bc

DESTROY ME

book_age18+
108
IKUTI
1K
BACA
like
intro-logo
Uraian

Seharusnya Elena bahagia saat mobil milik pria yang telah menghancurkan hidupnya masuk ke dalam jurang. Namun yang di rasakan Elena sebaliknya, ada yang hilang dalam dirinya.

"Ada yang salah dengan otakku."

chap-preview
Pratinjau gratis
awal mula
Hidup didalam dunia yang membosankan, tak ada yang bisa lepas dari jerat kemunafikan dan kesedihan. Segala sesuatu menjadi sebuah tantangan baru, menerima begitu saja segala sesuatu untuk dipersembahkan bagi masa depan yang penuh rasa takut. Lika liku kehidupan yang panjang hanyalah sebuah kengerian dan kebosanan. Untuk menemukan sedikit hidup mungkin kita harus bertindak i***t. Dia hanya gadis biasa, datang ke kota lain untuk kehidupan lebih baik hanyalah mimpi semata. Semua orang menutup diri enggan untuk sekedar bertutur sapa apalagi mereka pengecut dan sangat buruk, hanya berlindung pada sebuah ikatan yang sudah rusak dan menggelikan sejak awal. Dia harus bertahan ditengah tengah orang baik yang hanya sebagai kedok untuk menipu bahkan menjadikannya tumbal keserakahan dan rasa takut yang di miliki mereka. Dunia ini tak lebih dari mimpi buruk yang panjang, bahkan sangat aneh bukan? Kehidupan ini mirip sebuah lorong kegelapan dimana tak ada cahaya untuk sekedar penerangan. Supaya tidak tersesat ada kalanya mungkin kita harus menyalakan lentera itu sendiri dengan sebuah ke idiotan, yang akhirnya tetap saja tersesat pada jalan yang di anggap benar. Setidaknya kegilaan memberi banyak ruang bagi kehidupan yang semu ini dan harus dirayakan dengan rasa sakit dan permasalahan hidup yang pelik. Ada kalanya sedikit menjadi jahat, dan kejam memang harus dilakukan saat ppa yang tersisa dari hari hari yang dijalani? atau kita hanya butuh menjadi masa bodoh dan keunikan, dari semua keluhan dan pengulangan. Meskipun pada akhirnya tersesat jauh lebih dalam untuk sekedar mempercayai diri sendiri. Tidak ada salahnya mencoba bukan? Mungkin bukan hanya satu atau dua orang saja yang mengalami hal seperti ini. Banyak manusia mendesah setiap detik, selalu terjaga dalam kebimbangan, atau sekedar untuk menghibur diri berpura pura bahagia, mungkin akan lebih baik mencoba untuk mengosongkan fikiran dari semua peristiwa yang tiap hari mencekik. Berharap, berkhayal akan indah pada waktunya hanyalah ilusi. kadang kala apa yang kita harapkan jauh dari kenyataan yang harus menelan kekecewaaan, patah hati hampir setiap hari, hanya kamar kecil yang menyelamatkan dari keterpurukan yang paling dalam.Tersiksa dengan sesuatu yang sulit di mengerti. Sering kita berfikir bahwa aku telah gagal, namun aku masih disini? apa yang harus aku lakukan? Gagal dengan diri sendiri. Tetapi masih mempertahankan hidup, sebuah pekerjaan tanpa jeda, begitu erat dan mengoyak. Saat hujan datang sedikit memberi perasaan yang coba menguatkan kita kembali, kehampaan memunculkan rasa takut yang menyayat. "Rasa sakit yang mulai menyebar mengingatkan pada sosok ibu yang tak bisa ku peluk. Tangis yang hanya diri sendiri yang tahu, mengingat ibu menyeruak menjadi sebuah tangis. Dan aku pun kelelahan di kegelapan yang tak berujung. Untuk sedikit menemukan hidup, mungkin aku harus memuja kegelapanku sendiri. Apa yang masih layak untuk dipertahankan oleh kedua tangan yang tak mampu lagi menggenggam?" Detik berlalu Elena masih terpaku duduk di sebuah halte tak jauh dari Fable night Club tempat ia bekerja. Lalu ia berdiri melangkahkan kakinya menuju sebuah jalan sepi dan gelap. Dorrr!! Elena terkesiap mendengar suara aneh yang berasal dari ujung jalan yang sepi dan gelap. Elena mencoba memperjelas pandangannya, ia mengucek matanya perlahan lalu melebarkan matanya menatap dua orang pria tengah menyeret sosok pria yang tak berdaya di masukkan ke dalam mobil berwarna hitam entah apa sebabnya, masih hidup atau tidak? gadis itu mundur begitu menyadari telah terjadi pembunuhan di depan matanya. Dia mengintip di balik tumpukan kayu di sebuah mobil truk yang tengah menepi lalu jongkok di bawah mobil truk cukup lama, karena dia tidak ada keberanian untuk bergerak apalagi lewat ke jalan itu. Setengah jam berlalu Elena bangun dan kembali mengintip. "Mobil itu masih disana, bagaimana ini?" gumamnya pelan. Dari jauh Elena mendengar suara sirine mobil polisi yang tengah berpatroli melintas di jalan itu. Elena menoleh ke belakang lalu berdiri. "Sebaiknya aku pergi." Ia balik badan menatap mobil patroli itu dan bersikap tenang seolah tidak terjadi apa apa. Ia berjalan melewati mobil patroli yang tengah menepi. "Hei nak, sedang apa kau di situ? sapa salah satu polisi bertanya pada Elena lewat kaca mobil yang terbuka. Namun Elena mengabaikan pertanyaan Polisi berpura pura tidak mendengar. Ia bergegas melangkahkan kakinya. Disela sela langkahnya ia menoleh ke belakang untuk memastikan petugas patroli itu tidak mengejarnya. "Untung mereka tidak mengejarku," gumam Elena terus berjalan menyusuri tepi jalan raya. Tiba tiba dari arah belakang mobil Polisi berhenti tepat di depan Elena dan memanggilnya. "Tunggu!" "Deg! Jantung Elena berdegup kencang. Ia berusaha tetap tenang dan menoleh kebelakang " iya pak? ada yang bisa saya bantu?" tanya Elena menatap wajah Polisi di hadapannya. "Apakah kau melihat seorang gadis berlari ke arah sini?" tanya pak Polisi. Elena menggeleng cepat, "tidak pak!" sahutnya. "Lalu, kau mau kemana?" tatap pak Polisi penuh selidik ke arah Elena "Deg!" Jantung Elena berhenti berdetak sesaat, ia berdehem sesaat lalu menjawab pertanyaan pak Polisi dengan sikap setenang mungkin. "Saya pulang bekerja pak." Pak Polisi menganggukkan kepala sesaat, ia menoleh ke arah temannya yang ada di dalam mobil, "kita kehilangan jejak saksi satu satunya." "Ayo cepat kita telusuri!" sahut pak polisi lainnya. "Terima kasih nona, silahkan." Pak Polisi itu mempersilahkan Elena untuk kembali melanjutkan perjalanannya. "Terima kasih Pak.." Elena menganggukkan kepala sesaat, lalu ia kembali melangkahkan kakinya dengan santai. Ia menoleh ke belakang, mobil Polisi itu sudah tidak ada di belakangnya. Dengan sangat cepat Elena setengah berlari mengambil jalan pintas untuk sampai ke rumahnya. Sesampainya di rumah ia langsung meletakkan tasnya sembarangan, lalu ia hempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. "Huffft, untung saja mereka tidak mengenaliku," gumamnya. "Ternyata hidup di kota tidak semudah yang kubayangkan. Semua serba sulit dan kejahatan bisa terjadi di mana mana." Elena kembali bangun dan duduk termenung, ia teringat akan orang tuanya di kampung. "Mereka tidak boleh tahu apa yang terjadi padaku disini, aku tidak mau membuat mereka khawatir..Pak..Bu..do'a kan saja biar aku bisa mewujudkan satu mimpiku yaitu membahagiakan kalian." Elena tersenyum tipis. Ia bangkit lalu turun dari tempat tidur untuk membersihkan dirinya. Kehidupan di kota dan di desa tentu jauh berbeda. Rasa empati masih tinggi di terapkan di desa dari pada di kota. Mata mata penuh rasa tidak percaya dan tatap saling curiga satu sama lain, apalagi terhadap orang asing kerap terjadi setiap menit di kehidupan sehari hari.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
88.1K
bc

Me and My Broken Heart

read
35.0K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
54.1K
bc

Mrs. Rivera

read
46.9K
bc

Long Road

read
128.5K
bc

Dependencia

read
192.6K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook