“Zahra sama Bella di mana Mbok?” tanya Arhan begitu sampai di rumah. Akhirnya Arhan sudah kembali pulang dan tiba sore hari, pria itu sudah tak sabar ingin bertemu dengan putrinya.
“Ada di kamar Den, baru selesai dimandiin sama Non Zahra,” kata Mbok Ayumi memberitahu.
“Oh ya, ini ada saya bawain makanan. Tolong dipanaskan supaya kita bisa makan bersama ya Mbok, sebagian nanti mau dibawa sama Zahra untuk keluarganya,” kata Arhan memberitahu. “Selamat saya pergi semuanya amankan Mbok?” tanya Arhan. Mbok Ayum sedikit bingung namun tetap memaksakan senyumannya karena sudah berjanji pada Zahra untuk tidak memberitahu pada Arhan.
“Semuanya baik den,” jawab Mbok Ayumi.
“Baiklah, saya mau lihat Bella sudah kangen,” kata Arhan dengan semangat.
Wanita paruh baya yang bekerja di rumah Arhan itu menerima bungkusan tersebut dan membawa ke dapur. Arhan naik ke atas menuju kamar putrinya. Terlihat Zahra baru saja selesai mandi dan sedang memakai bajunya bersama Zahra. Tidak ada pengasuh Bella di sana.
“Hallo anak Papa,” sapa Arhan yang baru saja datang membuat Zahra terkejut dengan kepulangan Arhan itu.
“Papa, Papa,” teriak Bella kesenangan melihat Arhan yang sudah datang.
“Anak Papa baru mandi, wangi banget. Papa kangen banget,” kata Arhan sambil menggendong anaknya itu dan mencium pipi Bella bertubi-tubi membuat Bella kegelian.
“Kamu nggak bilang kalau udah jalan pulang Mas, aku pikir bakalan sampai malam,” kata Zahra menyuarakan isi hati dan pikirannya.
“Iya, ternyata bisa lebih cepat jadi aku langsung pulang aja,” kata Arhan sambil menatap Zahra. Baru sebentar menatap Zahra, pria itu mengernyitkan keningnya dan mendekat. “Kening kamu kenapa?” tanya Arhan sambil ingin memegang kening Zahra. Namun wanita itu segera menghindar.
“Gapapa Mas jatuh aja nggak sengaja,” jawab Zahra cepat sambil mengambil Bella dalam gendongan Arhan untuk mengalihkan. Bella memang belum memakai bajunya dengan sempurna, maka itu Zahra ingin melanjutkannya.
“Jatuh nggak sengaja gimana?” tanya Arhan.
“Aku nggak hati-hati, kesandung sama mainannya Zahra jadi aku jatuh dan kena meja,” kata Bella mencoba menjelaskan namun tak berani menatap Arhan.
“Meja yang ada di mana?” tanya Arhan penasaran.
“Meja yang di bawah Mas,” jawab Zahra cepat. “Lebih baik Mas Arhan mandi, mau main sama Bellakan? Habis dari luar, lebih baik mandi supaya bersih supaya Bella juga nggak kena virus,” kata Zahra menasehati. Arhan tersenyum mendengarnya.
“Ya sudah kalau gitu, tadi aku ada bawa makanan dari Bandung. Aku udah minta Mbok Ayumi siapin, nanti kita makan bareng ya,” kata Arhan dan Zahra menganggukkan kepalanya. Arhan langsung saja keluar dari sana membuat Zahra menghela napasnya lega karena berhasil menyembunyikan hal itu dari Arhan. Setelah Bella selesai, Zahra membawa Bella turun ke bawah dan ingin memberinya makan. Zahra memang lebih dahulu makan dibandingkan yang lainnya. Zahra melakukannya sambil menemani Bella bermain. Tak butuh waktu lama untuk Bella menghabiskan makanannya dengan cepat.
“Wah anak Bunda hebat makanannya cepat sekali habisnya,” puji Zahra dengan senang membuat Bella tertawa.
“Minum,” kata Bella sehingga Zahra dengan sigap mengambil air untuk Zahra.
“Zahra,” panggil Arhan dengan keras. “Kamu bohong,” kata Arhan dengan kesal membuat Zahra mengernyitkan keningnya bingung.
“Bohong apa sih Mas? Kamu datang marah-marah kenapa?” tanya Zahra.
“Soal kening kamu, bukan karena mainan Zahrakan?” tanya Arhan marah dan jantung Zahra seketika berdetak dengan cepat. “Itu semua karena Maminya Meisya yang dorong kamukan?” tanya Arhan lagi membuat Zahra menggendong Bella dan bangkit berdiri.
“Kamu tahu dari mana Mas? Mbok Ayumi yang kasih tahu kamu?” tanya Zahra membuat Arhan terkejut.
“Jadi Mbok Ayumi tahu tentang ini tapi nggak ada yang mau kasih tahu aku?” tanya Arhan marah. “Mobok Ayumi!” panggil Arhan cukup keras.
“Mas, nggak perlu teriak-teriak. Jadi Mas Arhan tahu dari mana?” tanya Zahra lagi.
“Mbok! Mbok Ayumi!” panggil Arhan lagi. Mbok Ayumi beserta Narti datang dengan tergopoh-gopoh.
“Kenapa den? Ada yang bisa Mbok bantu?” tanya Mbok Ayumi.
“Kenapa Mbok nggak bilang sama saya kalau Maminya Meisya tadi datang dan buat kekacauan di rumah. Tadi saya tanya baik-baik apakah semuanya aman dan Mbok bilang aman. Saya udah titip rumah sama Mbok, tapi kenapa kayak gini? Kenapa nggak bilang saya dengan apa yang terjadi? Kalau sesuatu terjadi sama Zahra gimana?” tanya Arhan marah. Mbok Ayumi menatap Zahra sebentar lalu menundukkan kepalanya.
“Maaf den,” cicit Mbok Ayumi pelan.
“Udah Mas, ini salah aku. Aku yang minta Mbok Ayumi untuk nggak bilang sama kamu,” kata Zahra pelan. “Jadi jangan marahin Mbok Ayumi, marahin aku aja,” kata Zahra lagi.
“Kenapa? Kamu nggak mau aku tahu?” tanya Arhan marah pada Zahra.
“Iya, aku emang kamu nggak mau tahu. Karena kalau kamu tahu respon kamu akan seperti ini. Aku nggak mau kamu marah dan akhirnya marah sama Tante Hanna. Terus Tante Hanna bilang aku ngadu sama kamu dan ngejelek-jelekin aku lagi. Tante Hanna akan nuduh aku lagi dan bersikap kasar lagi sama aku. Emang kamu mau aku diperlakukan seperti itu?” tanya Zahra yang sudah tak lagi bisa menahan dirinya. Narti mengambil Bella dari gendongan Zahra dan pergi dari sana.
“Mbok Ayumi boleh ke belakang, biar saya aja yang bahas ini sama Mas Arhan. Saya minta maaf karena permintaan saya buat Mbok jadi dimarahi. Makasih ya Mbok,” ucap Zahra sambil memaksanya senyumnya.
“Maaf ya Non,” kata Mbok Ayumi tak enak hati. Wanita paruh baya itu meninggalkan Zahra dan Arhan yang terlihat bersitegang.
“Kalau kamu emang mau mencoba menenangkan aku harusnya kamu nggak perlu bohong. Kamu harusnya jujur aja sama apa yang terjadi dan minta aku untuk nggak marah, mudahkan? Kenapa harus bohong sih? Kalau tadi aku nggak lihat CCTV kamu nggak akan mau jujur sama akukan? Jadi aku akan menjadi orang yang nggak tahu apa-apa. Kamu pikir aku senang lihat kamu dituduh seperti itu? Kamu udah diperlakukan kasar seperti ini, emang kamu pikir aku akan gimana?” tanya Arhan masih marah.
“Jadi kamu tahu dari CCTV Mas?” tanya Zahra memastikan sambil melihat sekeliling dimana letak CCTV tersebut.
“Nggak ada yang tahu kalau aku pasang CCTV di rumah ini kecuali aku sama Meisya. Sekarang kamu tahu itu karena sebentar lagi kamu akan tinggal di sini, aku kasih tahu kamu supaya kamu juga waspada. Jadi kamu jangan coba buat bohong lagi sama aku, apapun itu jujur aja. Kita belum nikah aja kamu udah bohong kayak gini, gimana nanti kalau udah nikah? Kamu akan tetap berbohong sama aku?” tuduh Arhan membuat Zahra menghela napasnya panjang.
“Kamu nggak tahu rasanya jadi aku gimana Mas. Semua yang kulakukan serba salah, apapun yang akan aku lakukan salah. Aku hanya mencoba menjaga kepercayaan kamu tadi untuk menjaga Bella, tapi tante Hanna datang karena mau bawa Bella. Aku minta supaya izin sama kamu, tapi ujungnya aku dihina dan dituduh di bilang nggak punya hak dan sebagainya. Kalau aku bilang sama kamu semua itu, kamu akan marah sama Tante Hannakan? Lalu yang akan dihina lagi siapa? Aku Mas, bukan kamu! Jadi tolong jangan ikut menuduhku seperti itu, kamu mau nuduh aku juga sama seperti yang lainnya? Aku punya alasan kenapa melakukan itu,” kata Zahra menjelaskan. Wanita itu duduk di sofa dan mengusap wajahnya kasar untuk menyembunyikan kesedihannya dari Arhan. Sedangkan Arhan akhirnya menghela napasnya panjang dan ikut duduk di samping Zahra.
“Maaf kalau aku udah keterlaluan sama kamu, maksud aku bukan seperti itu. Aku hanya nggak suka aja kamu bohong. Aku juga nggak terima sama perbuatan Maminya Meisya, aku gagal buat lindungi kamu. Padahal aku udah janji mau ngejaga kamu, gimana kalau Papa kamu tahu luka itu karena aku. Pasti Papa kamu juga akan marah, aku minta maaf,” kata Arhan pelan.
“Bukan salah kamu Mas, ini karena Tante Hanna bukan karena kamu. Ini luka kecil, aku bisa cari alasan lain nanti kalau ditanya,” jawab Zahra.
“Aku salah karena udah nuduh kamu dan marah sama kamu, maaf ya. Aku hanya khawatir sama kamu, aku nggak mau kamu terluka,” kata Arhan menenangkan.
“Iya Mas gapapa, aku juga kurang hati-hati. Lain kali aku akan hati-hati,” kata Zahra. Arhan hendak memegang kening Zahra namun wanita itu langsung bergerak mundur.
“Kamu mau ngapain Mas?” tanya Zahra panik.
Hal itu membuat jarak keduanya sangat dekat, maka itu Zahra langsung mundur. Bagaimanapun Zahra merasa tak nyaman seperti itu pada Arhan. Bagi Zahra saat ini Arhan masihlah suaminya Meisya, ia tak mau berada disituasi yang aneh. Selama ini keduanya tak pernah sedekat itu.
“Mau mastiin luka kamu nggak terlalu berat, emang udah diobatin?” tanya Arhan perhatian.
“Udah, Mbok Ayumi tadi yang bantu aku untuk obatin,” jawab Zahra dengan cepat agar Arhan tak lagi bertanya dan menatapnya sangat dekat seperti itu. “Kenapa kamu pasang CCTV Mas?” tanya Zahra yang penasaran dengan itu.