. Beberapa menit sebelumnya… Nama Naviza dan Derav digaungkan dengan begitu lantang oleh panitia, seorang pria paruh baya yang sekaligus ambil peran sebagai juri semi final. Naviza sudah bersiap di bawah arena, di pinggiran sebelah timur, pada satu sudut arena yang memiliki empat anak tangga untuk naik. Ya, arena ini dibangun setinggi leher orang dewasa. Sementara Derav, naik lewat sisi barat. “Kau akan kalah, lagi!” seru Derav dengan tatapan serius. Dia melebarkan kakinya menyiapkan kuda-kuda dengan pedang siap terhunus. Tubuhnya lebih merendah bersama dengan kedua lutut yang menekuk turun. Naviza masih berdiri santai namun waspada. Kali ini dia jauh lebih percaya diri dibanding saat pertemuan terakhir mereka hari itu. Dia menimbang-nimbang pedang pemberian panitia, memu