Bab 2

1463 Kata
Selamat membaca! Seorang Dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah yang sedikit murung. Angelica pun menghampirinya dengan perasaan cemas. "Dokter, bagaimana kondisi anak saya?" tanya Angelica. "Begini Nyonya Angelica, Tuan Nick mengalami amnesia anterograde." "Maksud Dokter? Itu penyakit apa, tolong jelaskan?" tanya Angelica dengan nada suara yang semakin panik. "Amnesia anterograde, berarti Tuan Nick tidak akan bisa mengingat apapun yang terjadi setelah munculnya amnesia ini, walaupun baru terjadi beberapa saat, simpelnya begini Nyonya, Tuan Nick akan lupa telah membaca sebuah berita di sebuah koran, padahal beberapa menit yang lalu ia sudah membacanya." Mendengar diagnosa yang disampaikan oleh Dokter, Angelica seketika langsung limbung hingga akhirnya tak sadarkan diri. Dokter yang melihat kejadian itu langsung memapah tubuh Angelica yang hampir terjatuh. Tak lama seorang suster dan paramedis berdatangan untuk membawa Angelica ke ruang perawatan. 2 Minggu sudah berlalu, Nick kini sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter yang menanganinya. Angelica dan Carter pun terlihat sedang melangkah menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ruang rawat Nick yang berada di kamar VVIP lantai 10. "Apa Dave sudah sampai, sayang?" tanya Angelica kepada Carter sambil terus melangkah. "Sudah, sejak satu jam yang lalu, dia sudah bersama Nick di ruangannya." Seketika wajah Angelica tampak sendu dengan kerutan yang tercetak pada keningnya. "Aku tidak tega dengan kondisi Nick, anak kita satu-satunya harus mengalami hal seperti ini," keluh Angelica meratapi apa yang sudah terjadi. Carter menatap dengan iba. Wajah sendu Angelica seperti siksaan untuknya, karena Carter memang tidak pernah membuat Angelica bersedih sekalipun, sebagai seorang suami Carter selalu memberikan kebahagiaan di sepanjang pernikahan mereka. "Orang yang berada di balik kecelakaan mobil itu harus mati, aku sudah menyuruh Dave menyelidikinya dan sebentar lagi aku akan segera menemukan pelakunya," gumam Carter terlihat sangat geram. ()()()()()() Alexa sedang berada di kantornya. Rutinitas pagi yang menjemukan, dimana dirinya harus mengejar deadline untuk meeting siang ini. Pekerjaan yang menumpuk membuatnya selalu menghabiskan waktu malamnya, dengan pergi ke sebuah bar yang tidak jauh dari London Eye. "Nanti malam sepertinya aku akan pergi ke bar lagi, aku bosan dengan pekerjaan yang melelahkan ini," gerutu Alexa mulai merasakan kepenatan akan kesibukannya. Setelah memaksakan mood yang tidak bagus untuk menyelesaikan pekerjaannya, kini waktu pun sudah menunjukkan pukul 4 sore. Tibalah bagi Alexa untuk mengakhiri rutinitas pekerjaannya. Wanita itu pun kini mulai merapikan segala berkas untuk dibawanya ke apartemen karena ada beberapa proposal yang harus segera diselesaikannya, sebagai bahan untuk meeting besok. Alexa bekerja sebagai sekertaris di Galaxi Corporate, sebuah perusahaan besar yang termasuk dalam jajaran 4 perusahaan tersukses di Kota London, selain Robson Corporate, RX Corporate dan MANGO Corporate. Setibanya di lobi kantor, terdengar suara bariton memanggil nama Alexa yang membuat langkah kakinya terhenti. Seorang CEO Galaxi Corporate yang bernama Jack Rodwell menghampirinya, pria tampan berbadan atletis dengan bulu tipis pada rahangnya, mempunyai daya pikat tersendiri untuk semua kaum hawa yang memandangnya, namun entah kenapa bagi Alexa, pria yang saat ini ada di hadapannya tampak biasa saja. "Alexa, pulanglah bersamaku! Tinggalkan mobil ini, besok aku akan menjemputmu, kita berangkat ke kantor bersama." Alexa tersenyum canggung, walau merasa tidak enak, ia menolak dengan halus tawaran dari atasannya itu. "Maaf Tuan, tapi nanti malam aku akan pergi ke sebuah bar yang berada tidak jauh dari London Eye, jadi aku harus membawa mobilku, Tuan." Jack tak kehabisan akal. Setelah gagal mengajak Alexa pulang bersamanya, terbesit di dalam pikirannya sebuah ide cemerlang. "Okelah, kita bertemu di bar itu nanti malam." Jack pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban dari Alexa yang hanya diam sambil menghela napas dengan kasar. Alexa terus menatap kepergian Jack yang semakin menjauhinya. "Ya ampun aku sepertinya akan kena masalah lagi nih," gerutu Alexa masih terbayang perlakuan kasar dari Daisy Misel kepadanya, bahkan kalimat ancaman masih terngiang jelas di telinganya untuk menjauhi Jack. Daisy Misel adalah seorang model cantik, yang pernah menjalin kasih dengan Jack Rodwell selama 3 tahun. Namun, hubungannya harus kandas dari 3 bulan yang lalu karena dirinya tertangkap basah berselingkuh dengan pria lain. Setelah putus dari Jack, Daisy tak pernah berhenti mengejar cinta Jack kembali. Tak jarang dirinya selalu membatasi, bahkan sampai berani bersikap kasar terhadap wanita yang ketahuan dekat dengan Jack. Sesampainya di apartemen, Alexa langsung merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan rasa rindu yang begitu besar karena teringat akan kedua orang tuanya yang kini sudah tak lagi bersamanya. "Andai kalian berdua masih hidup, aku pasti tidak akan kesepian seperti sekarang, hidup sebatang kara di kota London yang besar ini." Alexa memejamkan matanya, untuk menghilangkan rasa penat yang kini begitu menyeruak di dalam pikirannya. Tanpa terasa air mata lolos dari kedua sudut mata Alexa. Kerinduan akan sosok kedua orang tuanya begitu membatin dalam dirinya. *** Di dalam perjalanan ke rumah. Nick duduk di kursi belakang bersama Angelica. Sementara Dave dan Carter pergi untuk mengurus masalah di kantor yang menjadi alasan untuk pamit dari keduanya, walau sebenarnya Carter dan Dave saat ini sedang menuju sebuah apartemen, tempat dimana seorang pria yang kini berusia 42 tahun, pernah bekerja di RX Corporate sebelum akhirnya posisi dirinya sebagai manager digantikan oleh karyawan baru yang usianya terbilang lebih muda. Dendam menjadi alasan pria tersebut melakukan hal itu terhadap Nick dan semuanya terekam jelas pada CCTV yang terdapat di area parkiran. Mobil yang dikendarai oleh Dave sudah tiba di area parkiran. Setelah memarkirkan mobilnya, Dave dan Carter bergegas turun dari mobil untuk menuju ke dalam lobi apartemen. Langkah mereka terlihat santai, padahal mereka datang ke apartemen ini adalah untuk menghabisi nyawa seseorang yang sudah membuat Nick harus mengalami amnesia anterograde, yang mungkin tidak akan dapat disembuhkan. "Lantai berapa Dave?" tanya Carter yang sudah menampilkan raut wajah penuh amarah. "Lantai 10, Tuan. Kamar L25," jawab Dave sesuai hasil penyelidikannya. Keduanya sudah tiba di depan lift. Setelah pintu lift terbuka mereka bergegas masuk ke dalam lift. Sesampainya di depan pintu kamar yang mereka tuju. Dave mulai mengetuk pintu itu dengan perlahan, sementara Carter berdiri di belakang tubuh Dave sambil berkacak pinggang. Ia sudah tak sabar ingin segera menghabisi pria yang telah membuat kesedihan dan air mata di wajah Angelica. Tak lama pintu kamar terbuka dengan perlahan, namun seketika saat pria itu melihat Dave dan Carter berdiri di depan pintu, pria itu dengan cepat menutup kembali pintu kamarnya, namun beruntung Dave dengan sigap menghalangi pintu tersebut menggunakan sebelah kakinya yang membuat pintu jadi tak bisa menutup. Dave mendorong pintu tersebut hingga membuat pria itu terjatuh, dengan cepat Dave dan Carter masuk ke dalam. "Kenapa, kau takut dengan mautmu? tanya Carter menatap tajam ke arah pria itu yang kini tercekat kaget dengan kedatangan mereka ke apartemennya. "Darimana kalian tahu tempat tinggalku?" tanya pria itu yang terus merangkak mundur menjauh dari Dave dan Carter. Carter terkekeh keras. "Kau lupa aku adalah seorang mafia di kota London ini, menemukanmu bukanlah masalah besar untukku!" ucapnya sembari menjentikkan jari. Dave kembali keluar kamar untuk berjaga di depan pintu, mengamankan eksekusi yang akan dilakukan oleh Carter kepada pria itu. "Tuan, tolong ampuni saya, jangan bunuh saya." Pria itu terus memohon kepada Carter yang sudah menggenggam sebuah pistol di tangan kirinya dan mengarahkan pistol itu ke arah kening pria tersebut. "Waktu kau membuat rem mobil anakku blong, apa kau tidak berpikir bahwa perbuatanmu akan aku ketahui! Kau pikir dengan bersembunyi di sini, aku tidak bisa menemukanmu!" Carter sudah semakin geram terhadap pria di hadapannya,terlebih apa yang dilakukannya membuat Nick harus menderita amnesia anterograde seumur hidupnya dan membuat wajah Angelica basah oleh air mata. Pria itu terus memutar otaknya untuk melakukan perlawanan kepada Carter. "Jika aku mati di kamar ini, dia pasti akan dengan mudah menghapus kasus ini untuk menghilangkan jejak pembunuhan yang telah dilakukannya." Pria itu mulai menemukan sebuah cara agar kematiannya mendapatkan sorotan dari media, agar pelaku pembunuhannya dapat terbongkar. "Bersiap dan mulailah berdoa!" Carter menarik pelatuk pada pistolnya. Ia mulai menempelkan ujung pistolnya pada kening pria itu, namun seketika pria itu dengan sekuat tenaga berusaha untuk menepis pistol tersebut menggunakan tangannya, lalu mendorong tubuh Carter, hingga membentur sebuah lemari buku yang langsung jatuh seketika. Melihat Carter terjatuh, menjadi celah untuk pria itu menjalankan rencananya. Pria itu membuka jendela kamarnya, untuk melompat keluar apartemen. "Lebih baik aku mati dengan melompat daripada harus mati di tanganmu, Tuan Carter." Sesaat sebelum pria itu melompat, sebuah tembakan bersarang mengenai kaki kanannya, yang membuat pria itu langsung tersungkur dan meringis kesakitan dengan darah yang terus keluar dari luka tembaknya, sambil menyeret tubuhnya pria itu terus berupaya meraih badan jendela. Namun, Carter sudah berdiri tepat di hadapannya dengan menginjak kepalanya. Pria itu terus mengaduh kesakitan, sambil memohon berulang-ulang pada Carter. Carter berdecih kesal. Ia kembali menyodorkan pistolnya ke arah kepala pria itu dan tanpa membuang waktu lagi, ia menembak pria itu hingga membuatnya mati seketika. Pria itu kini terbujur kaku dengan bersimbah darah. Carter merapikan jas yang dikenakannya lalu meludah ke arah tubuh pria itu. "Jangan macam-macam dengan keluargaku, jika kau tidak ingin mati!" ancam Carter dengan raut wajah yang penuh kemurkaan. Bersambung✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN