bc

Escape from Destiny

book_age12+
422
IKUTI
3.8K
BACA
friends to lovers
goodgirl
student
heir/heiress
drama
bxg
campus
highschool
like
intro-logo
Uraian

Dijodohkan oleh orang tua adalah hal yang biasa terjadi. Namun, apa jadinya jika jodoh yang dipilihkan adalah seorang pria kaya raya penyandang d*********s?

Sanggupkah Amelia menerima calon suami yang tidak sempurna secara fisik, tetapi mampu membayar semua hutang orang tuanya sehingga perusahaan ayahnya dapat diselamatkan dari kebangkrutan.

Lalu bagaimana kisah cintanya dengan Rio, pria yang telah mencuri hatinya. Akankah Amelia dapat menukar cintanya demi keluarga?

chap-preview
Pratinjau gratis
Hari Bahagia Terakhir Amelia
"Lia," panggil Mama dari ruang makan. "Iya Mam." Amelia yang masih mengenakan seragam, menghampiri mamanya. “Ada apa Mam ..?” Amel memeluk Larasati dari belakang. “Ada yang mau Mama bicarain sama kamu.” Larasati menggenggam tangan Amel yang sedang memeluknya.  Larasati menitikkan air matanya. Jika dapat memilih, biar dirinya saja yang menanggung beban ini. Tak sanggup membayangkan Amelia yang harus menanggung semua kesalahan yang diperbuat oleh ayahnya. “Eh, Mama kenapa nangis?” tanya Amel bingung. “Mama nggak nangis kok. Cuma ada air aja yang keluar dari mata Mama.”  “Ih, Mama. Mama sedih kenapa?” tanya Amel. “Gapapa Sayang. Sana ganti baju dulu, terus istirahat. Kalo kamu udah seger, baru Mama bicara sama kamu. “ “Iya Ma. Amel ke kamar dulu ya.” Setelah pamit, Amel menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua. Setelah masuk kamar, Amel berjalan menuju kamar mandi yang menyatu dengan kamarnya. Selesai mandi dan berganti baju, Amel merebahkan dirinya di tempat tidur. Perlahan mata Amel mulai terasa berat. Namun, kantuknya langsung hilang ketika ada bantal yang menghantam wajahnya. “JOJO!” teriak Amel kesal. Terdengar suara tawa laki-laki di kamar Amel. Hanya ada satu makhluk yang berani mengganggu Amel di rumah ini, dan dia adalah Jonathan. Tetangga merangkap sahabat Amel. “Mau ngapain sih ke sini?!” tanya Amel dengan ketus. “Udah sore Mel, nggak boleh tidur. Pamali,” jawab Jonathan kalem. “Sana keluar! Ngeganggu aja!” Amel benar-benar kesal.  Dengan sengaja, Jonathan malah naik ke tempat tidur Amel, dan berbaring di sebelah Amel. Refleks Amel mendorong Jonathan, akan tetapi dengan santai Jonathan malah merangkul Amel erat- erat. “Lepasin!” jerit Amel semakin kesal dengan Jonathan. “Nggak akan dilepas, sampe kamu janji nggak akan mukul,” sahut Jonathan dengan senyum di bibirnya. “Lepasin dulu!” jawab Amel ketus. “Nggak akan. Aku tau kamu Mel. Begitu dilepas kamu itu bakalan mukul.” “Nggak akan. Gue janji,” rayu Amel. Jonathan mengenal Amel dengan sangat baik. Dia tau sahabatnya ini pasti akan memukul dirinya. Jonathan melepaskan rangkulannya pada Amel. Seketika itu juga Amel langsung berbalik hendak memukul Jonathan. Namun, Jonathan sudah bersiap-siap. Sebelum Amel sempat memukulnya, Jonathan sudah kabur ke balkon kamar Amel. Amel mengejar Jonathan ke balkon. Dilihatnya Jonathan sedang berdiri dan memperhatikan ke arah rumah sebelah. “Mikirin apaan lo?” tanya Amel sambil menepuk pundak Jonathan. “Nggak ada,” jawab Jonathan. “Om Handoko belum pulang?”  tanya Amel. “Udah.” “Terus muka loe kenapa jelek banget?” ujar Amel tanpa belas kasihan. “Jelek-jelek begini, kalo hujan gede gue pasti yang pertama dipanggil buat nemenin.” Amel tertawa mendengar jawaban Jonathan. “Biarin,” ujar Amel sambil menyandarkan kepalanya di bahu Jonathan. “Karena cuma elo orang yang gue percaya dan yang akan selalu ada buat gue.” “Terus kenapa kamu masih pacaran sama Rio? ujar Jonathan tiba-tiba. “Kenapa jadi bahas masalah Rio?” tanya Amel tidak suka. “Kan kamu tahu kenapa aku nggak suka ma cowo itu. Dan kamu itu susah banget dikasih tahunya Mel!” “Jangan ikut campur urusan gue!” sentak Amel. “Gue mau pacaran sama siapa, itu urusan gue! Elo nggak berhak campurin urusan gue!” Amel berkata dengan penuh emosi. “Terserah kamu aja Mel! Kalo nggak bisa dikasih tahu, silakan terima resikonya nanti.” Selesai berkata, Jonathan menuruni balkon menggunakan tangga yang memang selalu ada di sana. Amel memandangi kepergian Jonathan dengan hati yang masih kesal pada sahabatnya itu. Sejak dirinya berpacaran dengan Rio, hubungan mereka memang agak menjauh. Amel dengan keras kepalanya menolak semua hal yang mengatakan Rio adalah pria yang kurang baik. “Masa bodo ah!” gerutu Amel. Amel berjalan keluar dari kamarnya dan mencari mamanya di taman belakang. “Ma,” panggil Amel manja. “Ada apa Lia?” tanya Larasati. “Mama bilang mau ngomong sama aku. Mau ngomong apa Ma?” Larasati berusaha terlihat tenang ketika menjawab Amel. “Oh itu. Tunggu Papa pulang dulu. Biar kita ngobrolnya enak.” “Iya Ma.”  “Lia, tadi Jonathan datang? Sekarang itu anak di mana?" "Menghilang kali, biarin aja Ma. Ngapain juga dipusingin," jawab Amel ketus. "Eh, kok ngomongnya begitu? Nggak boleh. Mama nggak pernah ngajarin kamu nggak sopan gitu!" Larasati berkata dengan tegas. "Mama selalu belain Jo! Yang anak Mama kan aku." Amel memeluk Larasati dengan erat. "Kadang Amel ngerasa Mama lebih sayang sama Jo dibanding Amel dan Brenda." "Bukan gitu Lia. Tapi kan …." "Iya, Amel tau. Mama mau bilang karena Jo udah nggak punya ibu," sela Amel. "Sudah, jangan dibahas lagi." Larasati menepuk tangan Amel. "Sekarang kamu anterin bolu buat Jo."  Larasati berjalan menuju dapur dan menyiapkan kue bolu dalam wadah untuk dibawa Amel ke sebelah. Dengan terpaksa, Amel pergi ke rumah Jonathan. Dia masih kesal dengan ucapan Jonathan tadi.  Amel masuk ke dalam rumah Jonathan. "Jojo …!" Amel berteriak memanggil Jonathan. "Apaan sih! Berisik tau!" Jonathan membalas teriakan Amel dari lantai atas. "Turun lo. Ini Mama bikinin bolu pisang kesukaan elo." Demi mendengar kata bolu pisang, Jonathan berlari menuruni tangga. Disambarnya wadah yang dibawa Amel menuju ke meja makan. "Hm …, ini baru namanya mantap," ujar Jonathan dengan mulut penuh. Amel mengikuti Jonathan ke ruang makan dan duduk di seberangnya. "Nggak sopan ngomong dengan mulut penuh," sindir Amel. "Biarin aja. Makanan dan kue buatan Mama Laras emang nggak ada yang bisa nandingin," puji Jonathan. "Ya udah. Gue mau pulang." Amel bergegas bangun dan pergi.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
116.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
220.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
204.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook