kesan pertama

1265 Kata
Elena tengah sibuk melayani para pengunjung Kelab yang memesan minuman. "Hufftf." Ia menghela napas pendek menghembuskan kasar, menatap sahabatnya Risma yang tengah duduk di kursi. "Kau kenapa?" tanya Elena pada Risma yang terlihat murung. Risma menoleh tersenyum samar. "Tidak ada.." ucapnya pelan Elena kembali menghela napas panjang, menghampiri Risma dan duduk dikursi disampingnya. "Cerita.." ujar Elena menyentuh pundak Risma, dia merasa sahabatnya menyembunyikan sesuatu darinya. "Bos memanggilku ke kantornya." Risma menundukkan kepala. "Ada masalah apa?" tanya Elena mengerutkan dahi, melihat raut wajah risma nampak ketakutan. "Tidak ada..aku ke ruangannya dulu El.." ucapnya lemas, lalu berdiri dengan langkah gontai. Elena mengernyitkan dahi menatap punggung Risma Dia sendiri tidak pernah tahu wajah dan nama pemilik kelab. Elena bekerja di kelab atas rekomendasi Risma sahabatnya, yang ia tahu adalah Hardi Manager kelab. "Hei.." Elena menoleh ke samping kiri, tengadah menatap seorang pria lumayan tampan. Rambutnya yang panjang terlihat berantakan. Elena tersenyum menganggukkan kepala lalu berdiri mempersilahkan pria itu duduk. Ketika Elena hendak melangkahkan kakinya, pria itu menahan tangan Elena. Ia menoleh menatap pria itu. "Duduklah." "Tap_?." "Tidak apa apa,aku sudah meminta ijin Managermu" ucapnya pelan. Elena menoleh ke arah pintu ruangan Hardi. Nampak Hardi tengah berdiri di depan pintu menatap Elena dia menganggukkan kepala. Elena mengalihkan pandangannya menatap pria di hadapannya yang mengangguk dan tersenyum. "Aku tidak bohong bukan?" Elena mengabaikan ucapan pria itu kembali duduk di kursi. Pria itu ikut duduk di samping Elena dan memesan cocktail rasa buah ceri. Pria itu menyodorkan segelas cocktail di hadapan Elena. "Siapa namamu?" tanya pria itu pada Elena yang menoleh sekilas lalu menatap cocktail di hadapannya. "Elena." Jawabnya singkat. "Arga." Pria itu mengulurkan tangannya menatap Elena Elena menoleh menatap tangan Arga sesaat, lalu ia membalas uluran tangan Arga. "Senang berkenalan denganmu" ucapnya. Elena mengangguk, kembali menundukkan kepala menatap cocktailnya. Arga menyesap cocktail rasa buah ceri miliknya, ia menoleh dan menggeser duduknya supaya berhadapan dengan Elena. Namun Elena berdiri dan menatap Arga. "Maaf..aku masih banyak pekerjaan." Elena membungkukkan badan lalu ia balik badan berjalan meninggalkan Arga yang terpaku menatap punggungnya. ***** "Jadi? Alex suamimu?" tanya pria itu dingin, membuat Risma sedikit begidik menundukkan kepala tidak ada keberanian untuk menatap wajah bos nya. "Benar Tuan," jawab Risma dengan menundukkan kepalanya "Kau tahu, mengapa aku memanggilmu?" Lucian menyilangkan kedua tangannya di d**a, menatap tajam Risma yang menundukkan kepalanya. Risma mengangguk, ia mengangkat wajahnya menatap Lucian. "Saya akan membayar semua hutang Alex, tuan," ucapnya penuh keyakinan. Lucian tertawa keras, menatap cemooh Risma. "Kau tahu?" Lucian mengeluarkan tangan kiri dari balik saku celananya dan terulur mengangkat dagu Risma. "Suamimu telah melarikan uang proyek besar kami, dan menyimpannya atas nama Elena dan gadis itu sahabatmu bukan?" Lucian mengatupkan bibirnya menatap geram Risma. Lalu menarik tangannya dari dagu Risma. Risma menggelengkan kepalanya, matanya berkaca kaca. "ti,tidak mungkin." Lucian tersenyum sinis menatap tajam Risma."Katakan di mana gadis itu?" Risma mengabaikan pertanyaan Lucian. Kini dia mengerti, uang yang di kirim atas nama Elena adalah uang hasil curian. "Katakan." Cengkraman tangan Lucian di bahu Risma menyadarkannya. "Ti,tidak tahu tuan," ucapnya gagap menundukkan kepala. "Jangan bohong!" Risma merasakan cengkraman tangan Lucian di bahunya semakin kuat. "Kau tahu akibatnya jika membohongiku" ucapnya dingin tersenyum menyeringai. "KATAKAN! ! ." Risma berjengkit kaget. "Elena ada di sini." Ia menundukkan kepala sembari merutuki kebodohannya dalam hati. "Apa maksudmu?." Lucian mengernyitkan dahi tidak mengerti maksud ucapan Risma. "Elena bekerja di sini tuan," ucap Risma matanya berkaca kaca. "ho ho ho..jadi?" Lucian melepaskan tangannya dari bahu Risma, lalu menarik lengan Risma menuju kaca ruangan Lucian. Menatap ke bawah memperhatikan para pekerja kelab. "Yang mana?" tanya Lucian pada Risma dengan menatap sekitar lantai dansa. "Yang rambutnya di ikat sembarangan." Tunjuk Risma pada Elena yang tengah berdiri dan berbincang dengan seorang pria. "Oh, rupanya gadis itu." Lucian tertawa kecil memperhatikan Elena. Lucian tidak perlu susah payah mencari Elena, karena dia sudah tahu di mana rumah gadis itu, pada saat malam kemarin, suatu kebetulan bukan?. Lucian balik badan menatap Risma yang berdiri di belakangnya. "Aku tidak akan menghukummu atas perbuatan Alex suamimu, kau bebas dan pergilah sejauh mungkin dari kota ini, aku akan membiayaimu." Ucapnya lalu ia beranjak pergi membukakan pintu untuk Risma. Sesaat Risma tertegun, ia tidak mengerti mengapa Lucian berubah baik. Didepan pintu Risma kembali tertegun menoleh menatap Lucian. "Tuan saya mohon, jangan lukai sahabat saya. Dia gadis baik.." ucapnya penuh permohonan. "Bukan urusanmu lagi, sebaiknya sekarang kau pulang dan pergi dari kota ini. Aku akan mengurus semuanya." Lucian mendorong punggung Risma keluar dari ruangannya dan menutup pintu. Risma menghela napas panjang,ia menyesal sudah memberitahu Lucian. Lalu ia beranjak melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan. **** "Elena.." Elena menoleh menatap Risma yang sudah berdiri di belakangnya. Tiba tiba Risma memeluknya. " Maafkan aku" ucapnya pelan. Elena membalas pelukan Risma ragu ragu. Ia mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan perubahan sikap Risma. "Hei..ada apa?" Elena melepas pelukan Risma dan menatap wajahnya terlihat sedih. "Kau baik baik saja bukan?" tanyanya memperhatikan kedua mata Risma. Risma mengangguk. "El aku pulang duluan..aku..aku kurang enak badan." Risma memalingkan wajah.Lalu balik badan. "Ris..kalau kau sakit, pulang saja..besok pagi aku akan kerumahmu." Elena menyentuh pundak Risma. Risma menganggukkan kepala tanpa menoleh lagi pada Elena.Ia beranjak pergi meninggalkan club. Elena terpaku menatap punggung Risma. Ia merasa kalau Risma ada masalah, tapi ia tidak tahu apa masalah Risma. " Elena" Elena menoleh ke belakang menatap Arga yang tengah memperhatikannya. "Ya?." Arga menunjuk jam tangannya sendiri," sudah pukul tiga lebih..kau mau menginap di sini?" tanya Arga menatap Elena. "Ya ampun." Ia menepuk keningnya, lalu menatap sekitar ruangan Kelab yang sudah mau tutup. Arga tersenyum memperhatikan tingkah Elena. Lalu ia duduk di kursi menunggu Elena bersih bersih ruangan kelab. Dilantai dua, Lucian tengah memperhatikan Elena di balik kaca ruangannya. "Elena tunggu giliranmu." Ucapnya tersenyum menyeringai. **** "Ayo..aku antarkan kau pulang." Arga berdiri menatap Elena yang telah menyelesaikan pekerjaannya. "Tidak, aku bisa pulang sendiri" ucap Elena balik badan melangkahkan kaki. Tetapi Arga menahan langkahnya. "Ayo..aku antarkan kau pulang." Elena menghela napas panjang menatap aneh pria dihadapannya. Baru saja kenal sudah berani memaksa. Akhirnya Elena memutuskan untuk menerima tawaran Arga. lalu ia berjalan di samping kiri Arga, menuju halaman Kelab. Arga membukakan pintu mobil untuk nya, lalu menutupnya kembali. Arga menyusul masuk ke dalam mobil dan menjalankannya meninggalkan Kelab. "Kau baik baik saja?" Elena melirik Arga sekilas dan menganggukan kepala seraya memejamkan mata. "Aku baik baik saja.." ucapnya pelan. Sepanjang perjalanan hening tanpa ada pembicaraan, Elena masih memikirkan sahabatnya yang terlihat kacau. Sesaat hening tidak ada pembicaraan.Akhirnya Arga membuka suara bertanya pada Elena. "Sudah lama kau bekerja di kelab?" Arga melirik Elena sesaat. lalu kembali fokus kedepan. Namun tidak ada jawaban dari bibir Elena. Arga melirik sekilas ke arah Elena. "Sepertinya dia tidur." Tak lama kemudian mereka sudah sampai di halaman rumah Elena Arga menepikan mobilnya menatap Elena. "Ternyata gadis ini cantik juga," Arga menelan air ludahnya. "Sepertinya menyenangkan bermain main dengan gadis ini" gumam Arga pelan tersenyum sinis. " El..bangun,sudah sampai". Elena terperanjat, entah sudah berapa lama dia tertidur. Lalu dia mengucek matanya, dan membuka sabuk pengaman, namun dia kesulitan karena masih dalam keadaan mengantuk, lalu Arga membantu melepas sabuk pengaman, hingga wajahnya berdekatan dengan wajah Elena. Sesaat mereka saling pandang, ada rona merah diwajah Elena menahan malu. "Sudah". Arga tersenyum. "Terima kasih," kata Elena lalu ia turun dari mobil dan menutupnya kembali. Elena melangkahkan kakinya, sesaat menoleh ke belakang dan menatap mobil Arga yang berjalan. Lalu ia kembali melangkahkan kakinya. "Lumayan ganteng" ucap Elena pelan. Elena langsung membuka pintu rumah dan masuk ke dalam rumah memasuki kamarnya, ia hempaskan tubuhnya di atas kasur. Sepanjang perjalanan pulang, Arga membayangkan wajah Elena. "Gadis yang menarik, aku sudah lama memperhatikannya," gumamnya pelan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN