Cecil menginap di mansion kembar Dawson. Ia menempati salah satu kamar tamu yang berada satu lantai dengan kamar yang kini Riri tempati. Pagi menjelang dan Riri telah bangun karena perutnya yang berbunyi terus menerus dari malam hari. Riri kemarin malam sebenarnya sudah menunggu waktu makan malam dan menghabiskan makan malamnya dengan tenang. Tapi apa yang ia harapkan hangus karena tamu yang membuat moodnya hancur.
Riri diajak Fany untuk segera turun menuju taman belakang, karena Angel menginginkan sarapan kali ini diadakan di taman belakang didekat danau buatan. Senyum tercetak jelas dibibir Riri ketika melihat meja panjang yang lagi-lagi telah diisi oleh berbagai macam hidangan untuk sarapan.
Tapi senyuman Riri segera surut ketika melihat Cecil yang kembali duduk di tempat yang biasa Riri dudukki. Dengan muka masam Riri duduk di tengah diapit oleh Angel dan Cecil.
"Selamat pagi Riri," Angel menyapa.
Riri tersenyum. "Pagi Mom, pagi Dad."
"Kita gak disapa?" Fathan merajuk lewat kata-katanya. Riri terkekeh.
"Pagi Kak Athan, Kak Ugo, sama Kak Bri," Riri menyapa dengan ceria. Ia sama sekali tak melirik pada Cecil dan Farrell.
Em pagi Riri." Cecil tersenyum manis pada Riri. Riri sendiri tak menoleh, ia hanya menjawab dengan singkat tanpa senyum dan memilih menatap nasi goreng. Melihat itu Farrell tampak geram.
"Yang sopan Riri!" Tukas Farrell.
Riri segera menoleh, matanya menyorot tajam. "Sopan?" Riri mengerutkan kening bingung. "Aku kan udah jawab. Terus harus gimana lagi. Riri harus senyum gitu jawabnya? Gak bisa. Bibir Riri pegel senyum mulu." Lalu ia membuang muka.
Farrell menggeram dan akan segera menyemprotkan amarahnya namun Dave segera menyela. "Sudahlah Farrell! Riri sedang lapar. Lebih baik kita sarapan saja."
Riri menatap Dave dan tersenyum senang, Aku suka gaya Dad. Dave terkekeh ketika menangkap apa yang Riri katakan dengan pandangan matanya.
Riri segera memakan sarapannya. Nasi goreng spesial yang dibuatkan Wany. Hugo menyodorkan piring sosis goreng kehadapan Riri, begitu pula dengan Bri dan Fathan yang masing-masing menyodorkan telur goreng dan potongan acar untuk Riri. Riri sendiri langsung memakannya dengan semangat tak mempedulikan tatakrama. Berbeda dengan Cecil yang duduk dengan tegap dan menyantap sandwich dengan perlahan. Cecil melirik ke arah piring Riri, di mana banyak butiran nasi yang berjatuhan ke atas meja.
"Sayang bagaimana dengan wanita yang mengaku hamil anakmu?" Angel melemparkan sebuah pertanyaan pada Farrell.
"Sudah selesai. Berkat Daniel, aku telah membereskan semuanya," Farrell menjawab dengan nada datar. Angel mengangguk.
"Aku sempat kaget ketika kak El menjelaskan hal yang sebenarnya padaku ketika kami bertemu Tante." Cecil akhirnya membuka suara. Angel menatap Cecil kemudian melirik Riri yang menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyuap sesendok penuh nasi goreng.
"Maksudmu?" Kini Bri yang bertanya.
"Kami bertemu di Singapura, aku juga sedang mengadakan pameran di sana dan tak sengaja bertemu dengan Kak El. Dan Kak El menjelaskan semua kebenaran mengenai kabar yang kala itu beredar. Dan tak lama kemudian nama Kak El menjadi bersih kembali, aku senang," Cecil menjelaskan dengan nada riang.
Wajah kembar Dawson segera menggelap. Mereka selaku kembaran dari Farrell sendiri tahu mengenai kebenaran dibalik masalah Gyni hanya sebatas berita di tv. Dan Cecil? Mendapatkan penjelasan langsung dari Farrell.
Dave menangkap raut tak senang dari beberapa orang itu langsung angkat bicara. "Jangan dilanjutkan! Kita bisa berbicara nanti saat minum teh." Dave melirik menantunya yang kini menunduk dalam.
"Riri mau sosis goreng lagi?" Angel mencoba mengalihkan pikiran Riri. Angel adalah pengamat yang baik, baru satu hari bertemu tapi ia sudah paham dengan perangai anak menantunya ini. Riri mengangguk, Angel segera meletakkan beberapa potongan sosis goreng pada piring Riri. Sarapan berlanjut tanpa ada percakapan lagi.
Hendrik selaku kepala pelayan segera menyiapkan jamuan sederhana. Sebenarnya Farrell sudah menolak dengan keras ajakan minum teh itu, tapi mendengar perintah dadnya, Farrell segera mengikuti. Sekarang kembar Dawson, Riri, Angel, Dave dan Cecil tengah duduk santai di teras samping mansion, menghadap langsung pada taman bunga yang terhampar indah.
Riri merengutkan bibirnya ketika Cecil lagi-lagi duduk dan menempel dengan Farrell. Cecil sendiri berdalih ia masih sangat rindu dengan Farrell, karena setelah beberapa tahun baru bisa bertemu kembali.
Riri melampiaskan kekesalannya pada brownies almond yang kini tengah ia kunyah. Tak ada yang salah dengan Cecil sebenarnya. Menurut pengamatan Riri, Cecil tak menggoda Farrell. Cecil juga tak berbuat jahat pada Riri. Cecil bahkan bersikap seperti seorang kakak kepada Riri. Tapi entah kenapa, Riri benar-benar tak menyukai Cecil sejak pertama kali melihatnya. Posisi duduk Riri juga kini masih sama seperti kemarin. Diapit oleh kedua mertuanya.
"Sekarang kita bisa bicarakan masalah yang tadi." Dave melirik Farrell dari di balik cangkir tehnya.
Farrell bergeming ia sama sekali tidak menjawab. Cecil yang merasa dirinya tahu akan masalah ini akan menjelaskan. "Begini Paman, a-"
Dave berdehem dan menghentikan ucapan Cecil. "Maaf Cecil, Paman hanya ingin mendengar penjelasan dari anak Paman."
Cecil meneguk ludahnya sulit ketika Dave menatapnya dengan pandangan dingin. Dave lalu beralih menatap anaknya yang sama-sama sedang menatapnya balik dengan wajah datar, khas Farrell sekali.
"Apa? Aku sudah jawab bukan. Semuanya telah selesai, tidak perlu dibicarakan lagi," Farrell menjawab sambil lalu, separuh tak ingin menatap dadnya itu. Hugo dan Fathan mendengus keras, menandakan bahwa mereka tak puas dengan jawaban Farrell.
Riri yang melihat sikap Farrell langsung berseru keras, "Kak El bilang kalo Riri harus sopan dan harus liat orang yang diajak bicara. Tapi kak El malah minum ludah sendiri!" Riri kembali dengan kegiatannya mengunyah brownies yang ia genggam. Dave menyamarkan tawanya dengan batuk, hal itu juga diikuti oleh kembar Dawson tentu saja kecuali Farrell yang kini tengah menatap tajam pada Riri.
Sungguh Dave sangat senang Riri menjadi menantunya. Riri sangat menghibur. Sedangkan Fathan menggigit lidahnya sendiri ketika ia akan membenarkan ucapan Riri yang salah. Mengenai, minum ludah sendiri. Bukan kata minum yang harusnya disematkan di sana, tapi kata menjilat yang tepat. Tapi niat untuk mengatakan itu segera sirna tatkala ia melihat sinar kejengkelan di mata Riri.
Fathan dan kedua saudaranya tahu, bahwa kini Riri tengah kesal dengan sikap Farrell yang kelewat dingin. Dan mereka pikir agar membiarkan Riri, toh ini akan menjadi sebuah hiburan untuk mereka. Dan Dave tampaknya kembali dibuat terkejut oleh tingkah menantunya yang kini tengah mengunyah brownies potong ketiga yang disodorkan oleh istrinya.
Dibuat dari apa perut Riri? Ia baru saja menghabiskan satu piring penuh nasi goreng beserta sosis dan telur mata sapi. Dan sekarang ia mengunyah brownies dengan tampang orang kelaparan. Menantunya ini benar-benar unik rupanya.
Pertemuan itu kembali tak membuahkan hasil. Farrell bersikeras tak ingin menjelaskan apa pun. Ia berdalih bahwa semuanya telah jelas dalam tayangan televisi yang beberapa hari lalu, bahkan sampai ini yang masih menayangkan dan membantu membersihkan kembali namanya.
Setelah itu, semua orang telah kembali kepada kegiatannya masing-masing. Termasuk kembar Dawson. Cecil sendiri harus pergi untuk mengurus pembukaan pamerannya tahun ini. Sedangkan Angel dan Dave pergi untuk mengurus urusan mendadak. Dan Riri? Kembali pada rutinitasnya menjalani les.
Dan untuk pertama kalinya Riri hampir mengumpat, mempraktekan kata-kata kasar yang pernah ia dengar disalah satu tayangan televisi. Karena guru les bahasanya diganti dengan wanita paruh baya yang sangat kaku. Ingatkan ia juga bahwa guru kali ini bukan hanya mengajarkan bahasa, tapi juga pelajaran etika khas untuk nona-nona kalangan atas.
Riri mengerang ketika tiga jam yang sangat menguras tenaga dan emosinya berakhir. Riri tak pernah sekesal ini sebelumnya. Entah mengapa mood Riri sangat mudah hancur beberapa hari ini.
"Nona, ada kiriman untuk Nona." Fany datang dengan sebuah kotak yang tak terlalu besar ditangannya. Riri sedikit tak senang ketika tadi pagi, Fany mengubah panggilannya menjadi nona kembali dan meminta Riri agar memanggilnya dengan nama saja. Riri sempat protes tapi segera bungkam karena alasan yang diberikan oleh Fany. Fany menyebutkan bahwa ada Cecil yang tak boleh mengetahui hal-hal aneh mengenai Riri. Kembali menegang Cecil, Riri mendengus. Ia beralih melirik kotak silver yang masih dipegang oleh Fany.
Riri meraihnya dan menggumamkan terimakasih. Matanya membulat ketika ia telah berhasil membuka kotak tersebut. Sebuah boneka kelinci berwarna putih bersih dengan ukuran tak lebih dari 30cm mencuri hati Riri . Riri segera mengambilnya, gerakannya terhenti ketika Hendrik datang.
"Maafkan saya Nona, tapi ada yang harus Anda lihat di ruang depan." Hendrik menjelaskan ketika ia telah membungkuk memberi hormat.
Riri mengikuti langkah Hendrik yang telah terlebih dahulu pergi. Setibanya diruang depan Riri segera membekap mulutnya yang hampir memekik terkejut. Matanya membulat dan hampir saja akan meloncat ke luar jika saja mata Riri tak terbuat oleh kemurah hatian Tuhan.
***
Entah sudah berapa hari Farrell tidak bisa bertemu secara langsung dengan Riri, setelah kabar tak enak mengenai dirinya tersebar luas. Ia tak bisa pulang setelah kejadian itu. Ia disibukkan dengan investor-investor sialan yang berubah menjadi balita rewel ketika nama Farrell dikaitkan dengan Gyni, ia harus pergi ke Singapura hanya untuk mengurus investor itu.
Farrell hanya bisa melepas rindu, dengan melihat Riri dari ponselnya yang terhubung langsung dengan kamera yang ia pasang di kamar utama. Setidaknya ia bisa bernapas lega, karena Riri bisa tidur dengan nyenyak setiap malamnya di dalam pelukan saudara kembar Farrell. Ada sedikit rasa tak rela, ketika ia melihat Riri tidur dengan pulas bukan dalam rengkuhannya. Tapi ya sudahlah. Ini sudah jalannya.
Ah dan mengenai kabar kehamilan Gyni, seorang super model majalah dewasa yang menggemparkan dan dikaitkan dengannya, masalah itu telah selesai dengan rapi berkat bantuan Daniel yang memang telah bekerjasama dengannya sejak lama.
Ia memijit pelipisnya yang terasa menegang. Ini bukan salahnya, Farrell telah memperingatkan Gyni untuk mundur dan memberikan klarifikasi. Tapi dengan bodohnya Gyni malah mengadakan jumpa pers dan blak-blakan mengatakan bahwa ia tengah mengandung anak dari benih yang ditanam Farrell. Dan Gyni menjelaskan bahwa ia akan segera menikah dengan Farrell karena mereka sudah sangat saling mencintai.
Dasar wanita bodoh!
Farrell mengumpat dalam hatinya. Kenapa ia bisa tidur dengan wanita menjijikan seperti itu. Farrell memang pernah menghabiskan satu malam dengan wanita itu. Tapi Farrell tidak dengan dungunya menebar benihnya sembarangan. Dan jelas, meskipun ia menanamkan benihnya di rahim wanita itu, wanita itu tak akan pernah mengandung anaknya.
Farrell kehabisan kesabaran ketika jumpa pers itu dirilis. Dan dengan senang hati Farrell meladeni pihak Gyni yang tampaknya ingin bermain-main dengannya. Ini bukan masalah main-main, bukan saja kerugian materi yang Farrell dapatkan karena harga saham yang anjlok, tapi Farrell juga terancam akan kehilangan kepercayaan dari Riri, isteri mungilnya.
Maka dari itu dengan senyum dinginnya Farrell menghubungi wartawan Daniel. Dan, boom. Bom besar meledak, menghancurkan pihak Gyni yang tadinya tengah bersorak karena mengira akan menang.
Daniel merilis sebuah artikel yang membahas Gyni secara eksklusif, di majalah dan web resmi miliknya. Gyni yang tadinya merupakan seorang model majalah dewasa yang tampak seperti malaikat baik hati di hadapan masyarakat langsung jatuh pamor, ketika artikel buatan Daniel dirilis. Gyni bukanlah seorang malaikat. Ia hanyalah seorang pecandu obat terlarang. Satu lagi jangan lupakan bahwa Gyni adalah penikmat one night stand!!
Daniel tidak hanya menebar kata-kata. Ia melampirkan bukti-bukti terkait, ketika Gyni sedang mengonsumsi barang haram itu, hingga ia yang sedang masuk kedalam kamar hotel dengan pria-pria yang berbeda setiap malamnya. Lalu mengenai kehamilannya, Daniel membuktikan bahwa Gyni mengandung anak orang lain bukan Farrell berdasarkan data-data pemeriksaan kehamilan Gyni.
Gyni tengah hamil 3 bulan. Tapi jelas Gyni terlihat dikamera cctv hotel terakhir pada 5 bulan kebelakang. Jelas janin itu bukan beradal dari benih yang ditanam Farrell. Segera setelahnya, artikel di internet yang tadinya berjudul "Gyni sang model hamil anak Farrell sang kembar Dawson" dan sejenisnya, berubah menjadi "Gyni sang pecandu gila!", "Gyni jalang gila!". Farrell terkekeh. Well kini namanya telah bersih lagi, apalagi kini ia disanjung-sanjung karena bisa bersabar menghadapi Gyni yang berani mengaku dihamili oleh Farrell.
Tapi kekehan Farrell kini menghilang seketika ketika bayangan Riri yang menangis dengan pipi dan hidung memerah menghantam kepalanya. Ini sulit. Farrell tak tahu apa yang kini harus ia lakukan. Dalam sejarah hidupnya Farrell tak pernah harus menjelaskan situasi pada siapapun, karena ia terbiasa membereskan segalanya dengan cepat dan membiarkan hasil yang menjelaskan. Setidaknya itu yang sering ia lakukan pada orang tuanya. Tapi ini berbeda, ini Riri. Jelas penangananya harus berbeda, dan Riri butuh sebuah penjelasan darinya.
Farrell menggeram, seharian ia sulit berkonsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Alhasil ia harus sedikit pulang terlambat dari waktu yang sebenarnya telah ia tentukan. Ia berniat untuk pulang lebih dulu dari pada yang lain karena niatnya untuk memberikan penjelasan pada Riri, istri kecilnya. Farrell tiba ketika langit telah berubah menjadi oranye kembali. Hendrik telah menyambutnya di depan pintu utama.
"Di mana Riri?" tanya Farrell.
Hendrik menunduk hormat lalu segera menjawab, "Nona berada di kamarnya." Farrell mengangguk. Lalu melangkah berniat menghampiri istri kecilnya. Tapi Hendrik mengatakan sesuatu yang membuat Farrell segera berbalik. Hendrik menyodorkan beberapa lembar kertas pada Farrell. Rahang Farrell segera mengatup dengan suara gertakan keras.
Farrell berbalik dan segera menuju kamar Riri. Niat awalnya yang semula ingin menjelaskan pada Riri segera menguap entah ke mana dan digantikan dengan amarah yang jelas di wajahnya.
Suara pintu yang dibuka dengan gerakan kasar membuat Riri tersentak dari kegiatannya. Riri kini tengah duduk memeluk boneka kelinci putih diatas ranjang yang penuh dengan sobekan kertas kado warna-warni. Farrell semakin marah ketika melihat kamar Riri yang dipenuhi kotak kado warna-warni, yang sebagian besarnya belum terbuka.
Fany memberi hormat dan segera ke luar ketika melihat isyarat dari Hendrik yang berada dibalik punggung Farrell.
Hening.
Farrell menatap tajam pada Riri yang tampak tak mempedulikan eksistensinya di sana. Farrell menggeram dan mendekat. Ia menarik boneka yang dipeluk oleh Riri keras hingga Riri tersungkur ke depan, untung saja ranjang yang ia tempati luas jadi Riri tak jatuh.
"Ish kenapa sih! Sini balikin! Kalo Kak El mau, beli sendiri sana! Itu punya Riri." Riri merentangkan tangannya hendak meraih boneka kelinci berwarna putih bersih itu, tapi Farrell mengangkat boneka yang berukuran tak lebih dari 30cm itu tinggi-tinggi.
Riri dengan semangat menggebu-gebu meloncat-loncat di atas ranjang dan mencoba meraih bonekanya di tangan Farrell. Kesal karena Riri tak bisa diam. Farrell merobek boneka itu menjadi dua bagian. Riri yang melihat itu langsung terdiam dan duduk dengan tegap. Matanya mengerjap beberapa kali lalu air matanya menetes tak tertahan.
"Kaumenangis gara-gara boneka murahan seperti itu?" Farrell bertanya dengan nada datar sambil memasukan tangannya ke dalam saku celananya.
Riri sesenggukan, ia mendongak menatap wajah Farrell. "Me-meskipun itu mura-han, ta-pi itu hadiah dari orang. Riri harus menerimanya dan menjaganya."
Mata Farrell kembali menggelap. "Kautahu itu hadiah dari pria, tapi kaumasih menyimpan semua sampah ini?! Apa aku semiskin itu sebagai suamimu, sampai-sampai kaumau menerima dan menyimpan barang murahan dari pria lain!" Farrell berujar keras.
Farrell marah bukan main ketika tadi Hendrik memberinya sebuah kertas di mana semua data pengirim kado bagi Riri tertera. Dan semua pengirim tersebut adalah lelaki yang sebagian besar ia kenali sebagai model dan investor muda yang pernah bekerjasama dengannya.
Farrell juga tahu bahwa pria-pria sialan itu mengenal Riri, karena foto Riri dan juga profilnya terpampang jelas di sebuah majalah terkenal New York. Ia juga tahu itu dari laporan Hendrik. Apakah ia pergi selama itu hingga ia tak tahu kabar mengenai istrinya sendiri. Farrell berteriak keras memanggil Hendrik. Hendrik masuk kedalam kamar dan menerima perintah yang membuat Riri semakin menangis histeris.
"Jangan! Ini semua punya Riri, kenapa harus dibuang!" Riri memeluk beberapa kotak kado yang berada didekatnya dengan erat.
"Sekarang Hendrik," Farrell mendesis. Fany yang mengerti kemarahan tuannya segera mendekat pada Riri dan melepaskan pelukan Riri pada kotak warna-warni itu. Beberapa pelayan segera masuk setelah mendapat perintah dari Hendrik. Hanya butuh lima menit dan kamar Riri telah bersih dari segala macam hal berbau dengan hadiah. Riri telah berontak dari pelukan Fany dan mengejar pelayan yang membawa kadonya. Riri ditahan oleh Farrell.
"Jangan bertindak seperti w************n, yang sangat membutuhkan barang tak berharga seperti itu Riri. Jangan membuatku lebih kesal!" Riri mematung mendengar ucapan Farrell.
Suara-suara yang sudah tak asing mulai terdengar. Kembar Dawson beserta kedua orangtuanya telah kembali, oh jangan lupakan Cecil di sana. Mereka melihat Riri yang kini tengah ditahan oleh Farrell. Bahu Riri yang bergetar menjelaskan bahwa Riri kini tengah menangis hebat.
"Ada apa ini?" Dave bertanya dengan suara rendah. Ia tak suka melihat menantunya menangis seperti ini, keningnya juga mengerut ketika melihat puluhan kotak kado dan barang-barang baru yang dibawa pelayan.
"Tidak ada Dad. Aku hanya memberi pelajaran pada seseorang agar bertidak sesuai dengan posisinya." Farrell berujar datar dan melepas genggaman tangannya pada Riri. Ia memberi kode agar Hendrik segera membuang barang-barang tak berguna itu.
Selesai sudah kejadian kado pada hari itu. Ketiga kembar Dawson yang tahu mengenai kejadian itu dari Fany setengah kesal dan setengah lega. Kesal, karena lagi-lagi Farrell membuat Riri menangis. Dan lega, karena mereka tak harus bertindak dan mendapat kemarahan dari Riri.
Riri semakin berjarak dengan Farrell. Setiap harinya selalu saja ada hadiah yang datang untuk Riri, tapi Farrell dengan tegas memberi perintah untuk para petugas keamanan agar segera menghancurkan kado-kado itu.
Riri tak mau berbicara sedikit pun dengan Farrell. Ia hanya akan menjadi patung ketika makan bersama, ia hanya akan mengunya, menguyah dan menguyah. Riri tak memperdulikan Farrell yang dilayani oleh Cecil, seakan Cecil adalah istri Farrell sendiri. Begitupula Farrell. Farrell bersikap lembut dan penuh perhatian pada Cecil, berbeda sikap terhadap Riri yang selalu dingin serta keras.
Riri mengendikkan bahunya tak peduli. Lebih baik ia makan dan hatinya akan segera membaik walau sebentar. Riri segera menuju ruang penyimpanan cemilan yang menyatu dengan ruang santai dilantai dua, matanya segera membulat ketika mendapat pemandangan yang lagi-lagi membuat Riri kesal.
Toples kentang goreng miliknya kini dipeluk oleh Cecil. Dan dengan tampang polos Cecil menyuapkan potongan-potongan kentang goreng renyah itu pada mulutnya.
Riri meledak. Sungguh ia tak rela jika kali ini kentang goreng kesukaannya juga direbut oleh Cecil. Apakah tidak cukup dengan perhatian Farrell dan tempatnya yang direbut olehnya?
"Kembaliin!" Riri memekik keras dan mencoba merebut toples kaca itu dari pelukan Cecil.
"Eh Riri, aku masih makan." Cecil mempertahankan pelukannya. Adegan tarik menarik dan teriakan tak terelakkan kembali. Riri menggerutu. Kenapa disaat seperti ini tak ada pelayan yang datang dan memberi bantuan padanya.
Yang tak Riri sadari, kini Farrell telah berada dibalik punggungnya karena Riri membelakangi pintu masuk. Dan saat itu pula entah karena tarikan Riri yang terlalu kuat, atau Cecil yang telah melemah. Cecil terjatuh dan kepalanya membentur lemari cemilan dibelakangnya. Sedangkan Riri tersentak kebelakang dengan toples kaca yang terjatuh dan menghantam kakinya.
Pekikan Cecil dan Riri terdengar hampir bersamaan. Farrell segera berderap mendekat. Bukan mendekati Riri tapi mendekati Cecil yang kini memegangi belakang kepalanya. Riri tak salah, Cecil terjatuh sendiri tanpa dorongan dari Riri. Riri hanya menarik dengan tenaga konstan tadi, ia tak berniat melukai Cecil.
Riri meringis dan berpegangan pada kursi santai di sampingnya. Matanya berkaca-kaca menahan sakit di kakinya, dan kekecewaan dihatinya.
"Riri! Kenapa kauselalu membuat masalah? Kaubenar-benar kekanakan. Aku sendiri tak habis pikir kenapa aku harus menjadikanmu sebagai istriku." Farrell berujar keras dengan bahasa ibu Riri. Cecil yang tak mengerti hanya diam, berbeda dengan Riri yang kini terduduk dengan tangis kerasnya.
Farrell menggendong Cecil pergi menjauh dari Riri yang kini tengah tenggelam dalam palung dalam. Ia terluka. Tapi Farrell sama sekali tak mau menolongnya. Mungkin saja Farrell tak melihat kakinya yang terbentur. Dan untuk kata-katanya tadi, mungkin Farrell memang sedang sangat marah pada Riri dan tak bisa mengontrol emosinya ketika melihat sahabat kecilnya terluka. Riri mencoba menghibur dirinya sendiri.
Riri memegangi kakinya yang tadi tertimpa toples kaca, ia harus kuat karena ia pernah mengalami yang lebih sakit dari ini ketika bersama Linda, dan ia tak pernah mengeluh. Maka kali ini pun sama, ia juga tak boleh mengeluh dan merasa takut.