BLUP...
Kupu kupu yang ada diluar dinding itu terus mengikuti Aeris, bahkan kini kupu kupu itu berada diruangan yang sama dengan Aeris setelah menembus dinding kaca
"Akhhh!!!" Pekik Aeris terkejut, ia bahkan terjatuh kebelakang karena menabrak meja yang ada dibelakangnya ketika ia hendak berlari mundur.
Aeris terududuk dilantai dan menatap kupu kupu yang kini sudah berada didalam ruangan yang sama dengannya, matanya membelalak tak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Dengan ekspresi yang masih terheran heran, ia berusaha berdiri dan mendekati kupu kupu yang terbang didepan wajahnya, perlahan ia mengulurkan tangannya untuk memastikan apakah kupu kupu itu nyata dan bukan hanya halusinasinya.
Dretttt
Suara pintu yang terbuka membuat Aeris mengalihkan perhatiannya kearah pintu yang ada dibelakangnya
"Kau gak apa-apa? tadi ada suara yang lumayan keras dari sini" ucap seorang perawat yang berbeda dengan perawat yang sebelumnya, perawat itu tidak sengaja lewat di koridor dan mendengar suara teriakan dengan suara benturan yang lumayan kuat, ia mencoba mencari tahu dari ruangan mana suara itu berasal
"Hah? Oh.... gak papa sus" ucap Aeris dengan tangan yang masih menunjuk sesuatu, perawat itu heran apa yang sedang situnjuk oleh jari telunjuk Aeris, ia melirik tangan Aeris dan membuat Aeris sadar kalau sang suster sedang keheranan dengan tindakannya sekarang.
Aeris kembali melihat jari telunjuknya dan mengira kalau kupu kupu itu masih ada disana, namun dia kembali terheran ketika tidak menemukan kupu tadi disana, Aeris langsung celingak celinguk memperhatikan sekitarnya menoba mencari keberadaan kupu kupu itu, bahkan ia menempelkan tangannya pada dinding kaca untuk mengehtahui apakah keberadaan dinding kaca benar benar ada disana atau tidak
tentunya tangan Aeris menempel pada kaca dan tidak bisa menembusnya, ia memeriksa seluruh bagian kaca itu untuk memastikan kembali tidak ada celah kecill untuk kupu kupu itu masuk
"Ehm. kau sedang apa?" ucaps suster itu keheranan dengan tingkah laku Aeris yang terlihat seperti otang yang sedang mencari jalan keluar dari sana.
"Tadi ada kupu kupu disini, tapi gak tahu udah kemana" Ucap Aeris
________________________________________________
Disebuah tempat yang berbeda namun masih di bumi yang sama, seorang laki laki tua berambut puith dengan mata berwarna perak duduk didalam sebuah kastil tua yang sudah berumur ratusan tahun seperti umurnya, laki laki tua itu memiliki kuku Panjang yang bisa mencabik daging hingga lepas dari tulangnya. Didalam kastil tempatnya berada, ia duduk disinggahsana layaknya raja yang diangung angung kan.
Dan hari ini, didalam keadaan malam yang gelap gulita dan hanya ada lampu pperapian dibeberapa sudut kastil, seorang laki laki lain datang mengunjungi kastil terpencilnya.
"kau kembali" ucap laki laki yang duduk disinggahsananya ketika menyambut tamunya
"Dia tewas" ucap laki laki yang baru saja tiba
"Apa?!! Kenapa kau menbunuhnya?!"
"Guner! Bukankah sudah jelas kalau mereka tidak akan pernah membiarkan kita untuk mendapatkan informasi tentang anak kecil itu? mereka bahkan rela mati daripada memberi tahu kita. dan mereka rela melakukan ritual pengosongan pikiran agar kita tidak bisa membaca pikiran mereka" Ucap laki laki tersebut kepada Guner, laki laki yang duduk disinggah sana
Guner sudah tahu apa yang diamksud oleh orang suruhannya yang kembali malam ini, namun ia tidak terima karena mereka tidak berhasil membujuk orang yang mereka maksud untuk membantu mereka menemukan seseorang. Terlebih lagi ancaman juga tidak berhasil untuk mereka
Brakkkkk
sebuah sihir hitam melesat mengarah pada lantai batu kastil yang ada didepan Cival, orang yang berada beberapa meter dihadapannya. Sihir itu memecahkan lantai batu layaknya sebuah granat, Namun Cival masih berada ditempatnya karena serangan itu hanya mejadi gertakan untuk kegagalannya
"Aku tidak menerima alasan apapun, Argh! lalu siapa lagi yang tersisa?" Ucap Guner
"Hanya ada beberapa penyihir lagi yang tersisa dan mereka sulit ditemukan, para penyihir yang memiliki kekuatan itu menyebukikan kekuatannya dan identitasnya, mereka tahu kalau kita memburu mereka. Atau mungkin..... penyihir seperti yang kita cari sudah habis" ucap Cival lagi
"Tidak mungkin, meskipun itu kekuatan langka, kekuatan itu akan terlahir kembali dibayi yang baru lahir, cari tahu sebisa mungkin" Ucap Guner, Cival mengangguk dan segera pergi dari kediaman guner
Sekepergian Cival, Guner turun dari tempat duduknya untuk pergi ketempat lain. Guner melesat menuju luar kastil dengan kekuatannya yang berlari seperti angin, kini ia beridiri dibalkon kastil gelapnya dan menatap kegelapan yang ada diluar, tidak ada pemukiman ataupun warna lain yang dapat dilihat selain hitam, abu abu dan juga warna api. Tempat ini disembunyikan oleh kekuatan kelamnya, agar ia tidak diserang sebelum kekuatannya benar benar pulih dan meningkat.
"Bagaimana keadaan Underworld?" Ucap Guner yang seakan bicara pada dirinya sendiri karena tidak ada orang lain selain dirinya disana, namun dalam beberapa saat sebuah kilatan muncul disampingnya dan perempuan lagi muncul disana.
"Masih seperti biasanya, dan kabar mengenai anak itu sudah semakin menyebar dan diketahui oleh banyak orang sekarang, mengingat usianya pasti sudah dewasa sekarang, banyak dari mereka yang berusaha mencarinya, atau juga berusaha menyembunyikannya" ucap perempuan itu
"Tetaplah berada disana dan beritahukan semuanya padauk, ikuti mereka supaya kau tahu bocoran petunjuk" Ucap Guner, perempuan itu segera mengangguk dan segera pergo darisana, sama seperti penampilan Guner yang memakai pakaian serba hitam, perempuan itu juga memakai jubah berwarna hitam yang menutupi tubuhnya dan tudung yang tidak memperlihatkan wajahnya dengan jelas.
Perempuan itupun kembali menghilang secepat ia muncul dan meninggalkan Guner dikastilnya
_____________________________________________________________________
Beberapa hari kini sudah dilewati oleh Aeris dirumah sakit dan ia sudah bisa kembali ke tempat tinggalnya, ia menjalani banyak pemeriksaan dan juga menghadapi banyak pertanyaan dari pihak polisi mengenai kasus yang menimpa diria dan perempuan bernama Licia. Ia harus menjawab senua pertanyaan yang diberikan polisi padanya sesuai dengan apa yang terjadi. Beberapa kendala sempat terjadi dikarenakan para polisi mengira Aeris mengalami halusinasi pasca geger otak yang ia terima, atau Aeris memberikan tambahan bumbu cerita yang membuatnya terlihat seperti wanita pemberani yang kuat.
"Huft. mereka bahkan gak percaya sama apa yang aku bilang, aku juga heran kenapa gak ada luka dibadanku padahal aku dijahar habis habisan, mana mungkin aku ngarang cerita" gerutu Aeris ketika polisi sudah menyelesaikan urusan mereka dengan Aeris, Aeris tidak bisa dilibatkan secara mendalam karena ia bahkan tidak mengenal Licia sebelumnya.
Kini Aeris sedang menunggu sebuah taksi untuk membawanya pulang ke apartemennya, ia sudah mengambil cuti kuliah beberapa hari dan harus kembali masuk pada mata kuliah besok. setelah menemukan taksi mereka langsung melaju menuju pinggiran kota tempat Aeris tinggal, membutuhkan waktu yang lumayan lama dari rumah sakit besar ini meuju apartemen miliknya.
Selang beberapa lama Aeris yang selalu menatap keluar mobil selama perjalan mulai menyadari dan mengenali tempat mereka berada sekarang, mereka akan segera melintasi wilayaj tempat kejadian perkara malam itu.
"Pak, disini aja" ucap Aeris meminta supir taksi menurunkannya, dengan tas rangsel yang ia bawa ia memilih turun disana dan segera memberikan bayaran taksinya. Aeris turun beberapa meter sebelum TKP. Dan setelah taksi itu pergi ia segera melanjutkan langkahnya dengan berjalan kaki.
Aeris tidak membawa banyak barang bawaan, ia hanya memakai pakaian yang disdiakan rumah sakit selama disana dan membli baju ganti ketika hendak pulang. Kini ia melihat garis polisi yang dipasang disela sela bangunan yang sempat itu, ketika siang seperti ini celahnya sangat terlihat meskipun lumayan gelap. ia memperhatikan sekitarnya dan keadaan lumayan lebih sepi dari biasanya, tidak akan ada yang melihatnya jika ia masuk kedalam wilayan yang sudah diberikan batas masuk.
Kaki Aeris sudah masuk kedalam batas polisi, ia memperhatikan dinding yang mengapit celah ini dan juga mengamati tanah yang ia pijak pada hari itu
"Kayaknya udah dibersihkan, tapi bau amisnya masih tercium dikit" ucap Aeris yang tidak melihat lagi jejak darah disana namun aromanya masih bisa terdeteksi oleh indera penciumannya, ia berjongkok diatas tanah temoat ia melihat Licia waktu itu, sudah tidak ada jejak bekas, entah apa yang membuat Aeris tiba tiba menjulurkan tangan kanannya kesana seakan akan ingin menyentuh tanah itu langsung dengan tangannya.
Zringgggg
Ketika tangan Aeris menyentuh tanah tiba tiba pandangan matanya berubah menjadi putih pekat seakan ada sinar yang sangat terang memasuki retinanya dan membuatnya tidak bisa melihat apapun selain warna putih, dan kejadian itu berlansung beberapa detik, warna putih itu hilang setelah Aeris menarik tangannya menjauh
"Astaga, apaan itu" ucap Aeris yang lumayan terkejut, tangannya yang masih terulur segera ia tarrik dari sana dan ia melangkah pergi untuk menjauh
dengan langkah yangtergesa gesa kini Aeris sudah sampai di apartemen miliknya, ia belum sempat kembali kesana karena saat ia hendak pulang ia malah berakhir dirumah sakit, keadaan tempat tinggalnya masih sama seperti terakhir kali ia meengingatnya.
Tok tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar selang beberapa saat ia masuk, meskipun ada bel yang bisa ditekan dari luar untuk menandakan datangnya tamu, ada satu orang yang selalu mengetuk pintu ketika ia datang hingga membuat Aeris langsung tahu siapa yang datang ke tempat tinggalnya pada saat seperti ini. Setidaknya ia adalah orang yang sampai sekarang berstatus sebagai teman Aeris
Ceklek
Setelah membuka pintu, Aeris bisa melihat Vulia dihadapannya, perempuan itu langsung melihat penampilan Aeris dari ujung kepala hingga kaki
"Lo baik baik aja" ucap Vulia datar setelah melihat keadaan Aeris dari kepala hingga kakinya dan segera menerobos untuk masuk kedalam rumah dan menutup pintu
"Kenapa lo bisa tahu gue udah balik?" ucap Aeris
"Yah seharusnya lo juga bertanya tanya kenapa gue gak langsung nemuin lo di RS" ucap Vulia, dia perempuan yang lumayan sibuk dan memiliki tempat tinggal yang lumayan jauh dari tempat Aeris berada
"paling lo gak bisa keluar karena orang tua lo ngelarang lo keluar rumah" tebak Aeris
"s**t, itu udah jelas benar tapi gue bisa aja kabur kayak biasanya, alasan lebih tepatnya karena gue gak mau bertemu sama polisi yang menyelidiki lo, bisa bisa gue ikut di wawancarai kayak lo terus nanti orang tua gue tahu dan gue dikirain jadi kriminal" Ucap Vulia
"Hahaha, lo terlalu negative thingking" ucap Aeris tertawa, ia asik membereskan barang barangnya sembari bicara dengan Vulia yang langsung menuju dapur dan menggunakan semua alat yang ada disana tanpa harus meminta izin pada si tuan rumah
"Gue bawain bubur sama lauk yang gue masukin ke kulkas, btw lo punya hutang penjelasan ke gue, lo gak balas semua pesan gue jadi beritahu gue detail yang terjadi sama lo" ucap Vulia, dia bukan tidak ingin mencari tahu tentang keadaan Aeris, teman masa kecilnya itu, melainkan karena Aeris sendiri yang tidak menggunakan ponselnya untuk membalas pesan dan tidak ada orang lain yang bisa Vulia percayai untuk dihubingi terkait kondisi Aeris
"lo udah dengar berita kan? semua yang dibarakan di berita itu benar" ucap Aeris, Vulia yang asik memanaskan bubur langsung menghentikan gerakan adukannya dan melihat Aeris dengan ekspresi yang serius
"s**t, jadi..... cewek itu beneran..... digituin?" ucap Vulia yang tidak ingin mengatakan dengan jelas aoa yang menimpa Licia
"Yah, gue rasa ini kasus yang parah sih, lo udah dengar perkembangannya gak? soalnya gue gak lihat berita"