"Sinta, aku mohon jangan panik," pinta Rama padaku dengan wajah yang semakin tampak letih. Dia mengusap kedua telapak tangan ke wajah, mencoba membuat wajah tampak lebih segar walau tanpa air. "Gimana nggak panik, Rama? Kamu lagi kayak gini!" protesku atas kelakuan Rama yang memaksaku untuk bersikap tenang. Dia mulai meminta hal yang tak masuk akal. "Sinta, kamu lagi di kamarku?" tanya Rama mengalihkan pembicaraan, memaksa aku untuk terbawa dengan arahannya. "Berarti kamu enggak jadi nikah sama Liam, 'kan?" tambahnya dengan senyuman yang sangat manis. Semakin manis setelah aku mengangguk, mengkonfirmasi pertanyaannya. Matanya menatapku lekat penuh rasa sayang, seolah membelai rambut dan wajahku walau kami terpisah oleh ruang dan waktu. Oh, Tuhan! Betapa aku ingin memeluknya saat ini. Be