1
Derap langkah terdengar di jalanan kota yang sedang dibasahi hujan, derasnya air yang turun dari langit malam itu membuat suara sekitaran menjadi samar. Suara rintik hujan yang mengenai tanah dan benda-benda yang ada di bumi mendominasi semuanya.
Hujan itu juga sedang membasahi seorang perempuan yang memakai jaket merah wine yang menutupi kepalanya. Rambut panjang perempuan itu terlihat keluar dari kanan dan kiri lehernya. perempuan itu memakai celana jeans dan menyandang tas dibahu kanannya, ia terus berjalan di emperan jalan kota sambil menyilangkan tangannya di depan seolah memeluk diri sendiri.
"krukkkkk"
Langkah kaki perempuan itu langsung berhenti ketika suara perutnya yang lapar terdengar
"Bahkan suara hujan tetap kalah dibanding suara perut lapar ku" ucapnya sambil memegang perutnya
Dirinya langsung memperhatikan sekitar untuk melihat beberapa orang yang berlalu lalang dan juga mencari tempat makan yang mungkin cocok untuknya. Jika ia mencari restoran dengan keadaan yang seperti ini mungkin dirinya akan mempermalukan diri sendiri. Dirinya sudah lumayan basah kuyup.
Perempuan ini tinggal di kota new York, tempat yang disebut-sebut kota yang tak pernah tidur. Tapi dia tidak berada di pusat kota yang benar-benar ramai, ia berada di bagian pinggir dan termasuk wilayah yang lebih sepi dibandingkan pusat kota. Barusan dirinya baru saja kembali dari perpustakaan, dan sedang menuju apartemen tempat dirinya tinggal sendirian tanpa siapapun yang menunggu kepulangannya.
"Kenapa sepi? Biasanya walaupun hujan nggak bakalan sesepi ini" batinnya
Dretttt
Ponselnya tiba-tiba bergetar ketika ia mulai melanjutkan langkahnya, di ponselnya ia bisa melihat pesan dari salah satu teman kuliahnya, sebenarnya jarang sekali ia berkomunikasi dengan orang lain, itu sebabnya dirinya juga selalu penasaran jika ia dikirimi pesan oleh seseorang. Dirinya langsung bertanya-tanya siapa yang menghubunginya dan apa tujuannya.
"Aeris, Tugas Lo udah siap?" (isi pesan yang berasal dari salah satu teman sekelas kuliahnya)
Aeris : "Tugas mana?"
Teman : "tugas kita apa aja emang?"
Rasa emosi selalu menguasai diri Aeris ketika salah satu teman sekelasnya bertanya, pasalnya mereka hanya menghubunginya ketika ingin meminta tugas untuk disalin atau pun meminta penjelasan bagaimana cara mengerjakan tugas. Padahal semuanya seharusnya jelas jika teman-temannya serius mendengarkan penjelasan dosen ketika kuliah.
"Akhhh!!!"
Ketika Aeris masih asyik dengan ponselnya dengan kaki yang terus berjalan, suara rintihan seorang perempuan terdengar dan membuat langkahnya terhenti.
"Ck, mungkin orang yang sedang berbuat dosa" batinnya yang sudah terbiasa dengan kehidupan bebas seperti ini, ia hendak melanjutkan langkahnya kembali sebelum mendengar suara itu lagi
"Arghh!!!"
Ketika mendengar suara ruangan yang kedua kali, Aeris ragu akan pikiran sebelumnya, awalnya ia ingin bersikap bodo amat seperti bagaimana semua orang yang tinggal di sini bersikap. Masyarakat perkotaan memang sangat bebas namun mereka juga tidak pernah mengurusi urusan orang lain, bahkan jika mereka melihat kasus pembullyan dan kejahatan di tengah jalan, jarang sekali akan ada orang yang peduli. Sama halnya dengan kasus kecelakaan, orang akan takut untuk mendekat dan mengambil tanggung jawab.
Aeris sudah berniat untuk melanjutkan langkahnya, tapi dia langsung mundur ke belakang dan melihat ke arah kiri, di samping emperan jalan tempatnya berada ada sebuah celah yang menjadi pembatas antara dua buah gedung yang lumayan tinggi. Tempat itu sangat gelap tanpa penerangan, Jika dilihat sekilas sepertinya celah itu merupakan jalan buntu, tidak ada cahaya disana, hanya remang-remang yang menunjukkan bayangan beberapa orang.
"Sedang apa mereka?" Ucap Aeris heran, ia memicingkan matanya berusaha melihat apa yang sedang terjadi di celah itu
Bughhh
Arghh
Setelah suara pukulan suara erangan perempuan terdengar lagi
"Huft... Tahan Aeris..... kau
seharusnya tidak ikut campur urusan orang lain...." Ucapnya menahan diri, suara pukulan dan bisikan-bisikan mulai terdengar sangat aktif dari celah itu, belum Lagi suara pukulan yang makin sering dan juga suara rintihan
Sebagai orang yang tinggal di perkotaan sendirian tentunya ia memiliki ilmu beladiri yang cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Aeris bisa saja menolong seseorang jika dilawannya tidak lebih kuat dibanding dirinya.
"s**t!" Umpatnya ketika ia tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut campur kali ini, Jika ia melihat kejadian seperti ini dirinya selalu menganggap kalau akan ada orang lain yang menolong tanpa harus melibatkan dirinya, tapi kali ini hujan sangat deras dan keadaan sekitar yang sangat sepi. Aeris merasa kalau orang lain tidak akan pernah menyadari apa yang sudah ia saksikan ini. Aeris berjalan mendekati celah itu perlahan-lahan dengan ponsel yang ada di sebelah kanannya. Ia belum menghidupkan lampunya untuk melihat Siapa yang ada di sana.
Semakin Ia mendekat ternyata jalannya bukanlah jalan buntu, celahnya tembus ke jalan lain yang terlihat sangat gelap dikarenakan lampu yang rusak.
Bughh
"Kau.... Seharusnya nggak pernah hadir di hidup ku!!!"
Bughh
"Mentang-mentang Lo disukai di kampus, Lo godain pacar gue hah?!!"
Bughhh
Suara yang tadinya terdengar makin sangat jelas di telinga Aeris
"Perempuan semua, satu.... Dua... Tiga, empat sama korban. Oke pasti aku bisa" batin Aeris mendekati mereka.
Tringg
Cahaya lampu senter dari ponselnya akhirnya menyinari ketiga orang yang sedang menyiksa seorang perempuan yang sudah terkapar ditanah, pakaian perempuan yang ditendang berkali-kali itu terlihat sangat acak-acakan seolah sesuatu yang lebih dari perkiraan Aeris baru saja terjadi. Sebelum mendekat ia sudah menghubungi 911 untuk datang membawakan pertolongan, entah itu untuk dirinya yang mungkin terluka atau pun untuk korban yang sedang ia selamatkan
"Stop! Kalau kalian mau selamat kalian bertiga harus pergi sekarang" ucap Aeris datar, di dalam hatinya dia masih tidak memiliki rasa takut kepada tiga orang yang berpenampilan lebih berandal dibanding dirinya
"Ohohoho.... Ada pahlawan kesiangan nih, justru gue yang seharusnya bilang itu, kalau Lo mau selamat lo harus pergi sekarang. Lo gak lihat apa yang terjadi sama dia?" Ucap salah satu perempuan berambut pendek sambil melirik wanita yang ada di atas tanah
"Uh huh? Kalian melawan 1 orang perempuan saja harus berkelompok? Bukankah berarti kalian lemah? Dasar pengecut" ucap Aeris lagi, ia sudah sangat basah kuyup begitu juga dengan orang-orang yang asyik menyiksa orang lain di depannya.
"Haduh... Kenapa disaat seperti ini justru ada orang ikut campur" ucap perempuan itu kemudian mendekat dengan kedua temannya
Syutttt
Bughhh
Sebuah tinju hampir melayang ke wajah Aeris, tapi dengan cepat ia justru menendang perut perempuan itu hingga terjungkal ke belakang
Brakkk
Sebuah pertarungan yang sangat tidak adil terjadi, ketiga perempuan itu sama sekali tidak pandai beladiri melainkan hanya menyerang secara asal. Sementara Aeris yang menguasai ilmu bela diri melawan ketiga orang yang buta ilmu bertarung itu sendirian.
Berkali-kali suara gendang terdengar dari Aeris yang mulai kelelahan hingga tiba-tiba 4 orang laki-laki muncul entah dari mana.
"Sayang! Kasih dia pelajaran!!!" Ucap salah satu perempuan yang sudah kesakitan dikarenakan tendangan Aeris
Pada saat seperti ini barulah Aeris tidak bisa tenang lagi, meskipun dirinya menguasai bela diri, tenaganya tidak akan pernah menang di bandingkan tenaga laki-laki. Bulu kuduknya langsung merinding dan ia hendak melangkah mundur. Ia menatap kepada seorang perempuan yang sepertinya sudah tidak sadarkan diri itu, pakaian atasnya acak acakan dengan rok yang tersingkap. Belum lagi pada bagian putih bajunya terdapat bercak merah yang sepertinya darah
"Jangan-jangan mereka" batin Aeris
Keempat laki-laki itu segera mendekati Aeris dengan cepat, tentunya dirinya juga tidak akan langsung menyerah. Aeris mencoba menyerang beberapa kali hingga akhirnya tendangannya ditangkap oleh salah satu laki-laki itu. Kakinya ditarik hingga membuatnya langsung terpeleset dan jatuh ke tanah yang keras, kepalanya langsung membentur tanah yang dilapisi paving block jalanan yang keras.
Brakk
"Hahahaha...."
"Gue mau kasih dia pelajaran!" Ucap salah satu perempuan yang tadinya berkelahi dengan Aeris
Plakkk
Bughhh
Brakkk
"Arghhhh!!" Erangan kesakitan terdengar berkali-kali dari mulut Aeris, para perempuan yang dihajar nya tadi gini menendangnya berkali-kali di bagian perut wajah bahkan dadanya. Dirinya tidak bisa bangkit dan melawan karena seorang laki-laki menindih kedua kakinya
"Udah dong... Nanti dia mati gak enak lagi dinikmati" ucap laki-laki yang menindih Aeris
"Dasar mata keranjang Lo semua" protes teman wanitanya
Malam ini benar-benar masih hujan deras, waktu juga sudah semakin larut dan jalanan tidak akan ramai hingga besok pagi. Tubuh Aeris benar-benar remuk dikarenakan mendapatkan serangan brutal dari mereka. Tubuhnya terasa sakit semua dan bibirnya bahkan terasa sudah pecah begitu juga dengan hidung yang mengeluarkan darah
"Ukukk uhukk" ia berkali-kali batuk karena merasa susah bernafas dari hidung yang mimisan dan perutnya yang ditendang berkali-kali tadi. Kini laki-laki b***t itu sudah mulai menyentuh kancing jaketnya yang tebal
"b*****t!"
Bughh
Dengan sisa kekuatan terakhirnya, kakinya yang sudah lama yang terbebas ia gerakan untuk menendang laki-laki yang ada di atasnya. Bidikannya sangat tepat sasaran mengenai senjata vital laki-laki itu hingga terpental ke belakang dan terdiam menahan sakit.
"Hump..... Arghhhhhhhhhh!"
Suara rintihan yang jauh lebih keras terdengar dari laki-laki yang menahan sakit di k*********a, tendangan Aeris membuatnya harus menahan setengah mati hingga urat-urat di lehernya terlihat jelas.
"Kurang ajar!""
Brakk
Bughh
Brakk
Keputusan p*********n tadi mungkin menjadi keputusan yang sangat ambigu bagi Aeris, dia berhasil menyelamatkan dirinya agar tidak disentuh oleh para laki-laki itu. Tapi dirinya akhirnya menerima serangan dari laki-laki dan para perempuan itu secara lebih brutal dari sebelumnya.
Bahkan dia tidak bisa merasakan rasa sakitnya lagi, dan entah sejak kapan ia sudah tidak sadar dibawah hujan yang terus mencampuri darahnya yang berserak di jalanan.
Jika malam itu dia tidak berubah menjadi orang yang peduli, mungkin hanya ada satu jenis darah yang ada di jalan itu. Tapi dikarenakan ia ingin menyelamatkan nya, ia justru menumpahkan darahnya sendiri dengan takaran yang jauh lebih banyak.
Apakah seharusnya Aeris terus berjalan tanpa memperdulikan apa yang terjadi di hadapannya tadi? Mungkin dia tidak akan berakhir dengan gejala yang sama dengan perempuan yang sudah tak sadarkan diri seperti dirinya
Matanya sudah terpejam sebelumnya, jaket yang merah seperti wine beradu dengan warna darah yang berada di sekitarnya. Darah itu keluar dari hidung, mulut, dan juga beberapa luka di badannya, jika pakaiannya dibuka pasti warna biru akan mendominasi warna kulit putihnya.
"Gimana ini? Kalau mereka mati pasti-"
"Udah kita kabur aja sekarang, kita nggak menyentuh tubuh dia jadi nggak bakalan ada sidik jari, CCTV juga nggak ada disini" ucap salah satu laki-laki itu merujuk pada Aeris yang sudah tak sadar
"Terus dia gimana?" ucap salah satu perempuan itu lagi, para laki-laki itu sudah menyentuh perempuan yang sudah tak sadarkan diri lebih dahulu dibanding Aeris
"Dia sudah terkena hujan, dan banyak sidik jari di badannya pasti tidak akan terdeteksi. Ayo kita kabur sekarang sebelum ada yang melihat!"
Dengan tergesa-gesa ke 4 laki-laki dan 3 perempuan itu segera meninggalkan Aeris dengan seorang perempuan yang tidak dikenal. Mereka berhasil melarikan diri beberapa menit sebelum pertolongan datang.
Suara ambulan yang sangat keras segera terdengar, meskipun tadinya dirinya tidak sadar kini Aeris serasa bisa merasakan kalau ada pertolongan yang mendekatinya. Matanya perlahan terbuka untuk melihat, dikarenakan posisinya yang terbaring, langit merupakan objek yang lebih dahulu dilihatnya.
Tringg
Meskipun langit sangat gelap dan mendung, Aeris justru melihat sebuah cahaya berwarna biru sedang mendekatinya layaknya meteor yang jatuh. Cahaya itu terus semakin dekat seakan meteor akan jatuh menimpa dirinya yang sudah lemah.
Ngingggg
Ketika cahaya itu memenuhi kelopak matanya, Aeris kembali tidak sadarkan diri, ia bahkan tidak bisa merasakan kalau tubuhnya diangkat untuk masuk ke dalam mobil ambulans