08 : Saling Save Ya Gaes Ya ...

2230 Kata
“Tok, tok ...” El bersuara di ambang pintu kamar Nakia, kemudian dia bersandar di kusen dengan kedua tangan terlipat di dadaa. “Lagi sibuk, Mbak?” “Nonton film doang. Kenapa memangnya, El?” Nakia mem-pause film Me Before You yang baru seperempat dia lihat. Mood Nakia hari ini ingin menonton yang sedih-sedih, kalau bisa sampai matanya bengkak dan hidungnya beringus. Entah kenapa bawaannya ingin bergalau ria, terlepas dari kenyataan tidak ada masalah yang terjadi. Semuanya baik-baik saja. Selama puluhan menit film diputar tadi, feel sedihnya belum terasa. Masih secuil menyentuh hati Nakia. Mungkin nanti di pertengahan atau menjelang ending baru benar-benar menguras air mata—mungkin. “Kabar Felix gimana? Kalian masih sama-sama atau udah Mbak putusin karena Mbak ‘kan anti LDR.” “Oh, itu ... udah putus, kok. Kami temenan sekarang.” “Jadi, Mbak nggak ada pacarnya?” “Untuk saat ini, ya. Kenapa sih, El? Mendadak kepo banget jadi orang.” “Nggak pa-pa, cuma mau tau aja.” El tersenyum tipis, menegakkan punggungnya dan mengangguk. “Ya udah, silakan lanjut nonton. Aku mau balik kamar. Maaf sempat ganggu me time-nya, Mbak.” “Iya, iya. Pintunya jangan lupa ditutup, ya ...” Seperginya El dari kamar, Nakia kembali menatap layar televisi. Film berlanjut dan dia memperhatikan adegan demi adegan yang berputar di layar. Satu jam kemudian Nakia membuang tisu ke tempat sampah, bekas mengusap air mata yang keluarnya tak seberapa. Jujur saja filmnya tidak terlalu sedih. Nakia sedikit kecewa, padahal ekspektasinya besar. Efek termakan review orang-orang yang katanya sudah nonton, tetapi tidak mau rewatch lagi karena saking sedihnya. Wajar tidak mau rewatch lantaran cukup hanya ditonton sekali, tidak untuk yang kedua kali mengingat alurnya biasa saja. Dibanding simpati pada Louisa yang ditinggal mati William, atau pada William yang menderita komplikasi kelumpuhan yang tidak bisa sembuh, Nakia lebih bersimpati pada Patrick. Pria itu korban yang sesungguhnya. Bayangkan hubungan tiga tahun mereka kandas hanya karena Louisa memilih membantu Will yang notabene orang baru di hidupnya. Nakia tebak, perasaan Louisa pada Will hanya sebatas rasa kasihan, bukan cinta. Mana ada cinta tumbuh dalam jangka waktu yang cepat, kalau pun ada tidak akan mungkin terlalu dalam. Jadi, kehilangan Will setelah kematiannya hanya bersifat sementara, setelah bertemu orang baru Louisa pasti akan melupakannya. Ah, mungkin hanya dia yang berpikir seperti itu karena dia berada di pihak Pat. Meskipun Pat kurang tampan dan mapan dari Will. Jam menunjukkan pukul dua lewat lima menit. Nakia memutuskan mencari makan di luar karena lagi tidak selera makan masakan rumah. Ibunya tadi pergi dari jam sepuluh dan belum pulang sampai sekarang. Katanya ke tempat Tante Aura, pasti seru banget obrolan mereka makanya sampai lupa rumah dan lupa sama anak-anaknya. “El, mau nitip sesuatu, nggak? Mbak mau keluar!” teriak Nakia di depan kamar El. “Al mana? Jangan bilang dia belum pulang dan keluyuran pake seragam sekolah?” “Ayam geprek aja! Iya, Al jalan sama pacarnya!” El balas berteriak. Dia main game tanpa earphone, makanya mendengar suara serta gedoran kakaknya di depan pintu. “Omelin nanti kembaranmu. Minimal kalo mau bawa pergi anak orang, pulang ke rumah dulu, ganti baju sama pake parfum banyak-banyak biar nggak bau asem!” Nakia menuruni tangga sambil menggerutu. Ada-ada saja kelakuan adiknya. Mentang-mentang ganteng jadi bodo amat sama penampilan. Bayangkan seragam yang sudah menyerap keringat itu dibawa memutari salah satu mal Jakarta? Bukannya kelihatan keren, yang ada malah membuat