“Cih! Sombongnya perempuan mandul dan miskin ini sekarang!” hina Mayang.
“Kalian akan menyesal karena udah memperlakukan aku seperti yang terjadi hari ini!” ucap Renata dengan sorot mata tajam pada Mayang, Deby, dan terutama pada Gemilang.
Pria yang selama ini dicintainya dan dia sangka juga mencintai dirinya, ternyata dengan mudah berpaling pada wanita lain ketika sudah mencapai puncak kesuksesan. Renata sudah salah menaruh harapan dan cinta yang begitu besar kepada Gemilang selama ini. Kini, dia sadar bahwa tidak ada pria yang tulus mencintai satu wanita saat sudah memiliki harta dan tahta.
“Menyesal kamu bilang?” tanya Mayang dan langsung menjambak rambut Renata kasar. “Kamu yang justru akan menyesal kalau nggak segera keluar dari rumah ini!”
Mayang menghentakkan tangannya dengan kasar, sehingga Renata terhempas ke belakang dan punggungnya menabrak meja kaca. Rasa sakit di punggung Renata sudah tidak lagi dia rasakan. Wanita itu kembali bangkit dan berdiri tegak.
“Aku akan pergi dari rumah ini sekarang juga. Tapi, ingatlah satu hal! Aku nggak akan pernah melupakan semua yang kalian lakukan sama aku hari ini! Suatu saat, kalian akan berlutut di kakiku untuk meminta maaf dan memohon bantuanku! Ingat itu baik-baik!” ungkap Renata terdengar begitu meyakinkan.
Mendengar ucapan Renata itu, semua orang tertawa terbahak-bahak dan hanya Gemilang saja yang diam menatap Renata lekat. “Sudahlah, Ren. Sebaiknya kamu pergi aja sekarang, sebelum kamu semakin menjadi bahan tertawaan semua orang dengan omong kosongmu itu!” usir Gemilang akhirnya menyadarkan Renata bahwa semua ini bukanlah sebuah mimpi belaka.
“Baik, Mas. Aku pergi dari rumah ini dan hidup kamu. Selamat berbahagia dengan wanita yang kamu bawa pulang ini!”
“Tentu aku dan Cherry akan hidup bahagia. Dia masih muda dan dia pasti bisa memberikan aku anak seperti yang aku dan keluargaku inginkan.”
“Pastikan juga kalau wanita itu bisa menjadi babu untuk mama dan adik kamu, Mas! Seperti yang mereka lakukan sama aku selama ini!”
“Sembarangan kamu! Mama dan adikku nggak akan pernah menjadikan istriku sebagai babu!”
“Buktinya, aku selama ini udah dijadikan pembantu di rumah ini, bukan sebagai menantu.”
“Itu beda cerita, dong pastinya. Kamu siapa dan Cherry siapa?” tanya Mayang ikut emosi lagi.
Renata enggan menjawab pertanyaan Mayang dan dengan tangan mengepal erat, dia segera meninggalkan orang-orang itu dengan penuh dendam. Renata masih mengantongi ponselnya di dalam saku celana yang tadi belum sempat dia ganti. Jadi, dia tidak perlu khawatir untuk menghubungi orang yang dia rasa bisa membantunya nanti.
Gemilang tidak mencegah Renata pergi sama sekali hingga wanita itu benar-benar menghilang dari pandangan semua orang. Mayang dan Deby sangat senang dengan kepergian Renata, terutama Cherry yang memang sudah lama mengincar posisi sebagai istri Gemilang. Senyum licik dan penuh kemenangan kini terpancar dari sudut bibir Cherry yang tipis dan juga merah merona itu. Gadis itu merasa bahwa langkahnya tidak sedikit lagi untuk bisa masuk ke dalam keluarga Gemilang.
“Mas, buruan urus surat cerai sama dia. Aku nggak mau kelamaan nunggu, karena papi aku juga udah suruh aku nikah terus, Mas. Nanti kalau aku dijodohkan sama orang lain gimana?” tanya Cherry yang merengek dan bergelayut manja di lengan Gemilang.
“Sabar, ya Sayang. Aku pasti akan menikahi kamu dalam waktu dekat ini. Kamu nggak perlu cemas dan takut untuk hal itu. Aku janji kalau kita pasti akan menikah secepatnya,” ungkap Gemilang dengan senyum bahagia.
“Duh, Mama bahagia banget liat kamu sama perempuan yang pas dan cocok begini, Gem. Kalian berdua memang serasi banget diliat dari sudut pandang manapun,” puji Mayang.
“Benar, Mas. Kalian super cocok banget dan keliatan seperti pasangan elite gitu, beda sama yang barusan pergi itu tuh,” sambung Deby pula dan membandingkan Cherry dengan Renata.
“Iya, dong. Aku sama dia jelas beda kelas! Dari penampilan dan pendidikan aja udah jelas jauh ketinggalan banget tuh si udik,” ucap Cherry dengan sombongnya.
Keluarga itu melanjutkan perbincangan mereka dan menganggap seolah kejadian tadi tidak pernah ada. Mereka semua bahkan seperti menganggap tidak pernah ada Renata yang pergi dari rumah itu beberapa saat yang lalu.
Sedangkan di jalanan, Renata berjalan dengan sempoyongan. Tubuhnya begitu lemah dan memang benar-benar tidak berdaya. Ditambah lagi luka batin yang baru saja diberikan oleh orang yang paling dipercayai dan dicintainya selama ini. Renata tidak pernah menyangka hari ini akan tiba dalam hidupnya.
“Tunggu suatu saat, aku pasti akan membalas dendam akan semua yang kalian lakukan padaku hari ini!” batin Renata sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri di pinggir jalan raya itu.
Sebuah mobil Ferrari berhenti tepat di samping tubuh Renata yang tergeletak tak sadarkan diri itu. “Cepat angkat dia masuk ke dalam mobil!” titah seorang pria berpakaian formal dan tampak begitu menawan.
“Baik, Boss.” Dua orang yang seperti ajudan itu pun langsung mengangkat tubuh Renata dan membawanya ke dalam mobil mewah itu.
“Langsung ke rumah dan segera telpon dokter Rasyid untuk ke rumah segera,” titah pria berkacamata hitam itu lagi dengan nada tegas dan tak terbantahkan.
“Segera dilakukan, Boss.” Salah satu dari pengawal tadi menjawab dan melakukan perintah sang pria dengan patuh.
Sementara lelaki bertubuh tinggi dan juga wajah serius itu tampak begitu khawatir dengan keadaan Renata. Dia mengusap telapak tangan Renata dengan kedua tangannya agar wanita itu bisa meraskan kehangatan. Telapak tangan Renata terasa sangat dingin dan hal ini membuat si pria takut. Pria itu bernama Arjuna dan sejak Renata keluar dari dalam rumah Gemilang, dia sudah mengikutinya.
“Kenapa kamu bodoh banget sih, Reta? Kamu meninggalkan semuanya demi laki-laki bodoh dan nggak tau diri seperti itu? Sekarang, kamu dibuang seperti sampah sama dia setelah semua yang udah kamu lakukan demi dia dan keluarganya? Kamu ini waras atau nggak, hah?”
Pria itu bertanya dan mengomel sendiri pada Renata yang masih tak sadarkan diri dan kendaraan masih terus berjalan. Hingga mobil itu memasuki sebuah rumah super mewah yang tinggi menjulang bak istana dalam negeri dongeng.
“Dokter Rasyid udah datang, Boss.” Seorang pelayan yang membukakan pintu mobil langsung berkata seperti itu kepada Arjun.
“Bagus. Aku akan bawa Reta ke dalam untuk diperiksa.” Arjun berkata dan menggendong sendiri tubuh Renata memasuki rumah mewah itu.
“Non Reta akhirnya kembali!”
“Non Reta sakit apa?”
“Kenapa non Reta pingsan dan di mana boss Arjun menemukannya?”
“Kasian sekali non Reta. Mungkin ... suaminya meninggalkan dia, aku melihatnya menggandeng wanita lain di internet pagi tadi.”
Bisik-bisik para pelayan di rumah itu terdengar begitu jelas di telinga Arjun, tapi dia tidak terlalu memusingkan hal itu dan melewati mereka begitu saja. “Orang lain saja kasihan padamu, Reta. Kenapa kamu nggak kasihan sama diri kamu sendiri?” tanya Arjun sembari terus membawa tubuh lemah itu ke dalam sebuah kamar mewah bernuansa merah muda yang cerah.