Kondisi Riri hari ini telah kembali membaik setelah beberapa hari sebelumnya Riri tak bisa turun dari ranjangnya karena kakinya yang membengkak. Jelas kembar Dawson—minus Farrell—marah besar pada Cecil dan juga Farrell karena kejadian yang menimpa Riri. Dave dan juga Angel merasa bahwa Farrell sudah bersikap keterlaluan pada Riri, dengan sikapnya yang seolah mengabaikan Riri ketika Riri terluka, dengan ketidak hadiran Farrell ketika Riri terbaring di ranjang karena kondisi kakinya.
Dave sendiri tak ingin ikut campur dengan urusan rumah tangga anak-anaknya secara langsung. Ia memiliki cara lain agar Farrell sadar akan sikapnya yang salah kepada Riri. Karena itulah dengan sedikit diskusi dengan Angel, Dave membuat sebuah acara khusus untuk Riri yang tentunya telah disetujui oleh anak-anaknya.
Riri perlu hiburan. Sudah waktunya Riri yang ceria kembali. Mansion terasa sepi ketika Riri yang setiap harinya berlarian ditaman dan tertawa kencang kini hanya berekspresi muram tiap harinya. Bukan hanya keluarga Dawson yang merasa tidak nyaman, bahkan para pelayan di mansion merasakan kehilangan sosok Riri dan ingin mengembalikan nyonya mereka. Dan jadilah, Riri kini tengah ditemani Angel berjalan-jalan. Lebih tepatnya berkeliling dari satu mall ke mall yang lainnya, dengan acara yang bertajuk berbelanja sederhana ala Angel.
Ya, belanja sederhana yang menghasilkan berpuluh-puluh kantung kertas belanjaan yang kini dibawakan oleh pengawal yang ditugaskan oleh Dave mengawal istrinya dan menantunya. Dave tidak bisa menemani istrinya itu karena ia harus menyelesaikan pekerjaan yang telah menunggu.
Angel dan Riri menikmati waktu mereka dengan sangat baik. Hingga mereka kembali ke mansion ketika langit telah dihiasi rambut-rambut jingga yang indah.
"Kami pulang!" Angel berteriak girang, lalu tertawa bersama Riri yang kini ia gandeng. Kembar Dawson minus Farrell langsung menyambut kedatangan mereka yang baru saja memasuki ruang tamu.
Fathan langsung menghambur dan memeluk Riri dengan gemas. Hugo dan Bri segera memberi kecupan-kecupan ringan di sekitar wajah Riri membuat Riri terkikik geli karenanya.
"Ahhh Kakak rindu istri kecil Kakak." Fathan mencium bibir Riri sekilas, membuat rona merah merebak di pipi tembam Riri.
"Heii kalian melupakan Mom!" Angel menarik telinga Hugo dan Bri dengan gemas. Wajah Angel telah tertekuk karena kesal dengan tingkah laku anaknya. Sedangkan Dave yang baru saja memasuki mansion tersenyum tipis ketika menangkap tingkah keluarganya. Ia melangkah dan melerai istrinya yang kini siap meledakkan amarahnya.
Sedangkan Riri kini dibawa oleh Fathan menuju kamar Riri yang berada di lantai dua. Riri masih saja terkikik geli ketika ia sudah duduk di tepi ranjang, Fathan berlutut di hadapan Riri.
Keduanya berpandangan, menikmati suasana hening yang tercipta diantara keduanya. Riri memegang tangan Fathan yang sedang mengelus lembut pipi Riri yang terasa halus. Kegiatan keduanya terganggu oleh suara pintu yang terbuka, dan munculah Bri dan Hugo dibaliknya. Riri tersenyum dengan mata yang menelisik penasaran ketika menangkap dua kotak berwarna putih dengan ukuran berbeda dibawa oleh keduanya.
"Itu apa?" Riri bertanya antusias ketika Bri dan Hugo meletakkan kotak itu diatas ranjang Riri. Riri segera beringsut dan mendekati kotak-kotak itu.
"Riri penasaran?" Bri bertanya dengan wajah yang kini berubah jahil. Riri mengangguk cepat. Terlampau cepat, hingga kembar Dawson mendadak takut Riri terluka karenanya.
"Beri kecup di sini dulu, baru bu-" ucapan Bri terpotong ketika Riri segera mengecup bibirnya yang tadi ia tunjuk. Riri lalu beranjak kepada suaminya yang lain. Ia mengecup Hugo dan Fathan bergantian, ia harus adil memberikan hak suami-suaminya.
"Sudah? Riri boleh buka?" Riri segera membuka kotak-kotak itu dengan semangat dan pekikan keras terdengar setelahnya.
***
Farrell tampak melamun, ia tak menanggapi celotehan Cecil yang kini bertanya gaun apa yang cocok ia kenakan nanti di pesta yang akan mereka datangi. Farrell memang tengah menemani Cecil menuju New Jersey untuk menghadiri pesta pembukaan pameran galeri salah satu teman Cecil.
Farrell termenung, teringat kejadian beberapa hari yang lalu ketika ia membentak Riri dan mengeluarkan perkataan yang ia yakini menyakiti hati istrinya itu. Tapi Farrell tak ingin meminta maaf, Farrell yakin ia tak salah. Riri harus disadarkan, dan itu cara yang Farrell pilih. Dering ponsel Farrell menyadarkannya dari lamunan.
Mom
Farrell mengangkat telepon itu dengan segera. Mom adalah wanita pertama yang tidak bisa ia abaikan. Ia ada diprioritas pertama bagi Farrell. "Halo, Mom."
"Kau di mana?!!" Angel memekik keras, membuat Farrell harus memejamkan matanya cepat.
"Aku akan ke new Jersey dengan Cecil, Mom." Farrell melonggarkan simpul dasinya, tapi gerakannya tertahan ketika Cecil dengan lembut membantu Farrell melepas simpul yang mencekiknya itu.
Farrell menatap Cecil yang kini fokus dengan kegiatannya di kerah Farrell itu. Dulu wanita inilah yang menduduki prioritas kedua setelah momnya. Tapi sekarang ia bingung, harus menempatkan Cecil atau Riri dalam prioritas yang lebih tinggi.
"Kaumendengar Mom?" tanya Angel di seberang sana.
"Iya, Mom ada apa?" tanya Farrell datar.
"Ada acara kecil-kecilan yang Dad buat khusus untuk Riri. Kaubisa datang? Mom tau, Dad pasti sedang berusaha membuat hubunganmu dengan Riri menjadi lebih baik." Farrell segera membuat jarak dengan Cecil ketika pembicaraan momnya telah mengarah pada hal itu.
"Mom ingin kauhadir dalam acara kali ini. Dad benar-benar ingin kalian segera berbaikan." Farrell menggeretakkan rahangnya, tangannya mengepal kuat. Ia tak suka jika dadnya sudah ikut campur dalam urusan rumah tangganya seperti ini.
Farrell sadar betul dengan kondisi rumah tangganya yang memang sedang dalam kondisi yang kurang baik. Tapi Farrell tahu saatnya ia harus bergerak membereskan semua masalahnya. Dan ia tak suka jika dadnya itu masuk kedalamnya.
"Mom mo-" ucapan Angel langsung terpotong oleh ucapan Farrell. "Mom aku tak bisa. Aku sedang dalam perjalanan dengan Cecil menuju acara pembukaan galeri temannya malam ini. Dan kami akan menginap di sana, karena pesta akan diadakan hingga pagi. Mom tidak perlu menunggu kami. Oh satu lagi. Tolong katakan pada Dad, aku tak suka dad ikut campur dalam urusanku." Farrell berusaha berbicara dengan nada biasa, lalu segera mematikan teleponnya.
"Ada apa Kak El?" tanya Cecil penasaran. Tadinya ia bisa menangkap pembicaraan Farrell dan Angel ketika ia masih menempel melonggarkan simpul dasi Farrell, tapi setelah Farrell menjauh Cecil tak bisa mendengar apapun.
"Tak ada. Tadi kaubertanya gaun hitam atau merah yang lebih cocok untukmu bukan?" Farrell mengalihkan perhatian Cecil. Cecil mengangguk antusias. "Kurasa kaulebih cocok dengan gaun hitam. Kauakan tampak lebih dewasa dengan gaun itu." Lalu sepanjang perjalanan mereka diisi dengan perbincangan seputar Cecil. Farrell berbisik dalam hatinya, bahwa sampai saat ini dalam hatinya Cecil masih menempati prioritas kedua setelah momnya.
***
Riri menatap taman belakang yang telah disulap sedemikian rupa dengan mata berbinar. Senyum manis yang telah lama tak terlihat kini mulai bersemi kembali. Riri dengan gaun merah mudanya tampak menawan diterpa cahaya lampu yang menerangi taman itu. Ia mengedarkan pandangannya keseliling taman yang telah dipenuhi meja-meja panjang yang di atasnya telah disediakan berbagai makanan ringan dan minuman berwarna-warni. Oh dan jangan lupakan sebuah kue bertingkat yang dihias begitu indah.
Riri hampir saja menangis terharu ketika para pelayan dan suami-suaminya ditambah kedua mertuanya menyanyikan lagu selamat ulangtahun untuk Riri. Riri mengedipkan matanya sekali dan tangisnya sudah tak terbendung. Riri menangis sesenggukan tapi ia tertawa dengan ceria. Riri terlihat aneh, sekaligus menggemaskan. Riri menghambur pada Angel yang telah membuka tangannya lebar. Riri memeluk Angel erat.
"Makasih, Mom."
"Hei jangan menangis. Ini hari ulang tahunmu. Jadi tidak ada air mata untuk hari ini." Angel menghapus air mata yang mengalir dipipi Riri.
Riri melepas pelukan pada Angel. Lalu memeluk Dave yang berdiri dengan gagah disampil Angel. "Makasih, Dad." Dave membalas pelukan menantunya.
"Dad!" Kembar Dawson memekik bersamaan ketika Dave menyarangkan kecupan-kecupan hangat di puncak kepala Riri.
"Apa?" Dave bertanya dengan suara datar.
"Jangan cium Riri!" teriak Bri.
"Jangan peluk Riri!" teriak Hugo.
"Dan jangan menatap Riri seperti itu!" teriak Fathan ketika Dave menunduk menatap wajah menantunya.
"Jaga suara kalian! Riri menantu Dad, jadi Dad pantas memperlakukannya seperti ini," ujar Dave tanpa melepaskan pelukannya di bahu Riri.
Angel yang mengerti perasaan anak-anaknya bergerak mendekati Bri dan memeluknya erat. Dave merasakan amarahnya memuncak melihat kelakuan istrinya itu. Apalagi ditambah dengan Fathan, anaknya yang satu itu mengecup pipi Angel.
Dengan gerakan cepat Dave melepaskan pelukannya pada Riri dan bergerak menuju istrinya. Saking cepatnya gerakan Dave, Riri sampai sedikit terhuyung dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Untungnya Hugo dengan sigap menangkap Riri dan membawanya kedalam pelukan hangat.
"Jangan nakal," ucap Hugo lalu mencium kening Riri sambil tangannya bergerak membenarkan jepit rambut kecil berhiaskan bunga mawar merah muda yang tersemat di helaian rambut hitam Riri yang terurai halus. Hugo tersenyum ketika hadiah-hadiah yang ia pilihkan bersama kedua saudara kembarnya terlihat cocok dipakai oleh Riri.
Dimulai dengan gaun merah muda yang terlihat pas memeluk tubuh mungil Riri, ini hadiah pilihan Bri. Lalu sepatu flat berwarna putih dengan aksen merah muda dan pita merah muda membalut kaki pendek Riri, jika ini adalah hadiah pilihan Fathan. Sedangkan jepit yang Riri kenakan adalah hadiah darinya.
"Riri gak nakal kok." Riri merengut tak terima dikatai nakal oleh suaminya itu. Hugo akan segera memberi sanggahan kepada Riri tapi terpotong oleh Angel dan Dave yang membawa satu kotak hadiah masing-masing.
Angel memberikan kotak persegi yang tak terlalu besar pada Riri dan menyuruh Riri segera membuka kado itu. Dan Riri segera terpekik senang, karena mendapatkan sebuah sweater putih bergambar kelinci lucu. Riri meneriakkan kata terima kasih. Lalu tiba saatnya Riri membuka kotak hadiah Riri yang besarnya hampir sama dengan tubuhnya.
Dengan semangat menggebu, Riri membuka kertas kado dan membuka kotak itu. Riri langsung berjingkrak-jingkrak dan memekik keras. Dengan senyum merekah, Riri berlari dan menerjang Dave. Riri memberi kecupan-kecupan hangat di pipi Dave yang ditumbuhi jambang tipis. Dave dan Angel tersenyum senang ketika melihat Riri sangat gembira dengan kadonya, sebuah boneka kelinci putih berukuran hampir sama dengan tubuhnya.
Para pelayan termasuk Fany dan Hendrik tersenyum senang ketika melihat Riri telah kembali dengan keceriaannya. Hari ini Riri membawa sebuah kegembiraan bagi mereka semua. Angel dan Dave memberikan semua pelayan dan pengawal waktu untuk menikmati pesta ulang tahun Riri. Semua berbahagia. Kecuali kembar Dawson yang tampak dongkol, karena Riri dengan polosnya malah menempel pada Dave yang memberikan hadiah sebuah boneka kelinci.
Dasar boneka jelek!
***
Farrell sedang menyesap wine dengan gerakan anggun. Pikirannya melayang di tengah pesta meriah itu. Cecil tampak bergelayut manja di satu lengan Farrell dan dengan santainya berbicara bersama tamu undangannya.
Perasaan Farrell terasa tak enak. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Tapi ia tak tahu. Ia mulai menerka-nerka apa yang akan atau sedang terjadi kini. Dan dering ponselnya lagi-lagi membuyarkan pikirannya. Farrell bergumam meminta maaf dan memberi jarak dengan orang-orang untuk mengangkat telfonnya. Lagi-lagi momnya.
"Ya, Mom?"
"Hiks El."
Farrell mengumpat dalam hati. Yang pertama, sesuatu telah terjadi jika momnya menangis seperti ini. Dan kedua, ini pasti hal yang sangat gawat, jika mom nya sampai memanggilnya dengan nama pendeknya, El.
"Tenang Mom. Tarik napas dan buang." Farrell mendengar helaan napas yang tersengal-sengal.
"Ada apa Mom?" Farrell bertanya ketika ia merasa Angel sudah berada dalam kondisi yang lebih baik. Dan setelahnya Farrell benar-benar mengumpat, menyebabkan Angel meraung menangis lebih keras ketika mendengar anaknya mengumpat, mengira bahwa Farrell mengumpat padanya. Farrell langsung mematikan sambungan telepon dan berlari bagai orang kesetanan.
***
Pesta yang awalnya tampak ramai dengan canda tawa dari seluruh penghuni mansion kembar Dawson berubah menjadi tak terkendali. Riri tiba-tiba meringis kesakitan dengan tangan yang memeluk tubuhnya erat, dan setelahnya Riri jatuh terduduk di atas tanah yang dilapisi rumput pendek khas taman.
Seluruh pelayan dan pengawal panik. Kembar Dawson tampak sangat syok, dengan bodohnya ketiganya berebut untuk membawa Riri. Dan kebodohan mereka menjadi berlipat ganda ketika ketiganya malah bertengkar memperebutkan siapa yang lebih berhak menggendong dan membawa Riri. Dave yang geram segera membawa Riri kedalam gendongannya dan berderap dengan cepat ke dalam kamar Riri diikuti Angel, Fany dan Hendrik.
Ketiga kembar Dawson segera berderap mengikuti dad mereka yang telah membawa Riri. Sebelumnya mereka memerintahkan para pelayan dan pengawal untuk tak panik. Tiba di ruang santai--ruang terdekat dari taman belakang--mereka seketika diserang kecemasan yang luar biasa ketika melihat Riri yang kini terbaring di sofa tanpa sandaran dan merintih kesakitan.
"Kita harus menelepon Ikra secepatnya." Fathan sudah akan menelepon tapi gerakannya tertahan oleh Dave.
"Tidak. Kita tidak butuh Ikra sekarang." Dave menyentuh kening Riri yang kini penuh oleh peluh.
"A-aku telepon Farrell du-lu." Angel menelepon anaknya dengan tangan bergetar. Setiap orang di dalam ruangan itu merasakan ketakutan yang menguar dari tubuh Angel.
Angel menggigit bibir bawahnya erat, menahan tangisnya yang akan segera meledak. Tapi didering telepon ke empat tangisnya meledak ketika Farrell membuka suara di ujung sana.
"Ya, Mom?"
"Hiks El." Bahu Angel bergetar hebat, Dave tidak bisa menenangkan Angel untuk saat ini, karena ia sedang menjaga Riri agar kukunya yang panjang tak melukai tangannya sendiri karena Riri mengepal dengan kuat. Bri mendekat pada Angel dan berusaha menenangkan momynya.
"Tenang mom. Tarik napas dan buang." Angel mengikuti arahan Farrell walau terasa sulit.
"Ada apa Mom?"
"Cepat pulang. Ri-ri sakit. Ia membutuhkanmu sekarang." Angel meraung menangis lebih keras ketika mendengar anaknya mengumpat, mengira bahwa Farrell mengumpat padanya. Dave yang melihat itu segera mendekat pada Angel dan membawanya ke dalam pelukan.
"'Sstt tenanglah. Riri akan baik-baik saja." Dave membisikkan kalimat itu berulang kali. Matanya mengarah pada ketiga anaknya.
"Kapan terakhir kalian menyentuh Riri sebagai suami dan memberikan nafkah lahir dan batin untuknya?" tanya Dave tajam.
"Kami kadang mendapat jatah masing-masing ketika kami bergantian menjaga Riri, Dad," Bri menjawab ketika ia telah bergabung dengan kedua saudaranya yang kini duduk di samping Riri dan menggenggam kedua tangan Riri agar telapak tangan Riri tidak terluka karena kukunya ketika ia mengepal kesakitan.
"Segera bawa Riri kekamar Riri, beri ia haknya sebagai istri kalian. Beri ia hak sekarang juga atau kalian akan melihat Riri semakin menderita ji-" sebelum Dave menyelesaikan ucapannya Bri telah membawa Riri ke luar kamar diikuti oleh Fathan dan Hugo dengan wajah yang menggelap.
Ketiga kembar Dawson segera melakukan apa yang diperintahkan oleh dad mereka, tapi keadaan Riri hanya sedikit membaik. Mereka bingung, tapi mereka tetap berusaha bersikap lembut pada Riri. Secara bergantian melakukan hubungan suami-istri dengan Riri.
Sedangkan Angel dan Dave telah melangkah menuju ruang depan, diikuti oleh Fany dan Hendrik. Panik terlihat jelas di wajah Angel dan Fany, sedangkan Hendrik dan Dave berusaha tetap tenang dengan memasang ekspresi datar. Suara deru khas yang dikeluarkan oleh mesin helikopter terdengar dari arah taman samping mansion.
Dave menahan Angel yang akan berlalu mendekati sumber suara. Ia tahu siapa yang datang, dan ia lebih memilih menunggu orang itu didekat tangga menuju lantai dua. Derap langkah kaki terdengar cepat lalu muncullah sosok yang telah diperkirakan oleh Dave.
"Di mana Riri?" Farrell bertanya dengan d**a yang naik turun.
Dave hanya menatap datar pada Farrell, sedangkan tangannya masih bergerak mengelus pundak istrinya yang terguncang karena tangisnya. Farrell menggeretakkan rahangnya ketika tak mendapatkan jawaban dari orang-orang yang berada di hadapannya.
Farrell akan berlalu menaiki tangga ketika Dave menahan bahunya, dan secepat kilat memberikan sebuah pukulan dirahang Farrell.
"Itu untuk umpatan yang kauberikan pada Momymu," Dave berdesis rendah, ketika mengingat cerita Angel yang memberitahunya bahwa Farrell mengumpat lewat telfonnya tadi. Lalu melayangkan kepalan tangannya sekali lagi, menyebabkan sudut bibir Farrell pecah.
"Dan itu untuk tanggung jawabmu sebagai suami yang masih perlu aku pertanyakan." Dave berbalik memeluk Angel yang kembali tersedu melihat anaknya dipukuli oleh suaminya.
"Riri ada di kamarnya. Berikan dia haknya. Dan ia akan segera membaik."
Tanpa menjawab Farrell berderap menuju lift yang akan membawanya lebih cepat ke kamar utama yang terletak dilantai empat. Farrell memasuki kamar yang telah penuh dengan aroma percintaan. Ia menghela napasnya ketika matanya menatap ke arah ranjang yang telah diisi ketiga saudaranya dan istrinya yang tampak merintih kesakitan.
Farrell bergerak mendekati ranjang setelah menutup pintu kamar. Tanpa Farrell sadari, sudah sejak lama posisi Cecil sebagai wanita yang menempati prioritas kedua dalam hidupnya tergeser oleh Riri, istri kecilnya.
***
Farrell menghela napasnya ketika ia menyemburkan benihnya pada rahim Riri, dan menyebabkan Riri menghentikan rengekan dan rintihan kesakitan yang terus keluar dari mulut Riri sejak lama. Farrell tak melepaskan tautan tubuh mereka dan memposisikan Riri terbaring tengkurap di atasnya. Ia mengelus punggung polos Riri yang licin oleh keringat. Matanya melirik ketiga saudara kembarnya yang telah jatuh tertidur ketika ia mengambil alih Riri dan saling memberikan hak dan kewajiban antara suami-istri dengan Riri.
Farrell membereskan rambut hitam Riri yang lepek oleh keringat. Tak terasa ia tersenyum melihat wajah Riri yang kini telah bernafas dengan teratur, berbeda dengan sebelumnya, tersenggal karena menahan sakit dan nikmat secara bersamaan.
Puas. Satu rasa yang kini menguasai hati Farrell. Malam ini Farrell sangat senang dengan apa yang ia lakukan dengan Riri. Meskipun selama kegiatan mereka tadi, Riri tak membuka matanya sama sekali. Tapi seketika rasa sesak menghantam Farrell secara tiba-tiba. Farrell bergerak, merebahkan Riri dengan posisi senyaman mungkin di ranjang.
Lalu ia bergerak turun dan memakai pakaiannya. Pagi sudah menjelang dan ia buruh waktu untuk sendiri memikirkan hal-hal yang terjadi dalam waktu dekat ini. Dan tanpa Farrell sadari, ada sepasang mata yang menatap tajam dirinya yang baru saja keluar dari kamar.
***
Senyum terlihat di wajah pucat Fany ketika melihat Riri tersenyum dan berlari menuju ruang makan. Mata Riri berbinar ketika menangkap Dave dan Angel baru saja duduk di tempat mereka, disusul oleh kembar Dawson dan Cecil yang juga baru datang. Riri berderap menuju Dave dan mencium pipinya.
"Pagi Dad." Riri menyapa dengan girang. Bagaimana tidak girang? Baru saja kemarin Riri mendapatkan hadiah yang sangat besar untuknya, dan rasa sakit yang tiba-tiba Riri dapatkan kemarin juga dengan tiba-tibanya juga menghilang.
"Pagi Riri." Dave menjawab dan mengelus puncak kepala Riri lembut.
"Pagi Mom." Riri mencium pipi Angel dengan senang.
Angel tersenyum dan memeluk Riri. "Pagi sayang."
"Hei kenapa hanya Dad dan Mom yang diberi kecupan selamat pagi?" Fathan merajuk.
Masih berdiri di samping Angel, Riri menjawab dengan riang. "Kan cuma Mom sama Dad yang ngasih kado ulang tahun buat Riri, jadi yang Riri kasih kecup cuma mereka."
Farrell tersentak samar. Ia lupa. Ia lupa bahwa kemarin adalah hari ulang tahun Riri. Tapi sepertinya bukan lupa, Farrell memang tak tahu tepat tanggal kelahiran istri kecilnya itu.
"Oh ya? Jadi Riri mau duduk di samping Dad dan menyiapkan sarapan Dad?" Riri mengangguk semangat dan duduk di tempat Angel, ketika Angel bergerak duduk di tempat yang biasa diduduki Riri.
"Selamat makan." Dave membuka acara sarapan mereka. Dave tersenyum tipis, sangat tipis ketika ia menangkap Farrell yang kini menatap tajam pada Riri.
"Oh Riri maafkan aku, aku tidak tahu bahwa kaukemarin ulang tahun. Jadi aku belum menyiapkan kado apa pun untukmu." Cecil terlihat sangat bersalah. Riri hanya mengangguk kecil setelah ia berhasil meletakkan telur mata sapi di piring Dave.
"Tidak apa-apa Kak Cecil." Riri sepertinya telah melupakan kekesalannya pada Cecil. Cecil tersenyum ketika Riri memberikan senyuman manis kepadanya.
"Ah nanti aku akan mencari hadiah yang cocok untukmu dengan Kak El. Karena aku yakin ia juga belum memberikan bahkan menyiapkan hadiah untukmu. Kan kemarin dia bersamaku di pesta." Cecil masih menjelaskan dengan senyum manisnya.
Deg.
Senyum Riri luntur seketika. Matanya beralih pada wajah Farrell yang tampak tak peduli dan memilih segera melanjutkan sarapannya. Riri tahu bahwa kemarin Farrell tak datang ke acara ulang tahunnya. Ia mendengar dari Hendrik bahwa Farrell sedang dalam perjalanan ke luar kota. Tapi ia tak tahu bahwa Farrell pergi dengan Cecil.
Hanya berdua. Dan pergi ke pesta.
Pada awalnya Riri tak sedih ketika mendengar Farrell tak bisa hadir dalam acaranya. Tapi entah kenapa pagi ini Riri merasakan sesak yang tak biasa menghimpit dadanya. Riri secara refleks memukuli dadanya. Dave yang melihat itu segera mencengkram lembut kepalan tangan mungil menantunya itu.
"Riri kaukenapa?! Apa yang kaupikirkan sampai melukai dirimu sendiri?!" Dave bertanya keras. Riri menoleh pada Dave dan seketika air matanya menetes.
"Riri gak tahu. Tapi rasanya sesak. Sangat sesak."