Nakia mengernyit jijik. Apalagi kalau naik motor dan peluk-pelukan. Apa tidak sakit kepala gara-gara mencium bau badan yang menyengat? Mana cuacanya panas lagi, lengkap sudah penderitaan. Setibanya di garasi, ponsel yang Nakia genggam terasa bergetar. Ada pesan baru dari Zachary setelah seharian ini mereka tidak saling chat an. Zachary ‘kan jadwalnya pagi, karena Nakia tidak ingin mengganggu, makanya dia memilih untuk tidak menghubungi pria itu. Ngomong-ngomong mereka cukup dekat sekarang. Ah, apa bisa dikatakan dekat kalau sudah makan bareng, bertukar pesan, dan bertukar informasi tentang satu sama lain? Meskipun masih informasi seputar anak ke berapa dari berapa bersaudara, alumni mana, dan alasan kenapa memilih pekerjaan sekarang. Menurut Nakia lucu sekali cara pendekatan seperti ini. Nyaris sama seperti interview kerja saja. Sudah lama dia tidak mengalaminya. Jika di Aussie lebih tho the point, maka di Indonesia harus benar-benar mengenal dulu, ada perasaan dulu, baru menjalin hubungan. Bagusnya sih saling mengenal dulu supaya tahu tentang satu sama lain, sayang sisi negatifnya bisa membuang-buang waktu kalau seandainya pendekatan tersebut tidak berhasil. Rugi sekali kedua belah pihak, sudah jauh-jauh melangkah eh harus kembali ke tujuan awal gara-gara tidak memiliki kecocokan. Senyum Nakia merekah setelah membaca pesan Zachary. Ah, pria ini kaku-kaku tapi perhatian. Kenapa Nakia sebut perhatian? Baca saja sendiri ... Zachary: [Sebentar lagi jadwal saya berakhir. Mau dibelikan sesuatu untuk camilan siang?] Zachary pria yang royal. Semakin mengenal Zachary, semakin Nakia tertarik padanya. Di Aussie dia tidak suka berkencan dengan rekan kerja, tetapi di Indonesia ... boleh dicoba. Lagian terlalu sayang dilewatkan, kalau kata Khamini ... Zachary ini spek serbuk berlian. Kalau sampai kencan beneran, fix kisah mereka benar-benar seperti sinetron. Diawali tabrakan, berakhir sayang-sayangan. Jiakkkhhh! Nakia: [Nggak usah. Ini mau keluar beli sendiri. Kerja bagus untuk hari ini, Dokter Zach. Pasien-pasien kecilmu mengucapkan terima kasih banyak! Selamat istirahat!] Setelah mengirim, Nakia langsung memasuki mobil. Mazda 3 ini mobil pertamanya yang dihadiahkan ayah saat Nakia berulang tahun ke 25. Warnanya merah mencolok, wajar saja jadi pusat perhatian sewaktu dia jadi perawat baru dulu. Selain dokter, kebanyakan perawat di rumah sakit menggunakan motor, naik ojek online, MRT, atau angkutan umum lainnya untuk menunjang pekerjaan mereka. Hanya Nakia yang berbeda. Mungkin dari sana juga cibiran dimulai, dia dianggap tuan putri yang bekerja untuk mengisi waktu kosong saja. Soalnya lebih besar uang jajan yang dikasih bapaknya daripada gaji yang diterima. Nakia sendiri tidak menyangkal, toh memang benar. Terkecuali alasan kenapa dia bekerja. Dia benar-benar menyukai dunia keperawatan, makanya berkuliah di luar negeri dan mengambil jurusan itu. Di Indonesia ada banyak universitas dengan jurusan keperawatan yang sudah terakreditasi dan berstandar internasional, tetapi alasan Nakia bukan sekadar itu. Dia ingin memperluas koneksi, ingin mendapat pengalaman baru di tempat baru, dan peluang karier setelah lulus pun jauh lebih besar. Orang tuanya juga mendukung, baik secara moril maupun materi. Jadi, tidak ada alasan kenapa, selagi segalanya memungkinkan bagi Nakia. *** Semangat juang Radhi bangkit setelah menerima informasi tentang status Nakia. Kata Raras—berdasarkan keterangan yang didapat dari El—Nakia putus dengan mantan terakhirnya yang bernama Felix, tepat tiga minggu sebelum kepulangan Nakia ke Indonesia. Mereka sekarang berteman. Pertemanan yang bagus sampai-sampai Nakia tidak menghapus fotonya bersama Felix di IG. Cih! Nakia memang pilih kasih. Dengan mantan lain dia masih menjalin komunikasi dengan baik, sementara Radhi? Di-cut off selama bertahun-tahun, dan baru saling menyapa setelah bertemu sebagai rekan kerja di tempat yang sama. Apa mungkin Radhi hanya dianggap cinta monyet semasa SMA? Makanya tidak memorial dan spesial. Apalagi saat itu Nakia masih muda, 17 tahun. Umur segitu memang lagi labil-labilnya. Masih gampang suka sama seseorang dan gampang juga melupakannya. Nasib memacari anak ABG. Berbeda dengan Radhi yang kala itu sudah 24, meski belum mapan tetapi keinginan untuk ke jenjang serius membara bagaikan api. Makanya dia sungguh-sungguh pada Nakia. Cita-citanya bahkan ingin menikahi gadis itu di umur 27, sayang semuanya kandas. Radhi yang diputusi, Radhi yang ditinggal, Radhi pula yang gagal move on. Ha, pria setampan, segagah, sekeren, dan sekaya dirinya memiliki hati Hello Kitty. Radhi adalah definisi dari lirik lagu ... Kau tinggalkan aku kutetap di sini Kau dengan yang lain kutetap setia Tak usah tanya kenapa, aku cuma punya hati ... Aku cuma punya hati Tapi kamu mungkin tak pakai hati ... Radhi: [Udah Abang top-up in shopeepay-nya. Jangan lupa bagi uang jajan ke El.] Setelah mengirim pesan ke Raras, Radhi mengantongi ponsel dan berjalan dengan senyum semringah. Ery yang berada di depan langsung berbinar-binar karena mengira Radhi tersenyum padanya. Kepercayaan diri Ery meningkat, pikirnya dalam beberapa menit ke depan pasti ada hal baik yang akan terjadi di antara mereka. “Kenapa, Dok? Ada sesuatu ya di muka saya?” tanyanya sambil menangkup pipi. “Hm?” Kening Radhi tiba-tiba mengerut. “Apa memangnya?” “Eh?” Ditanya balik membuat Ery bingung, sementara Radhi pun tak kalah bingung. Jadilah mereka sama-sama bingung. “Oh, nggak ada, ya.” Nada suara Ery berubah, sudut bibir yang tadi melengkung ke atas kini membentuk garis datar. “Abaikan aja, Dok. Tadi saya cuma basa-basi.” Radhi langsung mengangguk-angguk. “Ngomong-ngomong kau ada urusan apa? Katakan selagi aku masih di sini.” “Dokter ada kesibukan apa setelah shift malam selesai?” “Nanti malam? Kurasa hanya pertemuan biasa antar pria. Kenapa memangnya?” “Itu, mmm ...” Ery menggigit bibir bawah. Kecewa sekali tidak lantas membuatnya menyerah. Masih ada rencana cadangan. “Mau jalan, nggak? Berdua. Temen saya baru buka cafe. Saya diundang ke sana.” “Oh, sayang sekali. Kau terlambat, Ry. Teman-temanku sudah—” Melihat Ery kembali menggigit bibirnya, Radhi mengeluarkan jurus andalan untuk menenangkan para perempuan. “Nanti berdarah ...” Ibu jari Radhi menekan pelan dagu Ery, lalu menariknya hati-hati. “Lain kali, aku yang mengajakmu jalan berdua. Jadi, Ry, untuk sekarang tidak boleh kecewa. Mengerti?” Hati perempuan mana yang tidak lumer? Apalagi diberi tatapan intens yang mendebarkan. Pipi Ery langsung merona, tentu saja. Dia bahkan berbunga-bunga sekalipun ajakannya belum diterima. “Iya, Dok. Saya tunggu, ya.” “Nah, tersenyum seperti ini baru kelihatan cantik.” Mission complete! Kalau tidak ingin pergi, jangan blak-blakan menolak. Minimal pakai cara yang halus supaya tidak menyakiti hati orang yang mengajak. Cobalah tips dari Radhi ini. Dijamin ampuh! Sudah teruji secara klinis soalnya. *** Malamnya Radhi langsung menuju tempat dia dan Jeremy membuat janji temu, yaitu cafe bar milik Jonathan. Kerjaan sampingan adik Jeremy itu memang unik, siang berkutat dengan setumpuk berkas di kantor kejaksaan. Malamnya jadi barista, terkadang berthender juga. Pokoknya suka-suka Jonathan saja. “Udah lama nunggunya?” tanya Radhi setelah tiba. Keduanya melakukan fist bum sebagai salam, lalu Jeremy menepuk pundak Radhi sebagai bentuk sapaan. “Nggak juga. Langsung dari rumah sakit ke sini, Bang?” “Iya, tapi aman, shift malam gue cuma dua jam. Udah mandi dan wangi tentunya.” Jeremy tergelak, dia kemudian mempersilakan Radhi duduk. Sementara itu Radhi sempat melambaikan tangan ke arah Jonathan yang sibuk melayani pelanggann. “Cewek semua itu. Udah pasti tujuan mereka ke sini cuma mau lihat Jo. Iya, kan?” “Memangnya apa lagi? Nggak cuma satu atau dua yang berhasil Jo bawa ke tempat tidurnya.” Jeremy mendengkus pelan, adiknya memang berengsekk yang beruntung, berbisnis dengan double untung. “Tapi ini serius nggak ngundang Ben lagi?” “Nggak. Lo bilang Nakia bakal datang juga, kan? Gue nggak mau bajingann itu jelalatan sama dia.” Jeremy menyeringai. “Posesif, huh?” “Whatever you say!” Seorang waitress mendekati meja mereka, kemudian meletakkan sebotol patron silver untuk Jeremy dan coffe latte untuk Radhi. “Ini dari bos,” ujarnya, setelah itu langsung beranjak pergi. Sebagai ucapan terima kasih, Radhi mengangkat mugnya ke arah Jonathan lalu menyesapnya perlahan. Jonathan mengangguk sekali dengan sebuah seringaian, tanda meminta Radhi menikmati apa yang dia sajikan dan katakan saja kalau membutuhkan sesuatu. Jonathan adalah tuan rumah yang ramah bagi mereka yang sering berkunjung, dia akan memenuhi semua permintaan pelanggannya. “Jangan sering mengonsumsi alkohol. Ingat kesehatan, Jer. Tante Aura bakal jantungan liat lo pulang dalam keadaan sempoyongan.” “Sebotol nggak bikin gue mabok, Bang,” katanya sambil menegak dalam sekali tegukan. “Liat arah jam sembilan.” Radhi menoleh ke arah yang dimaksud dan tatapannya langsung terpaku. Mengabaikan kebisingan di sekitar, seperti slow motion Nakia berjalan ke arah mereka. Bagaimana tungkai kaki itu bergerak atau rambutnya yang digerai bergoyang, semua tidak luput dari pengamatan. Radhi menelan ludah. Padahal tadi dia sudah minum, tetapi sekarang masih kehausan. Kehausan akan sosok Nakia. Jiakkkhhh! “Abang! Kakak! Maaf telat,” ringisnya dengan raut wajah bersalah, kemudian buru-buru menempati kursi di sebelah Jeremy. “Tadi bapak cerewet, minta dipijitin kaki lah, kepala lah. Pokoknya gitu deh.” “Tumben? Biasanya manja terus ke tante. Memang lo ngomong izin keluarnya gimana?” tanya Jeremy dengan sebelah alis terangkat. “Mau kumpul-kumpul sama Abang.” “Oh, pantas.” “Kak Jemy sama Kak Jo disebutin juga, kok.” “Mungkin pas bagian itu om nggak denger.” Jeremy terkekeh geli, setelahnya menyikut Radhi. “Nggak disapa, nih? Apa cuma mau diliat sampai puas aja?” Radhi langsung tersadar, dia berdehem sambil menyugar rambut. “Dikasih apa Anita sampai mau tukeran shift?” “Nggak dikasih apa-apa, kok. Cuma pas waktu shift malamnya nanti, aku yang gantiin sehari,” jawab Nakia bersemu. “Udah, jangan bahas kerjaan di tempat kerja. Aku jadi takut, berasa ketemu guru BK waktu bolos.” Gelak tawa Radhi terdengar begitu lepas. Bayangkan, hal sesimpel ini saja membuatnya bahagia, bagaimana dengan yang lain? Semisal ya, semisal Radhi mengejar Nakia kembali, bagaimana? Jujur saja mau melupakan pun sulit baginya. Sudah sejauh ini juga. Toh CLBK sah-sah saja, kan? Tidak ada larangan. “Kia udah save nomor Abang?” celetuk Radhi tiba-tiba. “Memang Abang save nomor Kia?” “Kalo gitu kita saling save mulai dari sekarang.” Jeremy langsung bersiul. Sebagai penonton dan pendengar, dia tidak sabar menunggu sesuatu yang mengejutkan dari mereka. Kalau dari pihak prianya bucin, biasanya sampai ke lubang semut pun akan dikejar. Pantang menyerah sebelum mendapatkan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN