Save Me 25

1557 Kata
Zuhur telah berlalu, siang ini aku belum bisa istirahat karena banyak keluarga dari pasien sebelah yang datang menjenguknya. Sejujurnya hal itu benar-benar mengganggu kenyamanan. Namun apa boleh buat? Papa hanya mampu untuk ikut asuransi kesehatan kelas dua. Terpaksa, harus mau bergabung dengan pasien lain. Menjelang waktu asar ketika mata sudah mengantuk, tiba-tiba saja ada seorang perawat laki-laki yang datang dan meminta Papa untuk menyiapkan sejumlah uang. Katanya, uang itu akan digunakan untuk membayar ambulans menuju tempat CT Scan karena biaya akomodasi tidak ditanggung pihak asuransi. Setelah urusan administrasi sewa mobil dengan suara khas itu selesai, petugas yang bertanggung jawab pun mendorong tempat tidurku menuju tempat pemberhentian ambulans di rumah sakit ini. Mengetahui bahwa aku akan dibawa menggunakan ambulans, Mama terlihat sedih. Wajah cerianya tiba-tiba berubah menjadi pucat. "Mama nggak usah ikut, di sini aja." Papa memberi saran. Mama pun menuruti Papa. Wanita yang telah melahirkan aku itu pun memeluk dan menciumi aku. "Hati-hati, ya," katanya seraya menatapku. "Nggak usah sedih, Ma, aku nggak apa-apa, kok." Aku melempar senyum agar Mama tidak panik. Papa, Om Rahmat serta dua petugas rumah sakit pun mengantarku ke dalam ambulans. Sampai di dalam mobil, tiba-tiba saja aku merasa sangat sedih dan merinding. Mereka memintaku untuk berbaring. Lalu, pikiran ini seolah melayang jauh. Berbarengan dengan suara khas ambulans yang menyala, aku berpikir bahwa diri ini tampak seperti mayat. Sungguh! Suara ambulans itu membuatku takut. Aku benar-benar tegang. Namun, di kursi samping tempatku berbaring ada Om Rahmat dan Papa yang berbicara penuh tawa. Hal itu mereka lakukan untuk mencairkan suasana. "Kang, untung aja istrimu nggak ikut. Bisa nangis nanti pas lihat Tetty tidur di ambulans. Ditambah lagi suaranya bikin merinding gini," ujar Om Rahmat. "Kalau istri saya itu, kan, perasa, Mat. Saya juga nggak pernah menyangka akan duduk di dalam ambulans menemani anak sendiri." Mendengar ucapan Papa rasanya kedua bulat hitam ini mulai berbinar. Mulai ada genangan air di setiap pojok alat penglihatanku. Saat ini aku hanya bisa berbaring dan sesekali tersenyum mendengarkan mereka berdua berbicara. Saat itu pikiranku sudah melayang jauh. "Aku ini sebenarnya sakit apa Ya Allah? Apa umurku tak lama lagi? Mengapa rasanya seperti ini berada di dalam ambulans," batinku. Lamunanku terberai ketika Om Rahmat menepuk kakiku. "Hei, tahu nggak? Tempat kamu tidur itu bekas mayat tahu. Hahaha." Pria itu terbahak-bahak berusaha melawak. Aku terkekeh melihat kelakuan Om Rahmat. Beliau memang seperti itu, ketawanya pun sangat khas. Orang yang mendengarkan pasti akan pengang telinganya. Namun tak dipungkiri, hati ini memang takut. "Ya udah, deh, aku duduk di kursi itu aja, ya. Nggak mau tidur!" ujarku berusaha protes. "Udah di situ aja," ucap Papa. "Jangan dengerin Om Rahmat!" *** Sesampainya di tempat tujuan, ternyata aku masih harus menunggu beberapa menit. Baru setelah petugas menyiapkan alat, aku bisa langsung dipanggil. Kali ini aku benar-benar terlihat seperti pasien yang tak bisa berjalan dan payah! Padahal, aku mampu melakukan semua. Pasalnya, pihak rumah sakit menyiapkan kursi roda agar kunaiki. Akhirnya, Papa pun mendorong kursi roda tersebut dan mengantarkanku ke ruangan yang lebih dalam lagi. "Pasien atas nama, Septi?" ujar seorang lelaki dengan lembaran kertas di tangannya. "Iya, ini!" Papa langsung berdiri menunjukkan keberadaanku. "Silakan masuk." Petugas tersebut mengarahkan kami. Kali pertama masuk, aku melihat sebuah benda sangat besar menyerupai mesin cuci raksasa. Benda tersebut tepat berada di hadapan kami. "Itu mesinnya?" bisik Papa. "Iya, Pa." "Kamu dimasukin ke sana?" "Iya kayaknya, mah. Pah... aku dingin, AC-nya kebesaran." Sudah lama aku sudah sensitif dengan rasa dingin. Entahlah, kenapa hal itu terjadi? Padahal, dulu aku suka sekali duduk dan tidur di bawah kipas yang menyala selama dua puluh empat jam penuh. Intoleransi dingin adalah suatu kondisi ketika seseorang sangat sensitif terhadap suhu dingin. Intoleransi dingin lebih parah daripada rasa dingin yang normal dirasakan ketika berada di luar ruangan pada hari yang dingin. Beberapa orang cenderung merasa kedinginan, terutama pada seseorang yang memiliki masalah kesehatan kronis atau sedikitnya kadar lemak dalam tubuhnya. Jika memiliki intoleransi dingin, kemungkinan besar akan mengeluh kedinginan ketika orang lain di sekitar justru merasa nyaman atau bahkan merasa hangat meskipun berada di tempat yang sama. Dengan menambahkan lapisan pakaian tambahan mungkin tidak dapat menghilangkan rasa kedinginan. Kemungkinan juga mengalami rasa sensitif terhadap dingin di bagian-bagian tertentu dari tubuh, seperti tangan. Jika hal tersebut terjadi, maka segera remui dokter untuk mengevaluasi jika tidak memiliki riwayat intoleransi dingin, dan masalah lainnya. Pengobatan masalah ini akan tergantung pada diagnosis yang dimiliki. Suhu tubuh seseorang diatur oleh beberapa sistem yang berbeda. Pada bagian otak disebut hipotalamus yang bertindak sebagai pengatur suhu tubuh. Bagian otak ini mengirim pesan ke tubuh yang mengatur produksi panas atau cara untuk mendinginkan tubuh. Hipotalamus juga mengarahkan kelenjar tiroid untuk meningkatkan atau menurunkan metabolisme tubuh. Tiroid adalah bagian penting untuk mengatur suhu tubuh. Kelenjar ini harus berfungsi dengan baik untuk membakar kalori dalam tubuh untuk menciptakan panas dan bahan bakar tubuh. Aliran darah membantu menyebarkan panas ke seluruh tubuh dan lemak tubuh yang juga membantu mempertahankannya. Intoleransi dingin dapat menjadi akibat dari suatu masalah dengan satu atau kombinasi dari proses tersebut. Intoleransi dingin juga dapat disebabkan oleh buruknya kesehatan tubuh secara keseluruhan, atau bisa juga merupakan gejala dari berbagai kondisi kesehatan, termasuk: Anemia. Kondisi ketika Anda kekurangan sel darah merah yang sehat. Anoreksia. Gangguan makan ini menyebabkan hilangnya lemak dalam tubuh. Hipotiroidisme. Gangguan ini terjadi ketika tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Masalah pembuluh darah. Gangguan ini (seperti fenomena Raynaud) membatasi aliran darah ke ekstremitas Anda. Gangguan hipotalamus. Area otak ini menghasilkan hormon yang mengontrol suhu tubuh. Fibromyalgia. Kondisi kronis ini menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan di seluruh tubuh. Kulit yang sebelumnya terluka, seperti pada frosbite, dapat tetap sensitif terhadap dingin bahkan setelah luka tersebut telah sembuh. Jika kondisi ini merupakan suatu gejala yang baru, dan tidak membaik, sebaiknya harus pergi ke dokter untuk pemeriksaan medis yang lengkap. Dokter akan melihat riwayat medis dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada kita, termasuk: Apakah memiliki riwayat penyakit sebelumnya? Apakah mengkonsumsi obat atau suplemen yang diresepkan atau yang dijual bebas? Kapan mulai mengalami intoleransi dingin? Apakah gejala semakin buruk? Apakah ada saat di mana mengeluh kedinginan ketika orang lain di sekitar justru tidak? Apakah memiliki gejala lain? Apakah makan dengan baik dan berolahraga secara teratur? Semua tergantung pada hasil pemeriksaan fisik yang didapat, dokter dapat mengajukan beberapa tes tambahan, termasuk tes darah dan tes kadar hormon, untuk menentukan apakah kita memiliki penyakit yang mendasarinya. Mengobati anoreksia adalah suatu proses pengobatan yang jangka panjang. Obat-obatan dapat digunakan untuk mengatasi gejala tertentu. Dukungan tim medis yang lengkap, termasuk ahli nutrisi dan gaya hidup yang sehat, pada umumnya dibutuhkan. Juga disarankan agar Anda bekerja dengan konselor psikologis dan organisasi yang mendukung. Hipotiroidisme diobati dengan hormon sintetis oral yang diminum setiap hari. Perawatan biasanya seumur hidup, tetapi dosis dapat disesuaikan dari waktu ke waktu. Masalah pembuluh darah dapat ditangani dengan berbagai cara, tergantung pada penyebabnya. Pembedahan dan pengobatan dapat digunakan pada kasus pembuluh darah yang parah. Gangguan hipotalamus dapat diobati berdasarkan penyebab yang spesifik. Pengobatan termasuk pembedahan atau radiasi untuk tumor, penggantian hormon, atau prosedur untuk menghentikan pendarahan atau infeksi. Pengobatan untuk fibromyalgia umumnya ditargetkan untuk menghilangkan gejala-gejalanya. Pilihannya termasuk obat untuk nyeri, terapi fisik, dan terapi perilaku kognitif. Jika menderita intoleransi dingin, pastikan untuk berpakaian dengan benar selama cuaca dingin. Kenakan pakaian yang hangat dan jaga agar area yang paling sensitif tertutup untuk mencegah paparan dingin. Pada cuaca yang sangat dingin, cobalah untuk tetap berada di dalam ruangan. Jika berpikir bahwa mungkin menderita intoleransi dingin atau kondisi medis lainnya, segera hubungi dokter. Dokter dapat mencari tahu apakah kita memiliki masalah medis yang mendasarinya dan dapat memulai pengobatan. Usai mengatakan pada Papa bahwa aku kedinginan karena AC yang begitu besar. Lelaki terhebatku pun langsung memberitahu dan meminta petugas agar pendingin ruangan tersebut dimatikan saja. Usai memenuhi permintaanku. Petugas mulai mendekati kami. "Sekarang buka kerudungnya, ya," ujar petugas laki-laki. Keningku mengerut. "Nggak mau, Pa." Aku melihat ke arah Papa. "Masa dibuka?" "Iya, memang harus dibuka." Petugas tersebut menimpali.. Lalu, datanglah petugas lain dari arah luar dan mendekati kami. "Nggak apa-apa kalau kerudungnya mau dipakai. Asal jangan ada jarum atau logam lain di pakaiaannya," ujar petugas tersebut dan berlalu. Aku melangkah dan berbaring di atas benda panjang menyerupai meja. Lalu, mesin itu membawaku masuk lebih dalam. Setelah itu terdengar suara dari luar. "Satu... dua... tiga...." Seketika mesin yang melingkari tubuh ini menyala dan mengeluarkan suara cukup geras. Tidak sakit, sih. Tapi jantung ini cukup kencang saat berdetak, entah kenapa, aku hanya merasa takut dan sedih. *** Setelah selesai CT Scan, aku kembali ke rumah sakit dengan wajah yang ceria dan tak ada beban sedikit pun dalam pikiran. Mama bertanya apa saja yang dilakukan tadi dan aku pun dengan senang menceritakan semuanya pada wanita terhebatku itu. Menjelang waktu istirahat, tepat ketika jam sembilan malam cairan infusku habis. Akhirnya Papa mengundang perawat. Beberapa saat kemudian, seorang perawat bernama Dini yang semula bersikap jutek, datang mendekatiku dan berubah menjadi sangat baik. "Teh Septi, tadi habis CT Scan, ya?" tanya beliau seraya mengganti botol infus. "Iya, Teh." "Hasilnya ditunggu besok, ya, tadi itu CT Scan-nya juga yang kontras, ya?" Kata kontras membuatku bingung. "Teh, kontras itu maksudnya gimana, sih?" "Jadi, kan, biasanya kalau CT Scan itu  yang biasa aja. Nah, kalau tadi kontras, untuk melihat penyakit-penyakit yang sulit dideteksi." Setelah suster Dini menjelaskan ia pun berlalu. Kemudian, Mama bertanya, "Mama nggak ngerti. Apa maksud kontras itu?" Semampu dan sebisa mungkin, aku pun menjelaskan kembali pengertian CT Scan kontras menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh Mama. ***  Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN