mel,” sahut Jonathan sembari mengambil salah satu pisau bermata besar. “Iya, gue juga tau.” Amel mulai berjalan sambil memegang pisau-pisau yang terpajang sambil memeriksa dengan teliti. Saat sedang memegang sebuah pisau, Amel merasa ada seseorang yang memperhatikan dirinya sejak tadi. Perlahan-lahan, Amel membalikkan badan untuk melihat siapa yang ada di belakangnya. Namun, ternyata tidak ada seorang pun di sana. Dia menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari orang yang mungkin dikenalnya, akan tetapi di sekitarnya tidak ada orang satu pun. “Kamu kenapa?” tanya Jonathan sambil membawa sebuah pisau. “Gapapa,” sahut Amel. “Ini kayaknya bagus Mel.” Jonathan menunjukkan pisau yang dibawanya. “Boleh juga,” gumam Amel yang matanya masih melirik ke kanan dan kiri. Dia yakin tadi ada yang orang yang memperhatikannya, tapi Amel tidak melihat seorangpun yang mencurigakan di sekitar sini.  “Kamu kenapa sih?!” tanya Jonathan semakin bingung melihat tingkah sahabatnya. “Gapapa. Gue cuma keingetan mau cari pisau yang satu set aja.” “Itu sih bukan di sini, tapi di sebelah sana.” “Kalo gitu kita ke sana aja,” sahut Amel cepat. Dia menggamit tangan Jonathan dan bergegas menuju tempat yang ditunjuk oleh sahabatnya. Amel sedikit menggigil membayangkan kejadian tadi.  Amel mencoba mengalihkan pikiran dengan melihat-lihat set pisau yang terpajang, dan tidak menyadari Jonathan yang menatapnya dengan seksama. Jonathan merasa sedikit curiga melihat sikap Amel yang terlihat gelisah dan gugu. Dia yakin ada sesuatu dengan gadis itu saat sendirian. Saat Amel membalikkan badan, Jonathan langsung berpura-pura sedang mengamati pisau daging di tangannya. “Jo, gue ke toilet bentar ya,” ujar Amel. “Aku temenin,” sahut Jonathan sambil mengangkat wajahnya. “Nggak usah, elo di sini aja.” “Yakin?” tanya Jonathan sedikit sangsi. “Yakin lah. Tunggu sini ya, jangan ke mana-mana!” Amel bergegas meninggalkan Jonathan menuju ke toilet yang berada di luar toko. Amel berjalan santai sambil melihat-lihat sekeliling. Dirinya tidak merasa takut lagi karena berada di tengah keramaian.  Keluar dari toilet, Amel kembali menuju tempat Jonathan dan tidak menyadari kehadiran Rio yang mengikutinya sejak dia keluar dari toko. “Mel,” panggil Rio sambil mencekal tangan gadis itu. Amel terkejut dan langsung membalikkan badan ketika tangannya dipegang.  “Lepasin!” ujar Amel datar sambil mengibaskan tangannya. “Jangan pegang-pegang gue!” “Kok gitu sih ngomongnya?” ujar Rio dengan tatapan sedih. “Mau ngapain lo?!” bentak Amel sambil menatap tajam pada Rio.  Tiba-tiba Amel teringat kejadian tadi dan langsung bertolak pinggang. “Jangan-jangan elo yang tadi ngeliatin gue! Iya kan?!” Rio tidak menjawab pertanyaan gadis itu. Dia hanya diam sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Jadi bener elo yang ngeliatin gue?!” tanya Amel.  Rio menganggukkan kepalanya perlahan sebagai jawaban. “Ngapain ngikutin gue?!” sentak Amel. “Aku kangen sama kamu,” ujar Rio lirih. “Kangen sama gue?! Nggak salah ngomong lo?! Sheila mau dikemanain?!” “Aku udah putus sama Sheila dan,” “Terus?! Karena udah putus sekarang nyari gue?! Elo pikir gue ban serep?!” sahut Amel emosi. “Bukan begitu Mel. Boleh tolong kasih aku kesempatan buat bicara dan ngejelasin semuanya?” pinta Rio dengan memelas. “Nggak bisa dan nggak mau!” sahut Amel pedas.  Selesai mengatakan hal itu Amel langsung pergi meninggalkan Rio dengan perasaan marah. Rio memandangi punggung Amel sambil mengembuskan napas.  “Aku akan bikin kamu kembali sama aku Mel,” gumam Rio. Amel berjalan menuju tempat Jonathan sambil mengentakkan kakinya, mencoba meluapkan kekesalan di hati. Bagaimana mungkin bisa bertemu dengan Rio di sini, padahal Amel sengaja memilih mall ini yang belum pernah dia datangi bersama pemuda itu. “Dasar apes!” gumam Amel kesal.  “Kok lama?” tanya Jonathan. “Sori,” sahut Amel. “Kamu kenapa?” tanya Jonathan saat melihat Amel yang terlihat kesal.. “Gapapa.”  Amel berjalan melewati Jonathan untuk menghidar dari pertanyaan lainnya. Namun, Jonathan dengan sigap menahan tangan Amel dengan lembut sehingga dia tidak bisa menghindar. “Jangan bohong! Kamu kenapa?!”  Mendengar nada suara Jonathan yang dingin, membuat Amel memilih untuk berterus terang.  “Tadi gue ketemu sama Rio.” “Di mana?!” tanya Jonathan pelan. “Pas dari toilet.” “Terus?” “Dia bilang kangen sama gue, dan dia udah putus sama Sheila.” “Terus?!” “Ya nggak ada lagi. Gue langsung ninggalin dia. Kalo kelamaan di sana, gue takut kalap.” “Good,” sahur Jonathan sambil menarik Amel ke dalam pelukannya. Amel terdiam dalam pelukan Jonathan. Tadi dia sengaja tidak mengatakan jika Rio berada di sini dan sempat memperhatikannya. Amel tidak ingin melihat Jonathan emosi dan mencari keberadaan Rio di mall. Cukup dirinya saja yang tahu akan hal ini. “Masih mau cari pisau?” tanya Jonathan dengan lembut setelah beberapa saat. “Nggak, udah ilang selera Jo.” “Kita makan aja yuk, mau?” “Hm,” sahut Amel. Jonathan menggandeng Amel keluar dari sana dan berjalan menuju ke lantai atas. Sepanjang jalan menuju tempat makan, mata Jonathan tak lepas memandang ke kanan dan kiri dengan hati-hati. Dia ingin memastikan Rio tidak berada di sekitar mereka.  “Kamu mau makan apa?” tanya Jonathan. “Es krim,” sahut Amel cepat. “Boleh, tapi setelah isi perut kamu dengan makanan yang bikin kenyang.” “Tapi gue nggak laper.” “Harus paksain.” “Terserah elo aja.” Jonathan mengajak Amel ke food court  dan berkeliling sejenak untuk memilih menu makanan. Akhirnya Amel memilih siomay di salah satu stand. “Kamu mau ikut aku atau duduk?” “Gue duduk aja deh.” Jonathan berjalan untuk mencari meja kosong. Namun, baru dua langkah dia berhenti karena pertanyaan Amel. “Elo mau ke mana?” tanya Amel. “Mau cari tempat dulu buat kamu.” “Nggak usah, gue bisa sendiri. Ntar kalo udah dapet, gue kasih kabar.” Amel menghampiri Jonathan dan mendorong sahabatnya ke arah antrian untuk memesan makanan. Setelah itu Amel berjalan mencari-cari tempat yang nyaman untuk duduk.  Tiba-tiba dari arah depan ada seorang perempuan yang berjalan dengan cepat dan langsung menabraknya dengan keras. “ADUH!” pekik Amel yang hampir jatuh karena ditabrak oleh perempuan yang baru saja melewatinya.  Amel menoleh ke belakang dan melihat perempuan tadi sudah berjalan jauh sehingga dia tidak sempat menegurnya. “Jalan nggak pake mata!” desis Amel sambil mengusap bahu kanannya yang terasa nyeri. Amel kembali berjalan mencari meja, dan akhirnya memilih dekat jendela, dan kebetulan dekat dengan stand bapao. Setelah duduk dan mengirimkan pesan pada Jonathan dan memberitahu meja mereka. Mel : gue di deket jendela Mel : deket gerobak bapao Jonathan yang sedang berdiri di antrian langsung membaca pesan yang dikirim Amel dan membalasnya. Jojo : oke Jojo : bapao? Jojo : kayanya enak Jojo : mau nggak? Amel tertawa membaca pesan balasan dari Jonathan. Sahabatnya itu adalah penggemar berat roti dan bapao.  Mel : mau yang mana? Jojo : kacang hitam dan ayam Mel : rakus Jojo : biarin Mel : ya udah gue beli dulu Amel beranjak dari duduknya dan menghampiri tempat bapao yang dijaga oleh seorang wanita paruh baya berwajah Asia beserta seorang gadis yang mungkin adalah pegawainya. “Tante, mau bapao nya empat,” ujar Amel. “Mau yang mana?”  “Yang ayam dua, kacang hitam dua. Bayarnya di sini atau ke kasir?” “Titip uangnya di sini juga bisa, biar nanti pegawai Tante yang ke kasir.” Amel mengeluarkan dompet dan menyerahkan selembar uang pada penjual bapao.  “Saya duduknya di sana ya Tan,” ujar Amel sambil menunjuk ke mejanya. “Oke. Oh iya, nanti diantar ke sana.” Amel kembali ke mejanya sambil tersenyum senang membayangkan aroma bapao yang tadi memenuhi hidungnya. Tidak lama kemudian Jonathan datang sambil membawa nomor meja. “Mana bapaonya?” tanya Jonathan sambil duduk. “Itu,” sahut Amel sambil menunjuk ke belakang Jonathan. Seorang gadis muda datang menghampiri sambil membawa sebuah bungkusan ke meja mereka. “Kak, ini pesanannya.” Gadis itu meletakkan bungkusan di meja. “Makasih ya,” ujar Amel ramah. “Mau makan ini dulu?” tanya Jonathan sambil menunjuk bungkusan berisi bapao. “Nggak ah, mau makan siomay dulu.” “Oke, nggak masalah.” Jonathan urung membuka bungkusan. “Masih lama nggak Jo?” tanya Amel yang mulai merasa lapar. “Kamu laper ya?” goda Jonathan. “Mel, aku cuci tangan dulu ya.” “Hm.” Jonathan berdiri dan berjalan menuju wastafel yang berada di pojok ruangan. Iseng menunggu, Amel meraih bungkusan berisi bapao dan melihat ke dalam. Dia mengerutkan kening melihat sebuah amplop putih di dalam. Amel mengambil amplop tersebut dan membukanya. Ada selembar foto di dalam. Penasaran, Amel mengeluarkan foto tersebut dan membalikannya. Dia langsung terbelalak saat melihat foto dirinya saat masih mengenakan seragam SMU sudah penuh dengan coretan menggunakan spidol merah. Amel langsung melempar foto ke meja. Tubuhnya gemetar dengan hebat, dan wajahnya berubah menjadi pias.  “Kamu kenapa?” tanya Jonathan yang baru tiba di meja. Lidah Amel terasa kelu. Dia tidak mampu berbicara karena terlalu kaget dan juga takut. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN