Bab 8

2432 Kata
HAPPY READING *** “Sweet Jesus.” Bisik Eros. Kenny merasakan jemari Eros menelusuri punggungnya dari belakang, pria itu lalu mengecup bahunya dengan lembut. Kecupan itu memberikan getaran pada tubuhnya. Kenny menelan ludah, ia reflek menelusuri tangannya di d**a bidang Eros. Ia merasakan otot bisep dibalik kemeja itu. Tubuh Eros berbentuk V, ia yakin pria itu menjaga tubuhnya dengan baik dan olahraga teratur. Jujur ia ingin sekali memandang tubuh pria Eros tanpa mengenakan kemejanya, ia yakin bahwa tubuh Eros sixpack yang di dambakan semua wanita. Entah apa yang merasukinya, ia perlahan membuka kancing kemeja Eros, satu persatu. Eros memandang Kenny, dan membiarkan Kenny membukanya. Kenny menelan ludah, ia sudah berhasil membuka kemeja Eros, lihatlah betapa sexynya Eros bertelanjang d**a. Tubuh Eros begitu bagus, sebenarnya ia bukan wanita yang mudah terangsang melihat pria memiliki d**a bidang, perut six pack, bisep dan trisep yang perfect. Ia hanya kagum jika melihat pria memiliki tubuh seperti ini. Perlu diingat bahwa terangsang dan kagum merupakan dua hal yang berbeda. Ketika terangsang maka ia perlu seks untuk menyalurkannya. Sedangkan kagum, ia memuji para pria yang hardwork, perjuangan yang telah dilakukan pada tubuh idealnya. Seberapa rajin, Eros ngegym? Apa yang membuatnya serajin ini? Bagaimana cara membunuh rasa malas? Dirinya saja jarang sekali berolahraga, bahkan jika weekend ia lebih suka bangun lebih siang. Dulunya Eros gemuk atau kurus? Atau badannya saat muda, sudah seperti ini? Apa dia pria yang menjaga pola makan? Apa rahasiannya? Pola latihannya berapa? Latihan angkat beban, berapa berat? Apa dia pernah cedera saat gym? Kenny menyentuh d**a Eros secara perlahan, sehingga membuat Eros memejamkan mata, merasakan sentuhan Kenny. “Oh God,” desis Eros, karena sentuhan Kenny sangat lembut. Eros membuka matanya, ia menatap Kenny. “Perfect,” ucap Kenny pelan. “Kamu suka?” Tanya Eros. “Aku kagum,” ucap Kenny pelan, tubuh Eros memang bukan seperti binaragawan, porsinya pas tidak berlebihan menurutnya, sangat enak dipandang. Eros tersenyum, jujur ia suka Kenny memujinya. Eros menarik dress yang dikenakan Kenny ke atas, namun Kenny menahannya. Mereka saling berpandangan satu sama lain beberapa detik, Kenny tidak tahu apa yang harus ia lakukan ia lalu membiarkan Eros melakukannya. Dress nya sudah berhasil Eros loloskan dan tergeletak di lantai. Eros menatap tubuh Kenny, yang hanya mengenakan g-string dan strapless bra berwarna hitam. Ia pernah melihat tubuh Kenny sebelumnya saat mabuk kemarin dan sekarang ia melihatnya lagi dalam keadaan sadar. Eros membungkukan badanya, ia memandang tato typing di bawah d**a samping itu, ia mendekati dan menciumnya pelan. Kenny memejamkan mata, merasakan kelembutan kecupan Eros. Ia tidak tahu apa yang dipikirannya, membiarkan Eros mencumbunya seperti ini. Ia tidak bisa menolak pesona Eros. Eros menarik pinggang Kenny merapat ke tubuhnya, hingga tubuh itu tidak ada jarak. Eros mambawa tubuh Kenny ke tempat tidur. Eros sudah mengurung tubuh Kenny dan Kenny menelusuri tubuh Eros secara perlahan. Eros tidak bisa menahan diri lagi ia lalu melumat bibir Kenny begitu saja. Sedetik kemudian pandangan Kenny agak kabur, ia merasakan bibir Eros sudah menyerangnya secara ganas. Tangan kiri Eros menelusuri dadanya dan sedangkan tangan kanannya memaksa dirinya untuk mendongak agar lebih bebas mencumbunya. Kenny membuka bibir dan membuat Eros menyerangnya lebih ganas lagi. Lidah Eros mengeksplor mulutnya, menghisap dan mengigit bibirnya. Kenny membalas balik kecupan Eros tidak kalah ganasnya membuat libidoya naik, setuhan-sentuhan jemari Eros membuatnya mendesah. Eros memang mimpi buruknya, namun ia tidak sanggup menolak pesona Eros. Kenny memang sudah mencoba menghindar, namun tetap saja lagi-lagi jatuh dalam pelukan pria itu. Ia sekarang tahu kenapa banyak pria dan wanita memilih pacaran, alasan terkuatnya yaitu libido dengan alibi test jodoh. Banyak yang melakukan test rasa sebelum naik peringkat menjadi calon suami. Kenny merasakan tangan Eros menyentuh punggungnya dan melepas tali branya dengan satu tangan, tanpa melepaskan kecupanya. Kenny menyeimbangi kecupan Eros, bibir mereka saling berpangutan tanpa ada yang ingin mengakhiri. “Eros,” ucap Kenny pelan, ketika Eros memberiinya waktu sedetik untuk bernafas. Kenny merasakan bibir Eros menyerangnya lagi, dan membuatnya mendesah, suara-suara kooperatif tanpa perintah terdengar dari bibir mereka. Mereka tidak tahu kapan kecupan ini berakhir, tidak ada yang bisa menghentikannya. Beberapa menit berlalu Eros melepaskan kecupannya, bibirnya turun ke leher Kenny. Eros memainkan lidahnya di leher, ia menghisap dan lalu mengigit. Kenny tidak bisa berpikir jernih, bibir Eros turun ke d**a dan membuatnya mengerang. Bibir Eros turun ke bawah mengecupnya dan lalu memainkan lidahnya di sana. Kenny kembali mendesah dan tubuhnya berdenyut hebat. Eros membuka tungkai kaki Kenny agar ia bisa melakukan itu lebih dalam. Eros mendengar Kenny mengerang membuatnya tambah bersemangat, mereka melakukan ini dalam keadaan sadar, rasanya lebih nikmat dari pada kemarin yang mereka lakukan. Ia dan Kenny hanya meneguk bir bintang dengan kadar alkohol nol persen tanpa mempengaruhi apa-apa dalam tubuh mereka. Tubuh mereka berdua bereaksi, Kenny tahu bahwa ia sangat cocok berhubungan intim dengan Eros. Kenny tahu bahwa Eros pasti sangat berpengalaman memanjakan wanitanya. Ia hilang control dan sungguh menikmatinya. Tidak hanya memainkan lidah dan menghisap, kini lidah itu berganti dengan jemarinya dan bibirnya menghisap d**a. Membuat Kenny mendesah kesekian kalinya. Ritme jemari Eros awalnya pelan sekian menit berlalu ritmenya semakin cepat. Tubuh Kenny menegang dan kemudian bergetar, ia mencengkram bahu Eros, ia mendepat klimaks pertamanya. Kenny merasakan nikmat luar biasa, ia mengatur nafasnya yang sulit diatur. Eros menatapnya, “Better?” bisik Eros. Kenny mengangguk, “Yes.” Tidak berhenti sampai di situ, Kenny kini yang kini mengambil kendali, ia berada di atas, membuat Eros mendesah nikmat. Sekian menit berlalu, mereka lalu menyatukan tubuhnya ke tubuh Eros. Seluruh partikel-partikel itu menyatu menjadi senyawa baru. Mereka dua orang yang sama-sama suka menemukan malam yang berwangi mimpi yang indah. *** Satu jam kemudian, Eros memeluk tubuh Kenny, mereka telah melakukan hubungan intim yang dahsyat, jujur ia sudah lama tidak merasakan nikmatnya bercinta seperti ini. Eros mengelus punggung Kenny secara perlahan dan ia mengecup puncak kepala Kenny dengan lembut. “Boleh tanya sesuatu?” Tanya Kenny, ia berada dalam pelukan Eros. Eros memandang Kenny, “Apa?” “Kapan kamu merasa bahagia?” Tanya Kenny penasaran. Eros melirik Kenny ia mengecup lagi puncak kepala itu lagi, “Aku merasa bahagia pertama ketika terbangun dari mimpi indah dari tidur nyenyak. Kedua, ketika puas menyantap makanan lezat, dan terakhir ketika selesai melakukan s*x yang terasa nikmat sekali.” “Kalau kamu apa?” Tanya Eros. “Sederhana sih, di kasih kado, dibeliin yang aku pingin, dimasakin makanan apalagi itu makanan kesukaan aku, bisa menangis terharu.” “Di sini dalam konteks aku nggak tau loh ya, bukan direncanakan. Lebih kepada orang yang peduli dan peka atas apa yang aku butuhkan. Itu sangat menyentuh hati.” “Siapa yang pernah melakukan itu?” “Sahabat aku, Ova.” Alis Eros terangkat, “Dia sudah melakukan untuk kamu apa saja?” “Misalnya kalau aku lagi dismenore, dia membelikanku makanan hangat seperti soto bogor, dan teh hangat. Dia juga menyediakan aku obat pereda nyeri, jujur dia sangat telaten mengurus aku dulu di kost. Aku merasa dia sangat peduli lebih dari sekedar keluarga. Dia selalu tahu jadwal mensturasi aku. Dia sahabat yang sangat perhatian, wajar kalau Victor menyukainya, karena dia sangat perhatian.” “Dia selalu memperhatikan hal-hal kecil lainnya. Aku orang pertama yang kehilangan dia, ketika dia memutuskan pindah kemarin. Aku bahkan menelfonnya setiap hari, menanyakan kabarnya. Apakah dia baik-baik saja selama kerja di tempat Victor.” “Kalian best friend.” Kenny mengangguk, “Sepertinya begitu.” “Sama seperti aku dan Victor kalau begitu,” ucap Eros terkekeh. “Apa kamu merasa bahagia?” Tanya Kenny, memandang Victor. “Banyak sekali hal hidup ini membuatku gagal untuk tersenyum. Tapi aku berusaha mencari kebahagiaan aku. Saat ini bersama kamu, aku sudah menemukan satu kebahagiaan aku.” “Serius?.” “Serius Kenny, aku sudah memiliki semua. Harta, materi, property, kemapanan hidup, pekerjaan, pencapaian itu sudah ada di aku semua. Hanya satu hal yang belum aku dapatkan.” “Apa?” “Pasangan.” Kenny tertawa, “Kalau orang seperti kamu, gampang sih. Semua wanita pasti suka sama kamu. Hilang satu tumbuh seribu, sekelas putri Indonesia dan artis ternama dipersunting kamu, juga nggak bakalan nolaklah.” “I know, tapi aku akan mencari yang benar-benar membuat aku klik di hati, sepertinya susah. Cantik saja nggak cukup menjalin sebuah hubungan.” “Exaclty,” ucap Kenny terkekeh. Kenny menatap Eros lagi, “Kamu tinggal di Jerman?” “Iya.” “Apa culture shock yang kamu dapatkan ketika tinggal di sana?” Tanya Kenny penasaran. Eros tertawa, “Kamu mau tau tentang Jerman?” Kenny mengangguk, “Iya.” “Sebenarnya, saya nyaman hidup di Jerman, Jerman rumah kedua aku.” “Kenapa?” “Karena nyaman tinggal di sana.” Eros lalu berpikir sejenak, ia memandang Kenny, “Culture shock, dulu pertama kali ke Jerman, aku pernah di undang keluargaku yang baru menikah dengan orang Jerman. Aku berkunjung ke rumahnya, seperti biasa pencet bel, say hello, dipersilahkan masuk, otomatis aku copot sepatu dong ya. Tante dan om aku bilang, pakek aja sepatunya. Pakai sepatu di dalam rumah.” “Really?” “Yes. Beda rumah, beda aturan sih, enggak di pukul rata, ada juga yang menyuruh membuka sepatu mengenakan kaos kaki dan di dalam rumah ada yang dikasih sandal slop rumahan. Tapi kebanyakan menggunakan sepatu.” “Terus.” “Acara TV, kamu pasti akan kaget dengan penayangan TV di Jerman, kamu menghidukan TV akan ada acara esek-esek di channel TV public. Acara TV di sana tidak layak untuk ditonton menurut aku.” “Wah, aku baru tahu.” “Terus apa lagi ya, hari Minggu dan ruhezeit. Hari Minggu atau tanggal merah adalah hari libur, berlaku juga untuk toko-toko. Jadi pastikan hari sebelumnya belanja untuk kebutuhan. Sedangkan Ruhezeit itu jam tenang, di jam ini kamu jangan berisik, seperti menyalakan alat penyedot debu, atau menyetel music keras, biasa jam sepuluh malam hingga jam tujuh pagi.” “Banyak sih warga Indonesia yang sama sekali tidak menyesal tinggal di Jerman, mungkin kalau dilihat orang Jerman itu ngomongnya kasar, namun mereka sebenarnya ramah.” “Aku sebenarnya pernah tinggal di Australia, Amerika dan Jerman, tapi yang paling buat aku nyaman itu Jerman. Kamu mau ke Jerman?” “Ngapain ke sana?” “Ya, ngerasain aja tinggal di sana.” “Males ah, entar ribut lagi sama mantan istri kamu.” Seketika Eros lalu tertawa, “Jangan bahas dia.” “Oke.” Eros memandang Kenny, ia mengusap punggung itu secara perlahan, “Besok kamu kerja jam berapa?” “Seperti biasa jam delapan aku sudah harus di kantor,” ucap Kenny, ia mencari keberadaan ponselnya, ia melihat ponselnya berada di meja dekat tas nya. “Berapa gaji kamu di bank?” Tanya Eros, ia menatap Kenny. “Cukup lah, untuk makan, bayar kost, sama transportasi.” “Di atas sepuluh juta? Atau under sepuluh juta?” Tanya Eros, sebenarnya ia tidak terlalu memperhatikan gaji karyawan, karena itu urusan management. “Di bawah, kenapa?” “Kamu cukup uang segitu sebulan?” Kenny mengangguk, ”Cukuplah yang penting bersyukur aja.” Eros menyibak bedcover, ia mengenakan boxernya, ia mengambil dompet di celana dan dibawanya ke tempat tidur duduk di samping Kenny. Kenny memandang Eros, mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam bertulisan dengan nama Eros Carrigan. “Ini untuk kamu, pakai ini untuk keperluan kamu,” ucap Eros, menyelipkan kartu itu di tangan Kenny. “Unlimited?” “Iya.” Kenny mengambilnya dan meletakannya di nakas, ia kembali menatap Eros, pria itu mengecup puncak kepalanya. “Jangan ngekost di sana lagi, ya.” “Kenapa?” “Apartemen lebih layak untuk kamu.” “Nanti aku pertimbangkan,” ucap Kenny. Kenny menyibak bedcover ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Kenny membersihkan tubuhnya dan ia akan pulang ke kost, karena besok ia akan kerja. Sedangkan Eros, ia memilih duduk di sofa dan meneguk bir nya lagi. Ia bersandar di sofa, ia melihat tas Kenny di meja. Eros membuka tas itu dengan lancang, ia meraih dompet Kenny dan ia membuka dompet itu. Ia melihat uang seratus ribuan dua lembar dan beberapa kartu debit di sana. Ia melihat ID card dengan hologram garuda berwarna biru. Eros membuka dompetnya dan mengambil uangnya dan lalu ia masukan ke dalam dompet Kenny. Eros memasukan lagi dompet itu ke dalam tasnya, ia bersandar di sofa membuka kaleng bir nya lagi, ia meneguk bir itu untuk melepas dahaga. Eros mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, ia memandang Kenny dari kejauhan, wanita itu mengenakan handuk kimono. “I must go home,” ucap Kenny, ia mendekati sofa, mengambil dress dan bra nya di sana. “Enggak nginap sini?” Tanya Eros, padahal ia ingin tidur sambil memeluk wanita itu. “Enggak deh kayaknya, besok aku harus bangun pagi.” Eros mengangguk, ia tidak ingin memaksa Kenny untuk bertahan lebih lama kepadanya, “Yaudah kalau gitu, aku mandi dulu sebentar,” ucap Eros, ia meletakan kaleng bir nya dan melangkah menuju kamar mandi. Sementara Kenny mengenakan pakaiannya dan menyapu makeup tipis pada wajahnya. Beberapa menit berlalu, Eros sudah mengenakan pakaiannya kembali. Ia memandang penampilannya di cermin, ia menggulung kemejanya hingga siku, ia memandang Kenny yang sudah bersiap untuk pulang. Eros mendekati Kenny. “Besok kerja aku jemput.” “No, jangan. Soalnya kalau kerja, aku suka buru-buru, belum lagi macet di daerah grogol. Makan waktu lama,” ucap Kenny terkekeh. Kenny melirik jam digital diponselnya menunjukan pukul dua belas lewat dua puluh menit. Kenny beranjak dari duduknya, ia mengenakan high heelsnya lagi. Ia menatap Eros meraih jemarinya, ia tidak menyangka bahwa malam ini mereka tidur bersama. Mungkin ini hal gila yang pernah rasakan seumur hidupnya tidur dengan seorang pria tanpa memiliki ikatan apapun. Kenny melihat beberapa notif dari Andre yang belum ia buka. Mereka lalu keluar dari kamar hotel menuju elevator. **** Setengah jam kemudian, Mobil Eros sudah berada berada di depan gedung kost Kenny. Ia memandang Kenny, sebenarnya masih ingin berlama-lama dengan wanitanya. “Kamu capek?” Tanya Eros. Kenny mengangguk, “Iya, mau tidur, ngantuk,” ucap Kenny membuka sabuk pengamannya. “Kamu hati-hati di jalan,” ucap Kenny, ia membuka hendel pintu. Eros membuka power window memandang Kenny yang sudah keluar, “Kenny.” “Iya.” “Nanti aku hubungi kamu.” Kenny tersenyum dan mengangguk, “Iya.” “Selamat istirahat, kunci pintu kamar.” Kenny melambaikan tangan ke arah Eros, ia lalu masuk ke dalam pintu pagar. Kenny meninggalkan Eros begitu saja, ia menaiki tangga menuju lantai atas. Ia menoleh ke belakang, menatap mobil Eros masih di sana, sepertinya pria itu menunggunya masuk hingga ke dalam. Kenny membuka kunci kamarnya, ia melihat kamar Rubi masih gelap, ia yakin sahabatnya itu tidur di rumah sakit. Kenny membuka pintu kamar, menghidupkan AC dan ia menghamburkan tubuhnya di tempat tidur, menanti hari esok. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN