“Le, tangi, Le. Shubuhan sek.” (Nak, bangun, Nak. Sholat shubuh dulu) Deva menggeliatkan tubuhnya, terdengar suara deritan bambu yang saling beradu, Deva memang tidak tidur di sebuah ranjang yang empuk seperti biasanya, melainkan hanya beralaskan tikar di atas ranjang yang dibuat dari batang-batang bambu, ranjang itu adalah buatan kakeknya sendiri. Suara seorang wanita, agak asing di telinga Deva. Deva mencoba mengingat sejenak, lalu tersadar kalau kini dia berada di rumah kakeknya di sebuah desa terpencil Pagelaran, Pringsewu. Suara yang baru saja membangunkannya kini mulai dikenalinya, Itu suara neneknya, Mbah Kristinah. “Nggih, Mbah.” (Iya, Nek) Deva langsung bangun dari tidurnya. Lamat-lamat didengarnya suara tarkhim di kejauhan, saling bersahutan terdengar dari beberapa musholla a