its me

713 Kata
Risma menepikan mobilnya di halaman cafe. Wanita itu keluar dari pintu mobil lalu berjalan tergesa gesa memasuki cafe. Pandangannya ia edarkan ke seluruh ruangan cafe, tatapannya terhenti di salah satu sudut ruangan. Ia bergegas menghampiri Alex suaminya yang sudah menunggunya sejak tadi. "Alex.." Alex tengadahkan wajahnya menatap Risma, ia tersenyum lebar. Tangannya menarik lengan wanita itu supaya duduk di sebelahnya. "Kau selalu membuat hidupku susah, sekarang aku harus membayar semua hutangmu pada tuan Lucian," ucap Risma mencengkram kerah baju Alex. "Aku minta maaf." Alex menghela nafas dalam, pria itu meraih tangan Risma yang ada diatas meja. "Aku menyesal.." ujarnya menundukkan kepala. Risma matanya membulat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Alex baru saja, hanya dengan kata maaf semua masalah selesai? bibirnya mengatup menghela napas dengan kasar. "Kau_? "Tapi kau tenang saja, aku akan mengganti semua hutangku pada tuan Lucian. "Alex menoleh ke kiri dan kekanan sesaat, lalu menatap Risma. "Aku sudah mentransfer uangnya lewat akun Bank milik temanmu Elena." "Cukup kau bohongi aku lagi!" Risma tidak mau tertipu lagi oleh suaminya sendiri. "Percayalah." Alex memegang tangan Risma di atas meja menatapnya tajam. Risma menatap kedua bola mata pria di hadapannya dengan raut wajah ragu. "Ris, kali ini aku tidak bohong. kau pakai uang itu untuk membayar semua hutangku." Alex tersenyum samar. "Dan pulanglah ke Belanda bawa putri kita dan aku mau kau berhenti di kelab itu." "Kalau kau berani membohongku lagi, jangan harap kau akan bertemu dengan Lili." Risma menjauhkan tangannya dari Alex. "Percayalah," ucapnya lagi, "secepatnya kau kembali ke Belanda" Alex berdiri dan balik badan melangkahkan kakinya setengah berlari. "Alex!" Risma berdiri menyusul suaminya. Tetapi ia kehilangan jejaknya. Ia berdiri terpaku menatap sekitar halaman cafe, mendengus kesal. Sejak menikahi Alex pria berdarah Belanda, hidupnya menjadi tidak tenang. ***** Elena menggendong bocah perempuan berusia lima tahun ke dalam kamar, tak lama ia kembali dan duduk di sofa menyalakan televisi lalu melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 17:30. Suara pintu di buka dari luar, Elena menoleh ke arah pintu. "Kau sudah pulang?" Elena tersenyum menatap Risma sahabatnya "Maaf, aku merepotkanmu". Risma langsung mendekati Elena merangkul pundaknya dari belakang. "Tidak apa apa." Elena mengusap tangan Risma yang melingkar di dadanya. "Kau sudah makan?" tanya Risma. Elena menggelengkan kepala, "Aku buatkan makanan dulu ya." Risma melepaskan rangkulannya lalu ia berjalan ke menuju kamarnya. Elena kembali fokus menonton acara berita di televisi. "Lili tidur El?" Elena menoleh ke arah Risma yang berdiri di depan pintu kamarnya, lalu ia menganggukkan kepala sesaat kembali fokus ke layar televisi. Hari ini Elena libur kerja di kelab, ia berinisiatif untuk menginap di rumah Risma sembari meminjam komputer Risma untuk membuat beberapa artikel yang akan dia kirimkan pada salah satu media cetak. Elena menarik nafas dalam dalam lalu mengembuskannya gusar ketika melihat setumpuk lembaran lembaran kertas yang berantakan di atas meja depan televisi. Lalu Elena membereskannya. Tak lama Risma sudah selesai membuat makanana, "nih kopinya." Risma meletakkan roti bakar isi selai kacang kesukaan Elena diatas piring dan dua cangkir kopi hitam. "Terima kasih." Elena tengadah menatap Risma, lalu kembali membereskan kertas kertas di atas meja dan menyimpannya di bawah meja. "Ini apa isinya Ris?." Elena menghirup kopinya lalu menatap sebuah map berwarna coklat yang tergeletak di bawah meja. Elena memungutnya lalu ia letakkan di atas meja. "Itu surat lamaran kerja perusahaan." Risma mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya sesaat sebelum menghisapnya dalam dalam. "Kau mau melamar pekerjaan?" Elena menatap wajah sahabatnya. Risma menggeleng lalu mengambil map itu di letakkan kembali di bawah meja. "Kau sudah bertemu Alex?" tanya Elena mengambil gelas kopi di atas meja lalu menyecapnya perlahan. "Tadi aku bertemu dengannya di cafe." Risma menceritakan apa yang di katakan Alex tadi. Siena menganggukkan kepala, "tidak apa apa Ris, kau bisa gunakan ATM nya." "Aku tidak sempat bertanya kenapa dia melakukan itu, Alex pergi begitu saja El." Lagi lagi Elena hanya mengangguk tidak mengerti.Tapi ia tidak mau banyak komentar khawatir akan menyinggung perasaan sahabatnya. "Aku mau pulang ke belanda El." Ucap Risma pelan. Elena mengeriutkan dahi menatap wajah Risma. Nampak ada kegelisahan di wajahnya. "Kapan?" Elena menatap sahabatnya "Mungkin dua hari lagi." Risma menatap sahabatnya, lalu ia merangkul pundak Elena "Aku pasti merindukanmu." Elena mendekatkan kepalanya ke kepala Risma "Aku juga." "Besok kita ketemu di kelab, aku berikan kartunya. Hari ini aku tidak membawanya." Risma melepaskan pelukannya tersenyum pada Elena "Terima kasih."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN