Kesepakatan

1165 Kata
Seumur hidup Jean, ini yang paling sengsara ketika dirinya melihat keberadaan Arum yang bergelung di bawah selimut dengan nyaman. Jean tidak merutuki dirinya, ini bukan sebuah kebodohan tapi pengorbanan untuk dirinya sendiri. teman-temannya itu menjebaknya hingga harus menutaskan hasrat. Arum ada di sana, wanita itu yang selalu mengejarnya dan mungkin tidak akan menolaknya. Jean mengingat lagi apa yang terjadi tadi malam. “Oke, aku mau jadi partnernya, Om. Tapi karena aku setengah suka sama hubungan tubuh, nantinya aku minta Om buat kasih perhatian lebih sama aku. bukan sekedar jadi partner aja.” Jean tidak tahan ketika melihat Arum bicara sambil membuka pakaiannya satu per satu. Mereka sama sama mendesah malam itu. dan Arum merutuki dirinya sendiri, kenapa malam pertamanya dengan Jean tidak diingat? Padahal rasanya semenakjubkan ini. jean pemain yang hebat. Tidak salah sih, dia sudah memiliki dua anak. Efek obat perangssang itu cukup kuat, Jean baru bisa menuntaskan semuanya di ronde kelima. Membuat Arum tumbang dan hampir tidak sadarkan diri. Jean pikir, wanita itu akan menyesal dan tidak bisa berkata apa apa lagi dengan kondisi tubuh yang lelah. Namun kenyataannya, Arum malah mengelus pipi Jean dan dengan beraninya mengecup bibir. Bahkan Arum memeluk Jean dan menjadikan bahu pria itu sebagai bantalan. “Tidur, Mas Ganteng. Aku tau kamu capek.” Hah? Apa tidak salah? Jean tidak habis pikir dengan anak ini, namun karena dia lelah, akhirnya Jean turut memejamkan mata. Jean seorang pengacara, dia dengan mudah membaca karakter seseorang. Arum ini seseorang yang keras kepala, tidak mudah menyerah terhadap apapun termasuk pada manusia. Entah apa obsesi wanita itu hingga mau bersama dengannya. Namun melihat keuntungan diantara mereka, Jean jadi tertarik membuat perjanjian. Kenyataannya, dia memang membutuhkan lawan jenis untuk menuntaskan hasratnya. Dan arum adalah sosok yang tepat, dia bersih dan hanya pernah dipakai oleh Jean. Dengan begitu, Jean akan memberikan apapun yang Arum butuhkan kecuali perhatian. Semua itu Jean tuangkan dalam surat perjanjian yang tengah dirinya buat. Ketika Arum bangun, dia mengharapkan keberadaan sang lawan main. Tapi kenyataannya dia malah ditinggalkan sendirian di sana. mana tidak ada kecupan dan ciuman selamat pagi. “Ngimpi gue kalau si manusia kulkas lakuin itu,” ucapnya bergumam sendiri. “Mas!” panggilnya. “Jangan teriak-teriak,” ucap Jean terlihat kesal. Arum terkekeh senang, sosok ini mendengarkannya. “Kemana aja? aku cariin ih.” “Arum, tutup tubuh kamu.” Jean memalingkan wajah saat selimut melorot. “Emangnya kenapa? kan Om sendiri udah pernah liat.” “Tutup gak?” “Iya ini ditutup. Bawel amat ih lucu.” Jean menghela napasnya dalam dan memberikan berkas perjanjian diantara mereka berdua. Bisa bahaya kalau menjalani hubungan tanpa dasar yang jelas. “Apa ini? list buat nikahan kita?” “Baca.” Arum menunduk dan membacanya. “Perjanjian partner pemuas jiwa.” Membaca judulnya membuat Arum tertawa. “Parter sekss aja yang mudah kenapa.” dia mulai membaca lagi poin poin di dalamnya. “Kok Om malah kasih aku duit? Inimah gak jauh beda sama sugar daddy ih. Ogah, yang aku mau itu ya perhatian Om, manja-manja sama Om meskipun dirahasiain dari banyak orang.” “Kalau gak mau, yasudah.” “Mau ih mau!” teriak Arum memeluk berkas itu. Padahal niat Jean bercanda, pria itu punya kekhawatiran sendiri kalau Arum akan melaporkan apa yang dilakukan mereka semalam pada semua orang yang berakhir bisa merugikan Arum. *** “Om inimah aku kayak sugar baby Om deh, mana aku bisa minta apapun yang berkaitan sama materi. Kalau perhatian Om gak punya? Gak boleh?” “Saya kasih apapun kecuali hal sentimental kayak gitu. Kalau kamu butuh bantuan tentang perkuliahan kamu, saya siap bantu.” “Ih Mas….,” rengeknya. Kontrak kerja di sini benar benar menempatkan Arum layaknya sugar baby. “Terus? Kamu maunya ditusuk aja gak dapet apa apa? Rugi, Arum, seenggaknya kamu harus punya harga buat itu.” “Sama duit? Gimana kalau nikah aja sama Mas?” “Okey gak jadi.” “Ahh jadi!” teriak Arum menyembunyikan kertas itu di belakang tubuhnya, dia menggelengkan kepalanya kuat. “Iya iya, ayok gini aja jadi. Tapi bisa gak kalau diluar kita saling kenal? Masa pura pura gak kenal sih Mas?” “Siniin, gak jadi aja.” “Jadi ih!” teriak Arum langsung menandatangani. Dia memberikannya lagi pada Jean. “Kalau Mas butuh, aku ada di apartemen yang disekitaran kampus. Ke sana aja ya.” dalam keadaan yang belum mandi, Arum segera berdiri dan merasakan pangkal pahanya terasa perih. “Om, gak mau gendong aku ke kamar mandi gitu? Terus kita mandi bareng?” “Saya udah mandi.” “Mandiin aku kek, tanggung jawab semalam.” “Kan kesepakatan kita berdua.” “Iya, tapi tetep aja seenggaknya Mas itu ada- Akkhh!” kaget ketika tiba tiba digendong, Arum menahan senyumannya dan melingkarkan tangan di leher sang pria. Mudah sekali mengompori Jean, tinggal ngotot saja dan pria itu akan melakukan apa pun keinginannya. “Mas, sekarang mau kemana?” “Mandi kamu.” meninggalkan Arum di kamar mandi dengan mendudukannya di kloset. Arum menghela napas dalam. “Sabar yeee, gak papa cinta itu emang pahit kok.” Karena Arum sudah tanggung untuk menarik diri dari hal ini. Lagipula siapa yang mau dengan wanita bekas orang, makannya dia akan menuntut Jean untuk menikahinya, tapi dengan jalan seperti ini. Selesai mandi, Arum melihat ada pakaian yang sudah disiapkan di nakas. “Dihhh manis banget, padahal belum jadi suami istri loh.” Pipinya memerah membayangkan bagaimana kehidupan mereka. “Tapi… kenapa si Mas punya baju cewek ya? mana dalemannya masih baru lagi.” Segera mencari Jean yang ternyata sedang memasak, terlihat seksi. “Mas…,” panggilnya mendayu. Baru juga hendak memeluk dari belakang, Jean sudah menoleh dan menyodorkan pisau padanya. “Ampun serem banget.” “Duduk, saya lagi bikin sarapan.” “Keren banget sih, idamannya kerasa. Gak kayak suami Raisa, padahal dia juga duda tapi gak bisa masak, gak semanis dan seganteng Mas.” “Diem, Arum.” “Oke.” Arum duduk dan mengedarkan pandangannya. “Anak-anak belum pulang dari rumah Tantenya, Mas?” “Iya.” “Kapan pulangnya?” Tidak mendapatkan jawaban, Arum kesal bukan main dan memilih untuk mendekat. “Mas, aku bantuin ya.” “Gak usah.” Tapi Arum memaksa, dia berdiri di samping Jean dan menempelkan d*danya pada bisep pria itu sambil berucap manja. “Mas, ayok aku bantuin masak. Masa iya aku diem mulu.” Jean kesal, dia menoleh hendak memarahi. Namun, Arum buru-buru berjinjit dan menempelkan bibir keduanya. Yang mana membuat Jean kaget, apalagi tengkuknya ditarik semakin dalam. “Papaaaa! Kenapa bibirnya digigit orang?!” teriak sebuah suara yang dikenali oleh Jean. Dia segera melepaskan tautan dan menyembunyikan Arum dalam dekapannya kemudian menoleh ke belakang, di sana Jean mendapati anak-anaknya dan sang pengasuh. Jantungnya berdetak kencang, hilang sudah semua karakter baiknya di depan anak anak. Sementara itu, telinga Arum menempel pada Jean dan merasakan detak jantung yang begitu cepat. Dia tersenyum dan membatin, “Si Om degdegan karena gue, hihihihi. Mana mau ketemu calon anak-anak lagi.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN