Renata sudah selesai diperiksa oleh dokter Rasyid yang datang sendiri setelah mendapatkan perintah dari Arjun tadi. Wajahnya antara senang dan sedih sehingga membuat Arjun menjadi sangat penasaran.
“Bagaimana keadaan Reta, Dok?” tanya Arjun penasaran.
“Non Reta ini nggak ada sakit apa-apa, Pak Arjun. Ini mungkin hanya perubahan hormon yang membuat tubuhnya belum terbiasa,” jawab dokter Rasyid dengan ambigu.
“Perubahan hormon bagaimana maksudnya? Jangan bertele-tele, Dok!” pinta Arjun dengan suara bass yang terdengar begitu dingin dan mampu membuat orang merinding.
“Maksud saya, non Reta saat ini sedang hamil muda. Usia kandungan mungkin sekitar sepuluh atau sebelas minggu. Lebih lanjutnya bisa kita periksa di rumah sakit aja, Pak. Itu lebih akurat untuk kita tau perkembangan janinnya,” jelas dokter Rasyid kepada Arjun dengan penuh kesabaran.
Arjun mengepalkan tangannya dengan erat dan kemudian menggertakkan giginya dengan keras. Dia tidak bisa terima jika Renata harus hamil di saat seperti ini. Ketika dia sudah dibuang, dicampakkan, dan dianggap sampah oleh lelaki yang menghamilinya. Lelaki yang selama lima tahun ini memang tidak pernah dipercaya oleh Arjun sepenuhnya bisa menjaga dan melindungi Renata – adiknya.
Ya, Renata dan Arjun adalah dua saudara kandung dan mereka memang terpisah sejak lima tahun lalu. Di mana saat itu Renata memutuskan untuk meninggalkan keluarganya dan semua kemewahan dalam hidupnya, demi bisa hidup bersama seorang pria yang dicintainya – Gemilang.
Saat itu, Renata takut jika Gemilang tahu bahwa dirinya adalah keturunan milyarder, pria itu akan minder lalu pergi meninggalkannya. Hal itu karena selama menjalin hubungan, Renata dikenal Gemilang hanya sebagai SPG parfum di salah satu mall. Di mana ternyata saat itu, Renata hanya sedang iseng memasarkan parfum keluaran terbaru hasil racikannya sendiri.
Keputusan Renata sempat ditolak dan tentu saja dicegah habis-habisan oleh Arjun. Dia adalah saudara satu-satunya yang Renata punya dan mereka sudah tidak lagi mempunyai orang tua. Kerajaan bisnis keluarga sudah diwariskan kepada Arjun dan Renata dengan bagian terbanyak diberikan kepada Renata. Namun, karena jiwa muda dan petualangan Renata saat itu masih kental, jadi dia menyerahkan semuanya dalam pengawasan dan juga pengelolaan Arjun saja.
“Dok! Aku nggak mau anak ini ada dalam rahim Reta. Dia nggak boleh hamil anak b******n itu!” ucap Arjun kepada dokter Rasyid saat melihat Renata masih diam tak sadarkan diri.
“Maksudnya, kita harus menggugurkan kandungan non Reta ini, Pak?” tanya dokter Rasyid sedikit terkejut, tapi dia jelas tidak bisa membantah jika Arjun menjawab ya.
“Ya. Aku nggak mau dalam keluargaku mengalir darah dari pria pengkhianat dan gila harta serta jabatan seperti pria itu,” jawab Arjun dengan berang ketika mengingat wajah Gemilang.
“Kalau itu, kita harus menunggu non Reta bangun dulu, Pak. Dia harus tau dulu keadaannya dan bersediakah dia untuk melakukan hal itu.”
“Nggak perlu, Dok! Kalau bisa diberikan melalui suntikan aja, itu lebih bagus. Reta nggak perlu tau kalau dia pernah mengandung anak Gemilang!”
Dokter Rasyid jelas tidak punya pilihan lain saat ini selain menuruti kemauan Arjun. Dia tahu apa konsekuensinya jika membantah ucapan Arjun dan tak ingin karirnya dalam dunia kedokteran kandas begitu saja. Saat marah, Arjun terkenal dengan kebiasaannya membuat orang yang menyinggungnya itu bangkrut tujuh turunan dan tidak bisa diterima di mana pun di sudut negara ini lagi.
Sebegitu besar dan tingginya kekuasaan yang Arjun pegang saat ini. Namun, dia tetap kalah dengan keinginan sang adik yang ingin bahagia dengan caranya sendiri. Ketika adik kecilnya yang lucu dan manja dulu kembali lagi ke rumah ini, semuanya sudah berubah dan membuat Arjun merasa tidak pantas dan tidak becus menjadi seorang kakak.
“Jangan lakukan apapun pada anakku, Mas!” Suara Renata alias Reta terdengar dan membuat Arjun memejamkan mata menahan rasa kesalnya.
Dia tidak menyangka jika Renata sudah mendengar semua itu, padahal tadi dia terlihat masih lelap tak sadarkan diri. Ternyata, sejak tadi Renata hanya berbaring untuk memulihkan tenaga dan mendengar semua percakapan antara Arjun dengan dokter Rasyid.
“Tapi, Re! Dia nggak pantas ada di dalam rahim kamu! Dia adalah anak dari pria breng sek itu, Reta!” seru Arjun berusaha meyakinkan Renata lagi.
“Nggak, Mas. Anak ini nggak salah sama sekali atas apa yang dilakukan mas Gemilang. Dia nggak berdosa dan dia nggak pantas dihukum atas kesalahan yang dia sendiri nggak tau, bahkan nggak lakukan,” ungkap Renata dengan isak tertahan dan kemudian tangannya mengusap perut datar di dalam selimut tebal itu perlahan lahan.
Renata tidak sangka sama sekali bahwa ternyata, di saat dia terusir dari rumahnya sendiri, Tuhan justru menitipkan satu nyawa yang sudah dinantikannya selama lima tahun belakangan ini. Renata tidak tahu apakah saat ini dia harus merasa senang atau justru merasa sedih.
Andai dia hamil sebelum semua kejadian hari ini terjadi, mungkin Gemilang masih bersamanya. Mungkin, Mayang akan menyayanginya layaknya seorang ibu pada menantu perempuannya. Begitu pula dengan Deby yang akan menjaganya seperti seorang kakak perempuan. Hal yang selama ini selalu diimpikan oleh Renata selama menjadi istri Gemilang dan tinggal bersama keluarga suaminya.
“Aku takut kalau nanti dia akan memanfaatkan anak itu untuk menjerat dan membawa kamu kembali, Re!” ucap Arjun yang hanya bicara lembut kepada Renata saja.
“Aku nggak akan pernah kembali lagi sama dia, Mas. Aku nggak akan pernah lagi mengulangi kesalahan dan kebodohanku di masa lalu. Aku rasa, lima tahun udah terlalu lama untuk aku bisa belajar dan mengerti bahwa ternyata cinta bisa dikalahkan oleh harta dan tahta!” ungkap Renata dengan mata berkaca-kaca sembari tatapannya jauh ke depan.
“Kamu memang harus melakukan itu, Re! Jadi, apa rencana kamu sekarang?” tanya Arjun setelah mencoba mengerti dengan keinginan Renata saat ini.
“Apakah masih ada tempat untukku di REJUN GROUP, Mas?” tanya Renata dengan sorot mata yang penuh dengan ambisi pada Arjun.
Arjun bukan orang bodoh yang tidak mengerti dengan pertanyaan sang adik. Dia senang karena akhirnya Renata bangkit lebih cepat dari yang dia bayangkan. “Tentu, Re! Untukmu tahta tertinggi di rumah dan perusaahan kita, Re!” jawab Arjun dengan senyum puas dan bangga.
“Makasih, Mas. Aku akan kembali dan membuat mereka menyesal udah membuangku!”
“Itu baru adikku namanya.”
“Aku minta tolong satu hal lagi, Mas!”
“Apa itu?”
“Uruskan semua dokumen perceraianku dalam tiga hari ke depan dan kirimkan ke rumah mas Gemilang. Aku nggak mau lagi berurusan sama mereka!”
“Oke, Re. Aku akan minta Wira untuk mengurusnya segera. Kamu tenang aja dan jaga kesehatan, emosi dan juga perasaan kamu.”
“Makasih, Mas. Nggak ada sebaik-baiknya tempat pulang kecuali keluarga,” ucap Renata dengan senyum lepas dan dokter Rasyid pun merasa lega karena dia tidak harus mengaborsi janin dalam rahim Renata seperti yang tadi diminta oleh Arjun sebelumnya.