PROLOG
Arum, mahasiswa semester akhir yang jugaa seorang pengusaha muda itu tengah dilanda patah hati. Orang yang dia cintai kembali mendua, dan ini terjadi berulang kali.
“Sebej*t apapun gue, pasti balik lagi ke lu. Lagian gue gak pernah tuh nyampe tidur sama cewek lain. Kalau emang lu gak nyaman, yaudah putus aja.”
Kalimat yang sama pula, dimana akhirnya Arum yang selalu meminta kembali lagi. Meskipun bej*t dengan menduakannya, tapi pria itulah yang paling mengerti dirinya, selalu tau titik titik lemahnya.
Hanya saja kali ini, Arum berniat benar benar lepas dari Erik. Pria itu kembali mengkhianatinya dengan perempuan yang sama. Bukankah itu artinya perempuan itu lebih menarik? Karena rasa yang terluka itu, Arum memutuskan pergi ke Capadoccia untuk berlibur.
“Sendiri saja, Nona?” tanya pria asing yang ikut duduk di sampingnya.
“Yap, aku ke sini untuk menghilangkan patah hati.”
“Oh, kamu harus menemukan yang baru jika ingin melupakan yang lalu. Apa aku boleh menjadi pilihanmu?” pria bermata biru itu bertanya dengan bahasa asing.
Arum terkekeh. “Aku sudah punya pilihan, seorang duda dengan anak dua yang sepertinya sangat mustahil aku dapatkan.” Meneguk kembali minuman.
Kenapa pilihannya jatuh pada duda beranak dua? Karena Arum melihat kehidupan sahabatnya yang berubah 180 derajat dengan menikahi duda anak satu. Kebanyakan dari mereka loyal, setia dan juga…. Tampan dan kaya.
Flashback
“Duda gak selamanya buruk kok. Apalagi anaknya baik banget. Gue aja betah, bahkan gak bisa berpaling. Bikin kita nyaman, aman, mana perhatian juga. Lu cukup luluhin hatinya, maka lu dapat semua keinginan. Intinya dapetin aja hatinya. Nanti juga bucin,” ucap Raisa memberi masukan.
“Ogah gue sama duda. Kayak gak ada lagi bujangan.”
Awalnya, Arum memandang duda sebagai sosok yang gagal. Namun, mereka hanya pria yang tersakiti hingga memutuskan sendirian.
“Daripada lu terus disakiti mulu sama si Erik, mending lu sama ipar gue. Dia pengacara, ganteng, duda anak dua, tajir juga. Nanti kita bisa saudaraan. Mau?” sang sahabat menawarinya seperti itu.
Arum memutar bola mata mendengar penawaran Raisa. “Gue akui kalau Mas Jean emang ganteng, tapi gue gak suka sama duda.”
“Yaudah selamat menikmati kesengsaraan sama pacar lu yang nyakitin terus.”
Raisa adalah sahabat dekatnya, itu yang membuat Arum mengenal sedikit banyak tentang suami Raisa yang merupakan dekan di tempat mereka berdua kuliah, dan juga mengetahui tentang saudara iparnya yang menduda akibat istrinya meninggal karena sakit.
Arum memutuskan untuk pulang dari apartemen sang sahabat, dia berjalan tergesa karena Erik mengajaknya bertemu hari ini. namun, dalam langkahnya Arum malah mendapatkan telpon.
“Erik, aku sekarang mau ke sana. Tunggu bentar.”
“Gak usah ke sini, gue mau pergi.”
“Kok lu gue sih? kamu ada masalah?”
“Ar, selama ini hubungan kita putus nyambung. Dan gue sadar kalau ini karena rasa gak nyaman gue. Ayok kita putus aja.”
Saat itulah Arum merasa hidupnya hancur, biasanya dia yang meminta putus lalu meminta balikan lagi. “Lu bilang…. Gue ini tempat lu pulang dan gak akan lepasin gue.”
“Tapi gue sadar, kalau lu bukan rumah yang nyaman. Gue nyaman sama Stefi, sorry.”
“Stefi yang dulu pernah jadi selingkuhan lu?”
“Dia pacar gue sekarang.” Kemudian menutup panggilan telpon.
Arum menatap tidak percaya pada ponselnya, matanya berkaca kaca dan amarah tidak bisa dia bendung. Dia lembar kuat ponsel itu dan memental dari dinding basement. TAK! Akhirnya mengenai kepala Arum dan membuatnya jatuh terlentang, dengan kening yang berdarah.
“Hiks… hiks… mau marah aja gak bisa! malah balik kena! Hiks! Sakit!”
“Kamu gak papa?”
Saat Arum membuka matanya, dia melihat sosok yang tidak asing. Inilah pria yang menjadi ipar sahabatnya, seorang pengacara dan duda beranak dua.
“Kening kamu berdarah. Mari saya tolong.”
Kaku, dingin dan wajahnya datar, tapi dia membantu Arum bangun dan menyeka keningnya yang berdarah. “Sakit?”
Saat itulah Arum menyetujui perkataan Raisa yang mengatakan kalau duda adalah yang terbaik.
“Aku mau nikah sama Mas Jean.”
Seketika membuat pria itu melepaskan sapu tangan hingga jatuh. “Nanti saya telpon ambulance.” kemudian melangkah pergi dari sana.
“Mas! mas! yang sakit bukan Cuma kening aku! hati aku juga! Tolong, Mas!” teriaknya layaknya orang gila.
Ditambah lagi Jean orang yang mapan, tampan, dari keluarga yang terpandang. Arum akan mendapatkannya!
***
Kembali ke hotel dengan keadaan mabuk berat, Arum tidak bisa melihat dengan jelas dengan kesadarannya yang diambang batas. Perempuan itu bahkan memukul-mukul pintu kamarnya sendiri, berharap dari dalam terbuka. “Buka! Bukaaaa! Mau tidur!”
Hingga tiba-tiba pintu terbuka… “Aaaa!” BRAK! Arum jatuh tengkurap, dia segera mendongkak. “Badjingan!” umpatnya kemudian berdiri dan berlari masuk mencari ranjang. “Uwihhhh! Kasur!” teriaknya dan langsung berbaring di sana.
“Pergi dari sini.”
“Aaaaa! Ada setan di Cappadocia!” teriak Arum menahan tubuh dengan memegang sprei kuat ketika kakinya ditarik.
“Keluar dari sini! ini bukan kamar kamu!”
Kenal dengan suara itu, Arum menoleh. “Mas duda pujaan hati!” teriaknya ketika melihat sosok itu. tertawa dan langsung berdiri, melompat untuk memeluk langsung. “Mas kok bau alcohol sih? hehehehe, Mas ngapain di sini? nyusulin aku yang lagi patah hati ya? hihihi, Mas, sama aku aja yuk.” Arum menggoda dengan mencium pipi pria itu berulang kali.
“Lepasin.”
“Ih, kayak nyata banget. Arum suka deh."
Nyatanya, godaan Arum terlalu berat bagi Jean yang saat itu juga dimabuk alkohol. alunan indah suara perempuan itu menggoda, membuat Jean akhirnya ikut masuk ke dalam permainan.
menatap bagaimana perempuan manis ini terus berbicara hal hal yang menarik Jean. Mendengarkan sampai akhirnya mereka bersentuhan yang menghantarkan aliran listrik bagi keduanya. Suka dengan sensasi ini, Arum terus mencoba mendorong Jean untuk melakukan hal lebih.
dan Jean, dia kehilangan kendali atas logikanya sendiri. Semua akibat yang sebelumnya Jean pikirkan jadi terkubur, melebur dan merasakan sesuatu yang asing.
Jean menerima Arum, membiarkan sisi liar dirinya keluar. Malam itu, keduanya menyatu tanpa mengingat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Bagi Jean, ini adalah malam sialnya karena Arum adalah sahabat dari iparnya sendiri.