Bab 9

2441 Kata
HAPPY READING *** Keesokan harinya, Kenny membuka matanya secara perlahan, ia terbangun dari tidurnya, ia mendengar deringan ponsel tanpa henti. Kenny tidak menghiraukannya, karena ini hari sabtu, hari cutinya, jadi tidak ada orang yang mengganggu aktifitas tidur panjangnya. Rasa kantuknya melanda, ia kembali membenamkan dirinya ke bantal. Untuk masalah Andre dan Eros, ia masih tidak ingin bertemu dengan kedua pria itu, karena kedua pria itu membuatnya pusing. Kemarin ia menonaktifkan ponselnya seharian agar tidak diganggu Eros dan Andre. Flasback kejadian kemarin ia bersama Eros, hubungannya dan Eros mengalir begitu saja. Jika mengingat itu membuat wajahnya memerah. Mereka ternyata tidur bersama kembali. Setelah sesi bercinta, mereka tidak tidur, melainkan bercerita banyak hal di Eros bersandar di bantal-bantal dan dirinya bersandar di d**a Eros. Banyak yang Eros ceritakan tentang kehidupan pribadinya dan bercerita tentang kota Jerman, tempat yang membuatnya nyaman tinggal di sana. Akhirnya ia tahu bahwa hidup itu tidak selamanya putih, dan pacaran tidak mesti harus menikah cepat. Ia lalu berpikir, apa orang kaya seperti Andre dan Eros selalu menarik perhatian setiap wanita dengan uangnya? Ia pikir mereka tidak menarik perhatian dengan uangnya, namun mereka sangat loyal. Ia yakin Eros dan Andre pasti tahu bagaimana memperlakukan kekayaannya dengan baik dan benar. Mereka memiliki akuntan yang handal dan penasehat hukum pribadi, jika aset mereka berkurang walau 1 persen. Walau pria-pria kaya itu mendekatinya, ia harus tetap mandiri dan independent ia tidak akan tergoyah sedikitpun dengan uang mereka, ia bisa kok kerja keras dengan penghasilan sendiri tanpa mengharapkan uang mereka. Namun ia juga tidak suka cowok yang tidak bekerja, tidak memiliki motivasi untuk membangun karir. Ia akui bahwa banyak wanita yang tertarik dengan pria kaya dan tampan. Ganteng itu soal genetik, tidak melakukan papapun untuk mengubah hal itu. Ia juga akui bahwa ia tertarik dengan pria yang agresif, punya kekuatan, kepercayaan diri, otoritas dan memiliki identitas seperti Eros dan Andre. Kenny memandang ke arah ponselnya membaca pesan masuk, banyak sekali pesan dari Andre dan Eros di sana. Ia membuka pesan sepuluh dari dari Eros dan 10 panggilan tidak terjawab. Eros : “Kamu sudah tidur?” Eros : “Good night, Kenny.” Eros : “Kalau kamu sudah membaca pesan aku, dibalas ya.” Eros : “Hai, udah bangun?” Eros : “Kamu di mana?” Eros : “Aku mengkhawatirkanmu dari kemarin. Eros : “Kenny, tolong beri tahu keberedaan kamu. Aku kemarin ke kostan kamu, tapi kamu tidak ada.” Eros : “Kamu sebenarnya ada di mana? Apa aku menyakiti kamu kemarin?” Eros : “Please, please tolong hubungi saya, jika ponsel kamu sudah aktif.” Kenny menaikan kepalanya ke bantal, ia lalu merenggangkan otot tubuhnya. Ia hendak membalas pesan singkat dari Eros. Ia melihat jam digital pada layar ponsel menunjukan pukul 11.20. Kenny hendak membalas pesan singkat Eros. Namun ponselnya bergetar, ia memandang “Eros Calling.” Kenny menggeser tombol hijau pada layar, ia letakan ponsel itu di telinga kirinya. “Iya, halo,” ucap Kenny dengan suara khas bangun tidur. “Oh, Jesus,” suara Eros terdengar putus asa. “Kenny, apa kamu baik-baik saja?” Kenny menghela nafas, “Iya, aku baik-baik aja, Eros,” ucap Kenny. “Kenapa ponsel kamu dari kemarin tidak aktf? Kamu dari mana kemarin?” Timpal Eros to the point. Jujur ia merasa kesal karena Eros terlihat mengomelinnya, padahal ia baru bangun tidur, bahkan ia belum sempat mencuci muka dan mensikat giginya. “Kemarin aku kerja seperti biasa, cuma aku lagi rehat seharian, enggak mau diganggu siapa-siapa.” “Kamu marah sama aku?” Tanya Eros. “Enggak, aku nggak marah, aku cuma mau istirahat aja. Ini aku baru bangun tidur,” ucap Kenny menjelaskan. “Kamu baru bangun? Ini sudah jam sebelas lewat Kenny.” “Ya, karena kalau weekend aku senang tidur sampe siang Eros, aku mau istirahat full di hari libur aku. Tolong hargai jam istirahat aku. Karena setiap hari aku berkutat menghadapi nasabah yang melelahkan.” Eros paham apa yang di alami oleh Kenny, “I know, apa kamu sengaja menghindari aku,” Tanya Eros lagi. “Enggk, Eros.” “Can, I see you today?” Tanya Eros. “Mau kemana?” “Enggak ke mana-mana?” “Makan siang.” “Aku lihat dulu ya, jadwalku.” “Apa kamu ada janjian dengan pria yang mengajak kamu kemarin?” Tanya Eros. “Enggak ada, cuma aku perlu waktu. Aku mau istirahat, biasa kalau istirahat gini, aku senengnya di Kasur aja.” “Aku jemput kamu jam satu, kita lunch.” “Haduh, kamu ini!” seru Kenny, ia belum sempat menjawab sang pemilik ponsel sudah mematikan sambungan telfonnya begitu saja. Kenny menghela nafas, ia menatap ponselnya lagi. Ia melihat ada beberapa 11 pesan dari Andre dan 11 panggilan tidak terjawab dari pria itu. Andre Mallory : “Kenny tolong angkat telfon aku. Kamu di mana?” Andre Mallory : “Aku sedang menungggu jawaban kamu.” Andre Mallory : “Ponsel kamu tidak aktif, kamu di mana?” Andre Mallory : “Tolong hubungi saya.” Kenny lalu membalas pesan singka Andre melalui typing, Kenny : “Maaf, Andre baru balas, aku kemarin sengaja tidak mengaktifkan ponsel, karena istirahat full.” Tidak butuh waktu lama ponselnya kembali bergetar “Andre calling” Kenny menarik nafas panjang, ia menyibak bedcovernya ia melangkah menuju jendela, ia membuka gorden, ia melihat matahari begitu menyilaukan. Kenny menggeser tombol hijau pada layar, dan ia letakan ponsel itu ditelinga kirinya. “Iya, Ndre?” Ucap Kenny, ia mengambil botol air mineralnya di nakas, ia membuka tutup botol itu, ia meraba permukaan botol itu terasa dingin karena AC, lalu diteguknya air itu. “Ya, Tuhan. Akhirnya aku bisa menghubungi kamu.” Kenny duduk di kursi, “Maaf ya, Ndre. Kemarin aku sengaja nggak aktifin ponsel aku, karena memang mau full istirahat.” “Iya nggak apa-apa Kenny. Kamu lagi apa sekarang?” “Aku baru bangun tidur. Kamu lagi apa?” “Aku lagi di rumah, baru aja selesai brunch.” “Rumah sendiri?” “Iya, tapi sekarang lagi di rumah orang tua, biasa lah nyempetin waktu ngobrol sama papa dan mama, qulity time sama keluarga. Ada adik aku juga baru pulang dari Sydney.” “Oiya, bagaimana jawaban kamu,” Tanya Andre, jawaban itu lah yang ditunggu olehnya. Andre tahu bahwa cewek adalah makhluk misterius , jawaban mereka tidak mudah ditebak. Apa ia kemarin kurang berwibawa, tenang dan kalem. Ia tahu bagaimana memperlakukan wanita, Kenny itu bukan cewek yang defensive atau cewek yang suka skinship, ia tidak memegang apapun ketika menembak kemarin. Karena ia tahu bahwa dengan cara tidak memegang Kenny, akan menunjukan kesungguhan dan menghargainya sebagai wanita. “Hemm.” “Kenny? Tolong beri saya jawaban.” “Aku boleh tanya nggak?” “Tanya apa?” “Apa yang membuat kamu tertarik sama aku?” “Kalau cinta apa butuh alasan, Ken?” Andre balik bertanya. Kenny mencoba berpikir, ia tahu bahwa Andre pasti menanyakan hal ini kepadanya, sebenarnya Andre itu tidak buruk menurutnya. Jika di suruh memilih Andre dan Eros, tentu saja Andre lebih baik dari pada Eros yang berstatus duda. Andre statusnya jelas, masih single dan umurnya juga lebih muda dari Eros. Kenny tahu bahwa cinta itu sebenarnya hasil investasi dari kedua belah pihak. Jika hanya sekedar dekat dengan gebetan belum tentu cinta. Jika dua orang saling menyukai, maka mereka akan sama-sama berusaha saling mendekat, bila usaha itu rutin dilakukan terus menerus, perasaan suka itu berkembang menjadi cinta. Banyak sekali defenisi tentang cinta, “cinta itu adalah pengorbanan” atau “cinta adalah apa yang dirasakan di hati” sebenarnya itu tidak salah, bila ia sudah berpacaran lama dengan seorang pria. “Andre.” “Iya.” “Apa nggak terlalu cepet kita pacaran?” Tanya Kenny lagi. “Enggak Kenny, ini udah waktu yang tepat kita pacaran, kita juga udah saling mengenal satu sama lain.” Kenny berpikir beberapa detik, ia sebenarnya tidak ingin mengecewakan Andre karena pria itu sangat baik kepadanya, namun entahlah Eros lebih medominasi hatinya. Jika ia jalani maka, akan menyakiti Andre. Ini pilihan yang sulit menurutnya. Jujur Ia takut mengkhianati Andre, dan ia khawatir bahwa Eros bersikap lebih posesif darinya, maka mental dan pisikisnya terganggu. Ia ingin memiliki hubungan yang santai, jika ia sudah berkomitmen maka ia akan menjadi hubungan itu dan tidak akan mengecewakannya. “Andre, aku mintaan maaf, aku bukannya nolak kamu. Namun aku maunya kita seperti ini aja?” Ucap Kenny. “Maksudnya, Ken?” “Aku masih ingin sendiri, Ndre. Aku masih menikmati kesendiriaan aku. Tapi aku juga nggak nolak kok, kalau kamu ajak jalan, tolong jangan pacaran.” “Kamu mau hubungan kita tanpa status?” “Cuma aku masih ragu, Ndre. Kesannya terlalu buru-buru kalau kita pacaran,” Kenny menjelaskan kepada Andre, ia masih memikirkan perkataanya. “Tapi Ken …” “Andre …” “Apa kamu menolakku karena kamu sekarang tahu statusku, I have a company?” “Enggak Ndre, bukan itu alasannya, aku ingin kita lebih intens lagi. Semoga kamu mengerti maksudku.” Andre sebenarnya tidak terima bahwa Kenny menolak cintanya, “Bisa kita ketemu?” Tanya Andre. “Kapan?” “Malam ini.” “Jam berapa?” “Jam delapan, i still miss you,” ucap Andre. “Yes, I'm waiting, tonight.” Kenny mematikan sambungan telfonnya, jujur ia juga tidak bisa menjalin hubungan dengan pria yang tidak memiliki rasa, ia juga tidak ingin memiliki banyak konflik dalam hidupnya seperti kehidupan Eros. Menurutnya pacaran itu sebuah fase di mana seseorang yang dianggap sebagai pasangan hidup, ia juga bukan wanita yang ingin buru-buru menikah. Fase pacaran itu sebenarnya penting, karena itu tahap pengenalan semakin dalam dan sebagai pasangan hidup yang lama. Namun itu juga bisa menjatuhkan seseorang, bisa memabukan dan membuat orang kehilangan akal sehat. Kenny lalu masuk ke dalam kamar mandi, ia sangat berdosa sekali menolak cinta Andre, apa yang telah ia lakukannya sebenarnya. Ia perlu mandi air hangat untuk menjernikan pikirannya. *** Setelahh mandi Kenny membuka lemarinya, ia mengambil celana pendek jins dan kaos crop berwarna putih tanpa lengan. Kenny melihat penampilannya di cermin, ia juga memasang kalung rantai dilehernya, agar tidak terlalu sepi. Ia teringat bahwa Eros sebentar lagi akan menjemputnya untuk makan siang bersama. Kenny menyapu makeup pada wajahnya, sebenarnya ia masih ingin tiduran di kamar membunuh waktu hanya scroll-scroll ponsel sambil mendengar lagu-lagu favorite nya. Namun Eros mengajaknya makan siang, tanpa ingin ditolak. Kenny mengoles lipstick berwarna nude di bibirnya, ia melihat penampilannya tidak ada kekurangan apapun. Perutnya juga sudah berdemo tidak di isi. “Eros calling.” Kenny lalu menggeser tombol hijau pada layar, ia meletakan ponsel itu di telinga. “Iya, Eros.” “Aku udah di bawah, kamu di mana?” Tanya Eros. “Oke, aku ke bawah,” ucap Kenny. Kenny mengambil tas Furla nya, ia menatap ke dalam tas, alat makeup dan dompetnya nya masih utuh di sana. Ia teringat bahwa kemarin ia tidak membuka dompetnya seharian, karena di aplikasi gojek dan Ovo nya selalu terisi saldo. Ia memang jarang menggunakan uang tunai selama ini. Kenny meraih dompetnya, ia membuka dompet itu karena rasanya dompetnya sedikit lebih gemuk dari biasanya. Kenny membuka dompet itu ia melihat ke dalam, Kenny seketika menutup mulutnya dengan tangan. Tiba-tiba di dalamnya banyak terdapat uang seratus ribuan, padahal terakhir ia lihat uang seratus ribuannya hanya dua lembar. Kini jumlahnya sangat banyak, Kenny menghitung jumlah uang yang berada di sana, terdapat duapuluh dua lembar, berarti punya nya dua lembar dan dua puluh lembar milik orang lain. Kenny mencoba mengingat, siapa yang memasukan uang itu ke dalam dompetnya, apa itu Eros? Kenny memasukan dompet itu kembali. Ia mengambil sepatu flat nya berwarna putih, karena ia ingin mengistirahatkan kakinya, tanpa menggunakan heels. Kenny mematikan AC dan turun ke bahwa. Kenny melihat kamar Rubi masih gelap, ia yakin Rubi di rumah sakit. Kenny menuruni tangga, ia memandang mobil Eros berada di depan pagar gedung kost nya. Kenny melangkah mendekati pria yang membuka power window mobil itu. Pria itu mengenakan kaos berwarna hitam dengan kaca mata hitam bertengger di hidungnya. Pria tampan itu adalah Eros, sedetik kemudian pria itu melepas kaca matanya, pandangan mereka seketika bertemu. Eros memandang penampilan Kenny, jujur dia sangat cantik, mengenakan celana pendek jins dan kaos putih tanpa lengan berwarna putih. Looknya sangat cantik, dia terilihat sangat segar, kulit putih itu sepertinya sengaja dipertontonkan dengan khalayak ramai. Rambut panjangnya terurai, aroma bunga peony tercium di hidungnya. “Hai,” ucap Eros. “Hai, juga,” ucap Kenny. Eros mendekati Kenny lalu ia memeluk tubuh ramping itu, tidak lupa ia berikan kecupan pada puncak kepalanya. “Kamu cantik banget hari ini.” “Thank you.” Eros melepas pelukannya, ia membuka pintu untuk Kenny. Kenny mendaratkan pantatnya di kursi tidak lupa ia pasang sabuk pengaman. Semenit kemudian mobil Eros meninggalkan area gedung kost. Eros melirik Kenny wanita itu bersandar di kursi dengan tenang. Kenny melirik Eros, pria itu memanuver mobil tangan kanannya di setir dan tangan kiri menghidupkan audio. Ia memperhatikan jarak antara motor dan mobil di hadapannya. “Mau lunch di mana?” Tanya Kenny. “Makan di Loewy aja ya.” Kenny mengangguk, “Iya.” “Why? Kemarin seharian nggak aktifin nomor ponsel kamu?” Tanya Eros penasaran. “Aku istirahat Eros, enggak ada maksud apa-apa.” Eros menoleh memandang Kenny, “Apa kemarin aku menyakiti kamu? Sehingga kamu nggak mau berhubungan dengan aku lagi,” ucap Eros tampak cemas. Kenny menahan tawa, “Ya, nggak lah. Seriusan aku cuma mau istirahat, enggak ada maksud apa-apa.” “Oh, God. Mendengar itu aku merasa lega. Aku frustasi kamarin, takutnya menyakiti kamu.” “Oiya, kamu masukin uang ke dompet aku?” Eros mengangguk, “Iya.” “Kenapa?” “Ya, karena aku lihat dompet kamu uangnya nggak ada, jadi aku tambahin.” “Itu ada 200 ribu kok.” Eros tertawa, ia mengelus puncak kepala Kenny, “Apa salahnya sih berbagi sama kamu. Uang aku nggak akan habis hanya memberi kamu uang segitu.” “Duh, sombongnya.” “Besok kamu ke mana?” Tanya Eros. “Ibadah.” “Kamu sering ibadah?” Kenny mengangguk, “Selalu inget sih, kalau nggak ibadah mama dan papa aku bakalan ngomel sepanjang hari,” ucap Kenny terkekeh. “Mau Ibadan bareng besok?” Kenny mengangguk, “Boleh. Kamu sering ibadah?” Tanya Kenny penasaran. “Jarang sih, terakhir tahun lalu waktu pemberkatan nikah.” “OMG, selama itu?” “Jujur nih ya, aku bukan pria religius, Kenny. Tapi besok aku temenin kamu ibadah.” “Ya ampun, jadi kamu ibadah cuma nemenin aku doang.” Eros tertawa ia memandang Kenny, “Ya, nggak. Aku ikut ibadah juga lah. Aku inget Tuhan.” “Dasar ya, kamu.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN