Bab 4

1477 Kata
Selamat membaca! Nick membawa tubuh Alexa dengan susah payah keluar dari mobil, ia kemudian memerintahkan kepada supirnya untuk kembali ke rumah dan mengabarkan pada orang tuanya bahwa ia akan pulang besok pagi. "Wanita ini menyusahkanku saja, aku tidak mungkin membawa wanita ini ke rumahku, apa kata orangtuaku nanti, hanya hotel ini yang terdekat," gerutu Nick dalam hatinya sambil terus memapah tubuh Alexa yang sudah tak sadarkan diri. Setelah susah payah bahkan sampai membuat dahinya berkeringat, keduanya kini sudah berada di depan kamar. Nick melihat nomor yang tertera pada pintu kamar. "Ini no 16." Nick langsung membuka pintu kamar itu dengan menggunakan sebelah tangannya yang terus menopang tubuh Alexa sekuat tenaga. Ia kemudian membawa Alexa masuk ke dalam kamar, dengan langkah yang berat karena beban tubuh wanita yang saat ini masih berada dalam dekapannya, semakin menguras tenaganya. Setelah berhasil masuk ke dalam kamar hotel, Nick lalu meletakkan tubuh Alexa di atas ranjang. Pria itu terus menatap wajah Alexa yang saat ini masih terkulai lemah dan tak sadarkan diri. "Wajah wanita ini cantik juga, untung saja dia bertemu denganku, kalau tidak mungkin kedua pria tadi itu sudah menikmati tubuhnya secara gratis," batin Nick sambil melangkah menuju ke sebuah sofa yang letaknya berada di seberang ranjang. Nick langsung menyandarkan tubuh lelahnya di atas sofa. Namun, tatapan matanya entah kenapa selalu mengarah pada sosok wanita yang kini semakin terlelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Keesokan paginya, sinar matahari sudah mulai menyeruak masuk melalui jendela kamar. Namun, Alexa masih terpejam dan belum ada tanda-tanda, jika wanita itu akan terjaga dari tidurnya. Tiba-tiba saja ponsel Alexa berdering keras, hingga membuat wanita itu mulai mengerjapkan kedua matanya. Alexa pun mulai membuka matanya, walau dengan perlahan. "Ini di mana? Kenapa aku bisa ada di sini?" batin Alexa penuh pertanyaan yang membayangi pikirannya. Kedua bola mata Alexa terus meneliti setidak sudut ruangan yang dilihatnya.Sosok pria yang saat ini sedang tertidur dengan membelakanginya. "Siapa dia? Kenapa dia yang membawaku ke sini?" batin Alexa bertanya dalam hatinya sambil bangkit dari ranjang dan mulai beranjak untuk mendekat ke arah pria yang dilihatnya. Setelah cukup dekat, ia mulai melihat wajah pria itu, yang seketika terhenyak dari posisi tidurnya. Nick seolah merasakan kehadiran Alexa yang mendekat ke arahnya. "Siapa pria ini?" tanya Alexa dengan suaranya yang pelan, sambil menautkan kedua alisnya. Nick tiba-tiba membalikkan tubuhnya, hingga membuat Alexa yang sudah berada didekatnya beringsut cepat, untuk menjauh dari Nick yang kini sudah melihat wajah Alexa yang kini juga menatap ke arahnya dengan rasa takut. Nick bangkit dan langsung duduk di atas sofa. Sementara Alexa masih ragu untuk kembali mendekat ke arahnya. "Siapa kamu?" tanya Alexa dengan memipihkan kedua matanya. Nick menghela napasnya dengan kasar. Ia mengusap kedua matanya yang terasa perih, karena memang sejak semalam Nick tak bisa memejamkan kedua matanya. "Aku yang membawamu ke hotel ini," jawab Nick dengan bersedekap. Alexa terlihat geram, amarah dalam dirinya mulai merayap naik mendengar perkataan Nick. "Jadi kamu membawa aku ke sini karena melihat aku mabuk, dasar laki-laki kurang ajar!" Alexa mendekati tubuh Nick dan langsung memukulnya dengan keras. Nick mengaduh kesakitan dengan pukulan Alexa. "Aku membawamu ke sini karena kamu sudah terlalu mabuk dan saat di bar aku menyelamatkanmu dari dua orang laki-laki yang ingin membawamu, kalau kau tidak percaya tanyalah pada bartender di bar, dia saksinya." Nick terus menjelaskan kepada Alexa, hingga akhirnya wanita itu berhenti memukulinya. Alexa menatap dengan rasa bersalah, atas apa yang telah dilakukannya pada Nick. "Aku minta maaf ya." Alexa memilin jemarinya karena ia takut Nick tak ingin memaafkan sikapnya yang seperti tidak tahu terima kasih pada orang yang sudah menolongnya. "Iya tidak masalah, wajar saja kamu marah, karena aku pun akan melakukan hal yang sama, seperti yang kamu lakukan, jika berada di posisimu," jawab Nick dengan mengulas senyum di wajah tampannya. "Ternyata pria ini baik, dia tidak memanfaatkan aku yang sedang tak sadarkan diri. Buktinya aja dia memilih tidur di sofa ini," gumam Alexa menilai tentang Nick. Lamunan Alexa buyar ketika suara jentikan dari jemari Nick terdengar olehnya. Alexa langsung tersadar dan menatap kembali ke arah Nick dengan tersenyum. "Terima kasih ya, kamu sudah menolongku." "Tidak masalah. Maaf karena telah membawamu ke hotel ini, karena setelah menyelamatkanmu aku pikir hotel ini adalah tempat yang terbaik untukmu, karena aku tidak tahu dimana kamu tinggal," ucap Nick menjelaskan apa yang dipikirkannya semalam. Alexa semakin tersenyum, mendengar perkataan dari Nick, tanpa malu-malu ia memeluk tubuh Nick dengan erat, kemudian Alexa kembali mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan kehormatannya. Pelukan dari Alexa membuat Nick terlihat canggung, wajahnya bahkan sudah memerah karena malu. "Sudah, sudah, itu hal biasa, tidak perlu diperbesar," ucap Nick sambil melepas pelukan Alexa. "Maaf ya aku hanya bahagia saja, karena kehormatan adalah mahkota yang sangat berarti untukku, apalah artinya seorang wanita tanpa sebuah kehormatan dan kamu sudah menyelamatkannya." Nick tercengang mendengar semua ucapan Alexa. "Jaman sekarang masih ada seorang gadis yang bisa bicara seperti ini ya, apalagi ini kota besar, aku kagum dengan wanita ini, sepertinya dia wanita yang menarik," gumam Nick menilai Alexa dari ucapannya. Nick terlihat masih larut dalam decak kagum akan sosok wanita yang kini ada dihadapannya. Namun, tak lama terdengar suara ponsel membuyarkan segala pikirannya. Nick dengan cepat mengambil ponsel dari dalam sakunya, kemudian ia menggeser tombol hijau pada layar ponsel untuk menjawab panggilan telepon. "Iya Dave, ada apa?" Nick memulai panggilan teleponnya. "Tuan, Anda dimana? Anda itu masih dalam proses penyembuhan, kenapa Anda tidak pulang semalam?" "Ceritanya panjang Dave, jemput aku di hotel dekat London Eye, oke!" titah Dave tanpa panjang lebar. "Jika Anda di sana, mungkin meeting dengan Tuan Rafael bisa Anda hadiri Tuan, jadi Tuan Carter tidak perlu datang ke sana." Dave mengingat meeting yang akan berlangsung kebetulan sama dengan hotel tempat Nick berada. Nick terdiam sejenak. Ia kemudian mengiyakan apa yang Dave katakan padanya. "Oke kalau begitu katakan pada Daddy biar aku saja, tapi tolong bawakan pakaianku." "Baik Tuan. Saya akan segera ke sana," ucap Dave mengiyakan panggilan Nick. "Oke makasih Dave," jawab Nick mengakhiri panggilan teleponnya, lalu menyimpan ponselnya di dalam saku celana. Nick kembali melihat ke arah Alexa yang hanya memangku wajahnya dengan tangan yang bertumpu pada pahanya, tatapan matanya terus menatap wajah Nick dengan penuh rasa kagum. Menyadari tatapan mata Alexa yang mengarah padanya, membuat Nick terlihat canggung. "Maaf ya aku ada meeting di hotel ini. Sekarang aku harus segera mandi dan bersiap, tapi jika kamu ingin kembali ke bar itu untuk mengambil mobilmu, aku akan mengantarmu ke lobi hotel." Alexa menolak secara halus tawaran yang Nick katakan padanya. Namun, karena pria itu terus memaksa, Alexa pun dengan senang hati menerimanya, walau ia merasa tidak enak jika terus merepotkan Nick. Keduanya kini mulai melangkah beriringan keluar dari kamar hotel. Setelah tiba di lobi mereka saling berhadapan dan terlihat sama-sama canggung, seperti bingung harus bicara apa. Namun, tak lama kemudian sebuah taksi yang telah dipesan oleh Nick tiba tepat di hadapan mereka. "Itu taksimu, silahkan!" Alexa melepas pandangan matanya dari wajah Nick yang sudah sedari tadi dilihatnya. Ia membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah untuk masuk ke dalam mobil. "Oh ya Alexa, ingat! Jangan mabuk lagi." Alexa menghentikan langkahnya tepat di samping pintu taksi. Kini ia kembali menatap wajah Nick, dengan senyumnya yang merekah. Alexa terlihat melangkah menjauh dari taksi untuk kembali menghampiri Nick. Ia mulai merapatkan posisi tubuhnya, hingga tak menyisakan jarak di antara keduanya, tiba-tiba bibir Alexa mengecup pipi Nick dengan cepat. Sebuah kecupan yang membuat Nick langsung terhenyak. "Apa maksudmu?" tanya Nick tidak percaya dengan apa yang ia dapatkan dari Alexa. "Itu sebagai ucapan terima kasihku, karena kamu sudah menyelamatkanku semalam, dari orang-orang yang ingin berbuat jahat padaku. Kamu menyelamatkan kehormatan yang sudah aku jaga dengan susah payah selama ini. Setelah kamu menyelamatkanku, aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mabuk lagi karena setelah aku pikir, mabuk itu hanya membahayakanku juga merepotkan orang lain." Nick tersenyum dengan susunan kalimat yang keluar dari mulut Alexa. "Jadi wanita seusia dia yang berpenampilan seksi ini masih menjaga kesuciannya?" tanya Nick dalam hati sembari tersenyum kagum. "Aku bangga padamu, di jaman sekarang sangat sulit mencari wanita baik-baik yang masih menjaga kehormatannya. Menurutku sangat bagus kalau kamu memutuskan untuk tidak minum lagi, itu lebih baik." "Iya, semua kebaikanmu akan selalu aku ingat." Alexa mengatakan hal itu dengan mengulas senyum tulus di wajahnya. "Eh iya, maaf ya aku tidak bisa mengantarmu untuk mengambil mobilmu di bar, karena tiba-tiba aku harus meeting bersama klien di hotel ini." "Tidak masalah, aku mengerti kesibukanmu." Nick dengan terpaksa harus melepas kepergian Alexa, seorang wanita yang dalam pertemuan pertama sudah menarik perhatiannya. Bahkan kini rasa kagumnya telah bermetamorfosa menjadi benih cinta di dalam hatinya. "Masuklah dan hati-hati di jalan." Nick mengantarkan Alexa sampai masuk ke dalam taksi. "Terima kasih ya." Alexa tersenyum ramah ke arah Nick. "Sampai ketemu lagi ya." Nick kembali menutup pintu taksi dan kemudian taksi pun berlalu meninggalkan lobi hotel. Setelah taksi tidak terlihat lagi, Nick kembali masuk ke dalam hotel, menuju kamarnya untuk bersiap meeting di hotel ini dua jam lagi. Bersambung✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN