Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Begitu sampai di rumah, Arum tanpa berkata apa apa langsung menggendong anak yang paling kecil. “Mas gendong yang gede ya, aku gak kuat.” Dengan hati hati tanpa membangunkan Cillo. Bahkan pembantu dan pelayan di sana kaget dengan kedatangan Arum bersama dengan anak anak Jean. “Udah dapet lampu hijau, Mbak?” “Belum. Dimana kamar anak anak?” “Di sana, Mbak.” Menunjuk salah satu pintu di lantai dua Arum melangkah pergi ke sana, ternyata anak anak itu memiliki kamar yang sama. Arum menidurkan Cillo dengan hati-hati dan mengganti dengan pakaian yang lebih nyaman. Hari sudah gelap. Jean pun datang dengan si sulung yang dibopong olehnya. “Mereka udah makan malam belum, Mas?” “Udah tadi di rumah Juan.” “Takut nanti laper lagi, aku masak ya?” “Yang banyak,” ucap Jean yang sudah memposisik