Bab 3

1023 Kata
Selamat membaca! Semalam Alexa memutuskan untuk tidak pergi ke bar yang ia rencanakan karena dirinya tidak mau jika Jack yang merupakan atasannya datang menemuinya. Alexa selalu menghindari masalah yang akan timbul, jika dirinya dekat dengan Jack. Masalah yang berasal dari kecemburuan Daisy terhadapnya. Alexa kini hanya termangu memandangi langit-langit kamarnya. Namun, tiba-tiba sesosok pria yang dulu ia cintai terlintas dalam pikirannya. Seorang pria yang bernama Sean Alfons yang menghilang begitu saja dan sampai saat ini Alexa tetap tak mengetahui alasan kenapa pria itu pergi meninggalkannya. "Andai kamu masih ada di sini, mungkin aku tidak akan merasa kesepian," batin Alexa merindu. *** Malam hari dengan cahaya bulan yang bersinar terang di langit. Saat ini di rumah kediaman Carter, Nick terlihat sedang melangkah mondar-mandir di ruang tamu. Pikirannya terasa jenuh karena sejak kecelakaan itu terjadi, dirinya hanya menghabiskan waktu di rumah tanpa boleh pergi kemanapun. Angelica yang melihat keresahan Nick menjadi tidak tega dan menghampiri anak laki-lakinya itu. "Kamu itu kenapa sih? Apa enggak bisa kamu tidur, ini kan sudah malam Nick?" tanya Angelica. "Aku jenuh Mom. Sekarang kan aku udah lebih baik, izinkan aku keluar rumah ya Mom, didekat sini ada sebuah bar, aku sangat ingin pergi ke sana." Angelica yang masih khawatir bila Nick mengendarai mobil sendirian, dengan terpaksa mengizinkannya, setelah Nick terus merayu dan mendesaknya. Nick memang seperti itu, dia sangat keras kepala terlebih jika menyangkut keinginannya dan bila belum dipenuhi dia akan terus merengek sampai keinginannya terwujud, itu memang sudah sifatnya dari kecil akibat terlalu dimanjakan oleh Carter. Maklum saja karena Nick adalah anak semata wayang mereka. Nick akhirnya pergi dengan menggunakan mobilnya yang lain karena mobil yang biasa digunakan olehnya masih dalam perbaikan. Kali ini Nick ditemani oleh Andrew, supir pribadinya yang sudah kembali bekerja. *** Malam yang terasa kalut membuat langkah Alexa berlabuh di sebuah bar yang berada di dekat London Eye. Alexa kini sudah terlihat mabuk, karena telah menenggak wine lebih banyak dari yang biasa diminumnya. Pandangannya mulai kabur dan samar, ia beberapa kali memegangi dahinya yang mulai terasa pening, sampai akhirnya Alexa hanya dapat menyandarkan kepalanya di atas lengannya yang bertumpu di atas meja bar. Tak jauh dari tempat Alexa berada, sepasang mata tampak sudah mengamatinya dari awal kedatangannya ke bar itu. Alexa bangkit dengan sempoyongan. Namun, kedua kakinya seakan tak mampu untuk menyangga tubuhnya, yang saat ini benar-benar terasa berat. Alexa pun kembali duduk. Beberapa menit kemudian, kedua pria asing menghampiri Alexa yang kini terlihat sedang mabuk berat, mereka langsung memapah tubuh Alexa, sambil mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar semua minuman yang telah dipesan oleh Alexa. "Apakah uang itu cukup untuk membayar tagihan gadis cantik ini?" tanya seorang pria itu kepada bartender yang terus menatap Alexa yang kini sudah tak sadarkan diri. Seorang bartender yang bernama Aaron, tak mampu menghalangi niat kedua orang itu untuk membawa Alexa, terlebih keduanya sudah membayar tagihan minumannya. Aaron sangat mengenal baik sosok Alexa, karena dalam seminggu, Alexa bisa datang ke tempatnya sebanyak 4 kali, terlebih saat dirinya sedang rindu akan sosok pria yang menjadi cinta pertamanya. Biasanya Alexa tak pernah minum hingga membuatnya mabuk seperti ini, namun malam ini ingatannya tentang sosok pria yang dulu dicintainya muncul dengan begitu hebat dalam pikirannya, membuat rasa rindu membuncah di hatinya. Kedua pria itu seperti memanfaatkan keadaan Alexa yang mabuk, kini mereka memapah tubuh wanita yang sudah tak sadarkan diri, keluar dari bar. "Lumayan kita dapat tubuh gratisan." "Iyalah, yang begini dari luarnya saja cantik, apalagi perabotannya ya, pasti mulus dan seksi." Keduanya terkekeh puas, membayangkan tubuh Alexa dengan pikiran mesumnya. Namun, saat tubuh Alexa ingin masuk ke dalam mobil, seorang pria tiba-tiba muncul menahan pintu mobil mereka, agar tak menutup. Kedua pria itu terhenyak dengan ekspresi wajah yang terlihat geram, menatap sosok pria yang saat ini beringsut mundur karena kedua pria itu sudah mengepungnya. Kebetulan Nick melihat kejadian itu, walau masih dalam proses pemulihan pasca kecelakaan yang menimpanya, Nick tak bisa hanya berdiam diri saja saat menyaksikan seorang wanita berada di tangan kedua orang yang mempunyai niat yang jahat. "Eh, cowok brewok, sok jagoan banget lo!" ketus seorang pria bertubuh kekar yang sudah mendelik ke arah Nick. "Bosen hidup lo!" timpal seorang pria lagi sambil mengeluarkan sebuah pisau dari sakunya. Tak dapat dihindari lagi, perkelahian pun terjadi di antara mereka. Kedua pria itu menyerang Nick secara bersamaan, sebuah tendangan dengan cepat diarahkan seorang pria ke arah belakang tubuh Nick, namun dengan cekatan Nick mampu menyapu tendangannya, walau hanya dengan sebelah tangan dan sebelah tangannya lagi menepis sodoran pisau yang dihujamkan oleh pria yang satunya dari arah depan. Kedua pria itu semakin kesal, karena serangan yang mereka lakukan dapat dipatahkan dengan mudah oleh Nick. "Kurang ajar lo," ujar pria yang bertubuh kekar itu dengan amarah yang memuncak. Tanpa aba-aba mereka kembali maju untuk menyerang Nick, satu persatu serangan yang mengarah pada Nick dengan mudah dapat dimentahkan, hingga Nick berhasil memukul roboh pria itu dengan sebuah pukulan keras tepat pada wajahnya, yang kemudian diakhiri dengan sebuah tendangan sambil memutar tubuhnya. Nick masih memasang kuda-kuda, untuk bersiap menerima serangan dari pria yang satunya, pria yang kini terlihat gemetar dengan pisau yang digenggamannya. Namun, pria itu tetap memaksakan diri untuk menyerang Nick, satu dua pukulan berhasil Nick patahkan dengan mudah, tepis kiri, tepis kanan, tak ada satu serangan pun mampu lolos mengenai tubuh atau wajahnya. Bahkan malah Nick yang mampu membuat pria itu terkapar tak berdaya di dasar aspal, sambil meringis merasakan sakit di bagian perutnya, akibat tendangan keras yang tepat mengenai perut pria itu. Nick berdecih kesal. "Kalian berani sekali memanfaatkan keadaan seorang wanita yang sedang mabuk," geram Nick dengan rahang mengeras disertai sorot matanya yang tajam ke arah kedua pria itu. Saat Nick ingin menghampiri mereka, keduanya langsung kabur dengan tunggang langgang sambil memegang bagian tubuh mereka yang terasa sakit. "Dasar pengecut kalian!" ucap Nick dengan kesal sambil melangkah ke arah Alexa yang kini masih berada di dalam mobil. "Wanita itu memang cantik, tapi sepertinya dia bodoh, kenapa harus minum sampai mabuk dan tidak sadarkan diri seperti ini!" geram Nick dalam hatinya sambil terus memandangi wajah Alexa. Nick kemudian memapah tubuh Alexa yang kini sudah tak sadarkan diri dan memindahkan pada mobilnya, yang memang kebetulan tidak jauh dari tempatnya berada. Bersambung✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN