MAB 05

1158 Kata
Lembaran baru ia buka, lalu membaca tulisan yang sangat menenangkan pikirannya itu, hanya itu yang sedari tadi Ayatha lakukan membuka lembaran demi lembaran novelnya ditemani dengan suasana sejuk di taman rumahnya. Ayatha tengah bersantai dan menghabiskan waktu luangnya untuk membaca, ia berharap tidak ada seorang pun yang akan mengganggunya hari minggu ini. Selain suka bermain basket Ayatha juga senang membaca buku, apalagi baca buku n****+. Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya kali ini, ia butuh suasana ketenangan saat membaca n****+. Ya Ayatha hobi baca buku sejak kecil, Mama nya terkadang marah karena buku n****+ nya yang menggunung di kamar. Maka dari itu Papa Ayatha membuatkan ruangan kecil di sebelah kamar nya untuk menyimpan buku-buku n****+ miliknya. "Ayaaaaaaaaaaaaaa!!!" Terikan yang super duper keras plus cempreng itu membuat Ayatha menutup kedua telinga rapat-rapat. Takut gendang telinganya akan pecah detik itu juga. "Lo apaan sih datang teriak-teriak di rumah orang!" Fiona dan Fanya terkekeh geli melihat Ayatha, lalu keduanya duduk di sebelah Ayatha. Fiona dan Fanya adalah sahabatnya dari SMP, maka tidak heran melihat kedekatan mereka bertiga. Tapi sekarang mereka bertiga tidak seperti dulu lagi, mengingat Fiona yang terus mengejar cintanya dan juga Fanya yang sibuk dengan kekasihnya. Tiga gadis itu, hanya dapat berkumpul di sekolah dan sangat jarang di luar sekolah. "Lo berdua ngapain ke sini? Mau gangguin gue?" tanya Ayatha dengan mata yang masih fokus ke novelnya. "Gue ke sini mau berkonsultasi sama Kak Aldo," ucap Fiona. Ayatha membelalakkan matanya. "Lo hamil? Cek ke dokter bukan Kak Aldo!" Fanya dan Fiola saling bertatapan dan sedetik kemudian mereka tertawa geli, ia langsung menatap aneh ke arah kedua temannya itu. "Maksud gue, gue mau bicara tentang seputar cowok ke, Kak Aldo. Astaga, amit-amit gue hamil, gue masih sekolah! Lo kalo ngomong suka ngasal!" Ayatha hanya terkekeh geli sambil menyatukan kedua tangannya di hadapan Fiona, bermaksud meminta maaf. Lagipula Fiona sangat kurang kerjaan, mengganggu acara belajar Aldo saja. "Terus lo?" tanya Ayatha kepada Fanya. "Gue mau belajar buat kue sama Kak Adel, dan untungnya kak Adel mau ngajarin gue." Ayatha menganggukkan kepalanya, ia berpikir kedua temannya itu ingin menghabiskan waktu bersamanya, pergi ke Mall mungkin. Nyatanya tidak. "Kok nggak gue aja yang ngajarin lo buat kue? Gue kan jago juga," ucap Ayatha dengan pedenya. "Yaelah Ay, ntar kuenya malah nggak layak buat dimakan. Kucing aja mikir-mikir buat makan tuh kue kalau lo yang buatin." Ayatha mengerucutkan bibirnya, kesal dengan ucapan Fiona yang mengejeknya. "Iya juga sih," gumam Ayatha pelan namun masih bisa didengar Fanya dan Fiona. Fanya dan Fiona lantas tertawa terbahak mendengar pengakuan Ayatha. Tidak lama, Fiona dan Fanya akhirnya meninggalkan Ayatha, memasuki rumahnya. Ayatha melanjutkan acara membacanya, sambil tersenyum kecil karena baper dengan si tokoh cowok yang sangat romantis. Drrrttt... Ponsel Ayatha bergetar, tanda ada notif yang masuk. Ayatha menghela nafas kesal. "Kenapa sih hidup gue nggak bisa tenang? Selalu aja ada yang ganggu!" Dengan malas Ayatha mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya dan terpampang jelas nama Annoying boy di layar ponselnya. Ayatha memang sengaja mengubah nama Arka menjadi Annoying boy menurutnya itu nama yang bagus dan cocok untuk Arka. Annoying boy: Ay. Ayatha: apa?! Annoying boy: dih ngegas, lo blok nomor gue? Ayatha: Iya Annoying boy: liat aja nanti, gue bakal buka blokirannya:b Ayatha: -.- Annoying boy: kaki lo kenapa? Ayatha: lah bukannya lo yang buat kaki gue jadi kayak gini? Selain gesrek lo pikun juga ternyata. Annoying boy: kaki lo udah baikan? Ayatha menghela nafas kesal, heran melihat sikap Arka yang aneh seperti alien. Ayatha: udah.- Annoying boy: bisa jalan? Ayatha: bisa. Annoying boy: yuk, kapan? Sekarang? Ayatha: otw blok! Annoying boy: woi jangan woi! Dih baperan sih lo. Ayatha menghela nafas kesal, memasukkan kembali ponselnya ke saku celana. Ayatha kehilangan mood nya, ia menutup buku novelnya dan berjalan memasuki rumahnya, mungkin ia akan mengintip Fanya yang sedang membuat kue bersama Adelya, hitung-hitung ia bisa sekalian belajar. --- Bel masuk sudah berbunyi, tetapi Ayatha dan kedua temannya masih berada di kantin, mengingat Fiona yang keras kepalanya ingin sarapan pagi terlebih dahulu di kantin, Ayatha dan Fanya hanya mengikut saja. Ketiga gadis itu pun berjalan menelusuri koridor yang sudah sepi, kini tibalah mereka di depan kelas. Ayatha menghela nafas lega, untung saja pelajaran yang belum dimulai dan guru juga belum masuk ke kelasnya, ia dan kedua temannya terbebas dari hukuman. "Ayatha." Fanya, Fiona dan Ayatha menoleh ke belakang, menemukan sosok pria tua yang memiliki perut menonjol serta berkumis tebal tengah berjalan ke arah mereka. "Iya Pak?" ucap Ayatha sopan. "Tolong kamu ke ruangan musik sekarang, kamu awasi Ryan, Gilang dan Arka yang sedang mengerjakan hukuman mereka." Ayatha menghela nafas kesal. "Kok harus saya sih, Pak?" Ayatha langsung saja mendapatkan tatapan tajam dari pria tua itu. "Sebentar lagi saya menyusul bersama teman-teman kamu yang lain," ucap Pak Joni, guru seni budaya di kelas Ayatha seraya memasuki kelas disusul Fanya dan Fiona yang tidak lupa melambai ke arahnya. Dengan langkah berat, Ayatha berjalan menuju ruangan musik yang letaknya cukup jauh dari kelasnya, ia harus menaiki anak tangga jika ingin ke ruangan musik karena letaknya berada di lantai dua. Ia sebenarnya sangat malas bertemu dengan ketiga cowok itu, apalagi dengan Arka. Berada di dekat Arka, seperti berada di neraka baginya. "Ay!" Ayatha menoleh ke belakang dan tersenyum sangat manis ke arah cowok yang tadi memanggilnya. Cowok itu adalah Riven. Riven sedikit berlari menghampiri Ayatha. "Lo mau ke mana?" tanya Riven ketika sudah berada tepat di hadapan Ayatha. "Ke ruangan musik, kak." Yang bertanya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Nih." Riven memberikan coklat berwarna putih kepada Ayatha. Di dalam hati Ayatha menjerit kesenangan, untuk pertama kalinya Riven memberikannya sesuatu, coklat pula, tapi sayangnya coklat s**u, Ayatha tidak begitu menyukainya. Namun tetap saja ia merasa senang karena Riven lah yang memberikannya. "Buat siapa kak?" tanya Ayatha dengan polosnya dengan tangan yang sudah memegang coklat itu. Ayatha berbasa-basi, ingin mencari topik pembicaraan dengan Riven, jarang-jarang ia bertatapan dan mengobrol santai seperti ini dengan cowok yang ia sukai itu. Riven tersenyum manis ke arah Ayatha, yang menerima senyuman langsung bersemu merah. "Buat Adelya." Nyungsep! "Tolong kasih ke dia ya, Ayatha cantik." Riven berlalu pergi meninggalkan Ayatha yang masih terdiam di tempatnya. Ingin sekali rasanya Ayatha membuang coklat yang digenggamnya itu ke tempat sampah, ia berpikir jika coklat itu untuknya, nyatanya tidak. Riven memang suka mempermainkan perasaannya. Dengan langkah yang berat Ayatha melanjutkan langkahnya menuju ruang musik dan tidak lupa ia menyimpan coklat yang diberikan Riven, ah salah, tepatnya yang dititipkan Riven untuk Adelya. Suara pukulan dram dan petikan gitar terdengar di ruang musik, Ayatha menghela nafas kesal dan memasuki ruangan itu. Ayatha menghampiri Arka, Ryan dan Gilang yang tengah membuat konser dadakan. "Eh cewek cerewet ngapain di sini? Kangen sama gue?" Ayatha menatap kesal ke arah Arka yang mencubit pipi kanannya. "Is, apaan sih lo!" Gilang dan Ryan tertawa nyaring melihat kelakuan jahil Arka. "Udah selesai bersihin ruangan ini?" tanya Ayatha. "Udah buk, lantai nya juga udah di sapu dan kursi-kursi sudah kami tata sedemikian rupa," ucap Arka sambil hormat. Mendengar itu Ayatha langsung duduk di kursi depan yang berada di pojokan agar ia biasa bersandar di dinding. Ia masih kesal dengan Riven, jika seperti itu kenapa harus dititipkan kepadanya? Riven hanya membuatnya semakin berharap saja. Namun rasa sakit menyeruak di hatinya, apa mungkin Riven tidak menyukainya? Apa hanya Ayatha saja yang menyukai Riven? ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN