MAB 04

735 Kata
Setelah mengirim pesan kepada Aldo, Ayatha fokus kembali ke buku novelnya. Ayatha sedang membaca n****+ tepat di samping Adelya yang tengah memainkan ponselnya. Mereka duduk di sofa ruang keluarga dengan tv yang dimatikan. Rumah Ayatha sepi, tidak ada suara kecuali suara notif yang masuk dari ponsel kakak nya dan juga ponselnya. Tidak ada kehangatan dan canda tawa yang tercipta di rumah Ayatha. Sepi dan sunyi. "Kak, lo masak apa tadi?" tanya Ayatha tiba-tiba, dengan mata yang masih setia ke tulisan yang berada di hadapannya. "Masak nasi sama telur dadar doang." Ayatha menghela nafas dan menutup buku novelnya. "Kenapa? Lo laper? Kita makan duluan yuk." Ayatha menggelengkan kepalanya. "Nungguin Kak Aldo dulu deh kak, enaknya makan sama-sama." Adelya tersenyum menatap Ayatha. Adelya tau jika adiknya itu sedih karena kedua orang tuanya yang tidak ada di sini sekarang. Tok...Tok...Tok... "Pasti Kak Aldo, gue bukain pintu dulu ya." Ayatha mengangguk. Ketika Adelya pergi membukakan pintu, Ayatha segera menuju meja makan dengan kaki kanan yang sedikit ia seret, karena masih sedikit sakit. "Ay, liat nih gue bawain apa," ucap Aldo seraya duduk di kursi meja makan dan menyodorkan paper bag yang dibawanya. Ayatha duduk dan mengambil paper bag yang di berikan Aldo. Ayatha tersenyum karena ia melihat ada ayam pop kesukaannya. "Kak, lo nggak makan?" tanya Adelya seraya memberikan piring yang berisi nasi untuk Ayatha. "Nggak. Gue tadi udah makan di Kafe Tante Sonya. Kalian makan aja, gue temenin kok," ucap Aldo dengan senyumnya. "Ayamnya enak, sama kayak masakan Mama. Pasti Tante Sonya yang masak ya?" Aldo mengangguk membenarkan ucapan Ayatha. Aldo kasihan melihat Ayatha yang mungkin sangat merindukan kedua orang tuanya, memang sejak kecil Ayatha sering sekali ditinggal oleh kedua orang tuanya karena sibuk bekerja di luar negeri. Setelah makan, Aldo, Adelya dan Ayatha pergi ke kamar mereka masing-masing, dan tidak lupa Aldo mengingatkan kepada kedua Adiknya supaya mereka belajar. Di dalam kamar, Ayatha langsung belajar menuruti perintah Aldo. Ia menyimpan buku n****+ yang ia baca tadi ke perpustakaan kecil miliknya. Ayatha membuka buku biologi dan membacanya, beberapa saat kemudian, ponsel Ayatha berbunyi. Dengan cepat mengambil ponselnya, berharap orang tuanya lah meneleponnya. Ayatha langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat nama yang terpajang di sana. "Halo Ma?" sapa Ayatha dengan senyum yang mengembang. "Hola sayang, kamu lagi apa?" Ayatha mengerutkan keningnya, sejak kapan suara Mama nya seperti suara laki-laki? Dan jika itu suara Papa nya, tidak mungkin rasa nya karena suara Papa nya tidak seperti itu. Seperti suara yang dibuat-buat. "Hahahaha." Terdengar suara tawa di seberang sana, Ayatha membelalakkan matanya. Ia tahu, jika yang tertawa tadi tidak lain adalah Arka. Dengan cepat Ayatha mematikan sambungan teleponnya dan meletakkan ponselnya dengan kesal. Mood Ayatha sudah hancur, ia tidak berniat lagi untuk membaca buku. Ayatha merapikan buku-bukunya, setelah itu ia menuju tempat tidurnya dan memejamkan mata, berharap bisa pergi ke alam mimpi dan tidak akan pernah bangun lagi. Tetapi hal itu buyar seketika karena ponselnya yang berdering. Ayatha mendengus kesal dan mengambil ponselnya di meja belajar dengan malas. Lalu mengangkat telepon dari Arka untuk yang terakhir kalinya. "Apa?!" bentak Ayatha. "Nggak kenapa-napa, cuma pengen denger bentakan dari mulut cerewet lo itu aja." "Udah denger kan? Ya udah kalau gitu telponnya gue tutup." "Eh jangan!" Ayatha mendengus kesal, ia berjalan menuju tempat tidurnya kembali dan menidurkan tubuhnya. "Gue nggak bisa tidur." Lagi-lagi Ayatha merasa sangat kesal, ingin rasanya di pergi ke rumah Arka dan menoyor kepala Arka sampai berubah bentuk menjadi segitiga. Ayatha tidak menjawab, ia meletakkan ponsel di sampingnya tanpa menutup telepon dari Arka. Jika ia tutup, pasti cowok itu akan menghubunginya terus. Ia membiarkan Arka berbicara sendiri, tetapi Ayatha mendengarkan ucapan-ucapan yang unfaedah dari cowok itu. "Lo kenapa tiba-tiba langsung bilang 'halo ma?' Ke gue? Lo pikir gue emak lo? Ah gue tau lo kangen gue ya? Eh, maksudnya lo kangen sama Nyokap lo? Lah diem aja, kalau diem pasti lo iyain ucapan gue." Ayatha menutup matanya, masih mendengar ocehan tidak jelas dari Arka. Ia menguap pelan, sambil mengumpat pelan mendengar ocehan tidak jelas dari Arka. "Woi! Ngomong dong, lo pikir gue lagi ngomong sama tembok apa?!" Ayatha memutar bola mata malas, berdeham pelan lalu bersuara, "KALO NGGAK ADA YANG PENTING, NGGAK USAH TELPON GUE! DASAR KUKER!!!" "Demi apa?! Suara lo ngalahin suara toa masjid di deket rumah gue!" "Lo nyebelin banget sih! Sekarang gue tanya deh, lo nelpon gue buat apa?" "Gue cuma mau nanya ke lo." Ayatha mengernyit. "Nanya apa?" "Besok hari apa ya?" Mulut Ayatha menganga tidak percaya, langsung saja ia memutuskan sambungan teleponnya dan memblok nomor Arka. Setelah itu Ayatha melempar asal ponselnya ke tempat tidur, lalu terdiam sesaat, ia akan menyantet Arka malam ini, agar cowok itu tidak lagi mengganggunya. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN