bc

KEKASIH GELAP CEO

book_age18+
10.4K
IKUTI
89.4K
BACA
playboy
badboy
goodgirl
CEO
boss
billionairess
sweet
bxg
suger daddy
office/work place
like
intro-logo
Uraian

21+ Bijaklah dalam memilih bacaan

Di bawah umur menyingkir

Free Koin

“Sudah ingat saya?” Ucap Eros, memandang wajah cantik tanpa sapuan makeup itu. Tapi malam ketika wanita itu tertidur ia membersihkan wajahnya dengan handuk dengan penuh hati-hati.

“Eros?” Ucap Kenny pelan.

Eros mengangguk, “Iya saya Eros, sahabatnya Victor.”

“Ingat kan apa yang kita lakuin tadi malam,” ucapnya lagi.

Kenny mulai berpikir, “Kita ngelakuin apa?” ucap Kenny pelan, ia memasang wajah polos seolah seperti anak bayi yang tidak tahu apa-apa. Apa pertanyaan itu bisa membuatnya lugu? Sepertinya tidak, justru ia terlihat liar.

Eros menyungging senyum dan ia lalu berdiri, “Tadi malam kita bercinta,” ucapnya mengambil boxer di lemari. Pria itu menarik handuknya dan seketika Kenny memalingkan wajahnya agar tidak melihat apa yang telah dilakukan Eros.

Kenny memalingkan wajahnya dan mengintip sebentar memastikan bahwa pria itu sudah mengenakan boxer. Ia merasa lega bahwa pria itu sudah mengenakannya. Kenny melihat Eros juga mengenakan kaos putih.

“Sebenarnya saya nggak percaya kamu bisa seliar itu. Awalnya saya hanya ingin menyelamatkkan kamu sementara. Karena saya nggak tau kamu tinggal di mana, jadi saya memutuskan membawa kamu ke hotel. Tapi sampai di kamar hotel, kamu sadar dan kamu mencium saya. Dan you know terjadilah, saya yakin kamu ingat kejadian itu,” ucap Eros menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya dan Kenny.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
HAPPY READING *** Kenny memegang kepala dan perlahan membuka matanya. Ia memperhatikan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia mencoba mengingat, seumur hidupnya ia belum pernah membeli selimut berwarna putih, apalagi tempat tidur berukuran king size seperti ini. Kenny menatap disekelilingnya, di hadapannya terdapat TV flat berukuran besar, di sebelah kiri jendela terbentang besar dengan gorden berwarna coklat keemasan. Dan karpet berwarna senada. Di dekat jendela terdapat terdapat sofa berwarna abu-abu dan sebuah meja kerja yang terbuat dari kayu jati di atasnya terdapat leptop yang setengah terbuka. Ruangan ini sangat terang dan memiliki pencahayaan yang sangat baik. Ia melihat standing lamp yang berada di sisi tempat tidur. Di atas tempat tidur terdapat lukisan estetik yang membuat kamar ini terlihat sangat elegan. Kenny perlahan mengangkat kepalanya dari atas bantal, seketika ia tersadar bahwa tidak mengenakan apapun di balik bed cover. Kenny dengan cepat menarik selimut itu hingga ke dagu. Ia hampir memekik bahwa sekarang ia berada di kamar hotel mewah yang dalam keadaan polos tidak berpakaian. Sekarang ia mengubah posisinya menjadi duduk, ia membiarkan kepalanya yang berat dan kerongkongannya yang kering, ia hanya bisa menelan ludah. Kenny mencoba mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya tadi malam. Tadi malam ia pergi ke Fable bersama Victor dan Ova. Dirinya berada di ruangan gelap dengan lampu gemerlap, ia menegak brandy. Ia tidak tahu berapa gelas brandy yang ia tegak pada malam itu dan ia juga mengingat bahwa ia menyesap apple martini. Omaigat, ia tidak tahu berapa banyak alkohol yang ia teguk, ia harusnya tahu bahwa brandy memang memiliki alkohol yang tinggi yang bisa membuat siapapun mabuk. Sampai ia terbangun di kamar hotel yang tidak ketahui siapa pemiliknya. “Oh Jesus,” Kenny menutup wajahnya dengan tangan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia mendengar suara keran mengalir dari wastafel. Kenny menyadari lagi bahwa ia tidak sendiri di kamar ini. Kenny memejamkkan mata, ia menarik nafas beberapa kali agar ia tidak panik. Kenny berharap yang di dalam kamar mandi itu adalah Ova sahabatnya, karena ia yakin Ova tidak akan meninggalkan seorang diri di bar. Namun ia mengingat bahwa Ova juga menegak brandy bersamanya, ia yakin Ova juga mabuk, karena setahu dirinya bahwa ia lebih oke minum dari pada Ova. Kenny yakin yang di dalam kamar mandi itu bukanlah Ova, ia memandang sepatu kulit berwarna hitam di sebelah kiri dekat dinding, sudah jelas bahwa pemilik sepatuh itu adalah milik seorang laki-laki. Dan ia juga menemukan high heelsnya di sana bersanding dengan sepatu itu. Ia juga menemukan sebotol brandy di atas meja. Ia hampir saja memekik, bahwa semalam ia berkenalan dengan seorang pria bernama Eros. Ia yakin dirinya sedang bersama pria itu. Kenny sadar bahwa tidak ada bunyi suara keran mengalir ia, mendengar suara berat seorang pria yang sedang merenggangkan otot tubuh. Kenny mengambil bantal dan menaruh bantal itu di atas tubuhnya di balik selimut. Hanya bantal itulah seolah-olah yang bisa menyelamatkannya. Kenny menelan ludah ia memandang seorang pria dia bertelanjang d**a, dia baru tahu ternyata pria itu memiliki tubuh bidang, kulit exotis, dan d**a memilik bentuk kotak-kotak. Otot bisepnya terlihat jelas pada lengannya, dia mengenakan handuk yang melingkar di pinggang. Bibir pria itu terangkat namun tidak sedang tersenyum. Dia memiliki wajah yang membuat siapapun melihatnya berlari mengejar dan memeluknya. “Sudah bangun?” Kenny terdiam sejenak mencerna kata-kata itu, “I …ya udah,” ucap Kenny pelan. Kenny sadar bahwa pria itu bertelanjang, hanya handuk yang menggantung rendah di pinggangnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia berani menarik handuk itu. Apakah mereka bercinta lagi? Oh Tuhan, bercinta lagi? Kenapa bercinta lagi tiba-tiba ada dalam pikirannya. Apa tadi malam mereka melakukan hubungan intim? Kenny mencoba berpikir lebih keras, apa tadi malam ia bercinta dengan laki-laki itu? Kenny mengumpat, tiba-tiba ia teringat, bahwa tadi malam ia mencium pria itu dengan penuh nafsu dan membuka kemeja Eros. Ia masih teringat bagaimana ia terengah-engah ketika pria itu menghujaminya penuh gairah. Kenny hanya bisa diam mematung menatap pria yang mendekatinya. Otaknya seketika tidak bisa berpikir jernih, ia seketika teringat apa yang telah terjadi pada mereka berdua tadi malam hingga ia tertidur lelap karena terpuaskan. “Sudah ingat saya?” Ucap Eros, memandang wajah cantik tanpa sapuan makeup itu. Tapi malam ketika wanita itu tertidur ia membersihkan wajahnya dengan handuk dengan penuh hati-hati. “Eros?” Ucap Kenny pelan. Eros mengangguk, “Iya saya Eros, sahabatnya Victor.” “Ingat kan apa yang kita lakuin tadi malam,” ucapnya lagi. Kenny mulai berpikir, “Kita ngelakuin apa?” ucap Kenny pelan, ia memasang wajah polos seolah seperti anak bayi yang tidak tahu apa-apa. Apa pertanyaan itu bisa membuatnya lugu? Sepertinya tidak, justru ia terlihat liar. Eros menyungging senyum dan ia lalu berdiri, “Tadi malam kita bercinta,” ucapnya mengambil boxer di lemari. Pria itu menarik handuknya dan seketika Kenny memalingkan wajahnya agar tidak melihat apa yang telah dilakukan Eros. Kenny memalingkan wajahnya dan mengintip sebentar memastikan bahwa pria itu sudah mengenakan boxer. Ia merasa lega bahwa pria itu sudah mengenakannya. Kenny melihat Eros juga mengenakan kaos putih. “Sebenarnya saya nggak percaya kamu bisa seliar itu. Awalnya saya hanya ingin menyelamatkkan kamu sementara. Karena saya nggak tau kamu tinggal di mana, jadi saya memutuskan membawa kamu ke hotel. Tapi sampai di kamar hotel, kamu sadar dan kamu mencium saya. Dan you know terjadilah, saya yakin kamu ingat kejadian itu,” ucap Eros menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya dan Kenny. Kenny tidak tahu ia harus senang atau tidak bahwa Eros menyematkan kata liar pada dirinya. Apa ia harus mengatakan bahwa ia tadi malam sedang mabuk, bahwa orang mabuk sering melakukan hal yang tidak waras dan wajar itu terjadi. “Tadi malam saya sebenarnya speechlees ada wanita yang berani minum brandy.” “Saya penasaran sama kamu. Apa kamu sering ke club?” Tanya Eros memandang Kenny yang hanya diam mematung di tempat. Kenny kembali menelan ludah, ia menatap Eros mengenakan celana jins. Kennya menggigit bibir bawahnya, “Saya hanya ke club bersama Ova,” ucap Kenny pelan. Kenny mengusap wajahnya dengan tangan, ia mencari keberadaan ponselnya. Ia melihat ponselnya berada di meja sehingga ia sulit menggampainya, ia tidak akan memperlihatkan tubuh polosnya kepada pria itu hanya karena ingin mengambil ponsel. “Kamu kerja di bank?” “Iya, kok tau?” “Tapi malam saya melihat wallpaper ponsel kamu, di sana kamu selfie mengenakan sergam berwarna biru dan terlihat nametag dan tertera nama kamu dengan jelas.” “Owh.” “Tapi kamu tenang saja, saya tidak membuka isi ponsel kamu. Saya tidak akan selancang itu.” “Iya.” Kenny menatap Eros, “Ini jam berapa?” Tanya Kenny. Ia tidak mempermasalahkan tentang mereka telah melakukan hubungan intim tadi malam. Karena itu sudah terjadi tidak bisa ia cegah lagi. Ia juga tidak akan berpura-pura menjadi wanita alim yang tidak pernah merasakan tidur dengan seorang pria. Eros melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 10.10 menit. “Sekarang jam sepuluh.” Mereka mendengar suara ketukan dari balik pintu, otomatis Eros menatap ke arah pintu. “Itu mungkin sarapan kita,” ucap Eros. Eros melangkah menuju pintu utama dan membuka hendel, ia memandang waitress membawa troli berisi sarapannya lengkap untuk dua orang. Ia juga melihat waitress membawa paperbag hasil laundry. Eros tidak lupa mengucapkan terima kasih. Dan Eros membawa troli itu ke dalam kamar. Eros menyungging senyum menatap Kenny yang masih di posisi yang sama. Ia meletakan sarapan itu di atas meja. “Saya harus pulang,” ucap Kenny pada akhirnya. “Enggak usah buru-buru, ini hari Minggu, kamu juga nggak kerja.” Eros masuk ke dalam kamar mandi, ia mengambil handuk untuk Kenny dan lalu menyerahkannya. “Mandilah, setelah ini sarapan. Nanti saya antar kamu pulang.” Kenny mengambil handuk dari tangan Eros, ia menatap iris mata pria itu. Ia lalu melilit handuk itu ke tubuhnya, setelah itu ia keluar dari bedcover yang tadi telah menjeratnya, hingga tiidak bisa ke mana-mana. “Pakaian kamu sudah saya laundry,” ucap Eros. Kenny mengangguk, “Terima kasih,” hanya itu lah yang bisa ucapkan, selebihnya ia buntu tidak bisa berpikir jernih. Kenapa ia terlihat bodoh seperti ini. Kenny masuk ke dalam kamar mandi, ia perlu mandi air hangat agar ia berpikir jernih. Ia merutuki kekesalannya, kenapa ia bisa tidur dengan pria yang bukan siapa-siapanya. Ia hanya bisa mengumpat berkali-kali mengakui kebodohannya. *** Beberapa saat kemudian Kenny menyelesaikan ritual mandinya. Ia mengenakan pakaiannya di dalam kamar mandi, ia mencari keberadaan tas nya, ia yakin tas nya berada di luar. Kenny melangkah keluar dari kamar mandi Ia menatap Eros di sana, pria itu duduk di sofa sambil menatap ke arah layar persegi itu. Pandangan mereka bertemu beberapa detik. Kenny menarik nafas, “Tas saya mana?” Tanya Kenny, setelah menelusuri setiap bagian meja, namun ia tidak menemukan tasnya. “Ada di dalam lemari, di dekat tas kerja saya.” Kenny melangkah menuju lemari, ia mengambil tas nya di sana. Ia mengambil perlengkapan makeupnya, jujur sebagai wanita yang setiap harinya mengenakan full makeup. Jadi ia tidak terlalu PD jika tidak mengenakan makeup pada wajahnya. Tidak butuh waktu lama wajahnya sudah berhasil dengan sapuan makeup, walau tipis. Biasa rambutnya ia blow menggunakan alat catok, kini agak sedikit lepek, karena penunjangnya hanya sisir, namun ia membiarkan saja. “Saya sarapan di tempat saya aja, saya harus pulang,” ucap Kenny, ia memegang tas Furla nya. “Sini makan dulu sama saya,” ucap Eros. Kenny mencoba berpikir, justru ia melangkah maju mendekati pria yang mengenakan kaos putih itu. Lihatlah betapa tampannya pria itu, dia terlihat seperti pria blasteran. Mata elang, alis tebal, hidung mancung dan rahang yang tegas. Kenny menatap ke arah meja terdapat nasi goreng yang diatasnya terdapat telur mata sapi, buah-buahan lengkap, orange jus, teh hangat, aneka kue tradisional dan croissant, semua yang terbungkus rapi oleh plastic warpping. Kennya lalu duduk di sofa yang berbeda dengan Eros. Ia mencoba menenangkan hatinya, ia akan menganggap bahwa kejadian itu one night stand semata. Kenny mengambil cangkir berisi teh hangat itu dan menyesapnya. Jujur tenggorokannya kering karena ia terlalu banyak menegak brandy tadi malam. Perutnya juga ikut berdemo minta di isi, karena terakhir ia makan, kemarin siang bersama Ova di mall. “Kamu tinggal di mana?” Tanya Eros membuka topik pembicaraan, ia menyesap kopinya secara perlahan. “Di Slipi.” “Kost?” “Iya.” “Ngantornya di mana?” “Di KCU SCBD.” “Equity Tower itu ya?” Ucap Eros mencoba mengingat. “Iya.” “Enak nggak kerja di sana?” Tanya Eros, ia memasukan buah ke dalam mulutnya. “Yah lumayan sih, udah tiga tahun juga.” “Keryawan tetap?” “Belum masih kontrak. Nanti serangkaian seleksi lagi, kalau mau lanjut jadi karyawan tetap.” Eros mengangguk paham, untuk legalitas itu urusan HRD. Ia juga berkecimpung dunia perbankan karena di warisi oleh orang tuanya, namun itu sudah berdiri sejak lama maka ia akan menyesuaikan saja. Jika ada inovasi baru maka ia akan turun tangan, dan mengadakan meeting terbuka kepada dewan direksi dan direktur pendamping. “Kerja pulang malam terus?” Kenny mengangguk, “Iya lumayan.” Eros menyesap kopinya secara perlahan, ia memandang wajah cantik Kenny cukup serius, “Kerja di bank saya mau?” ucap Eros. Mata Kenny terbelalak, ia hampir shock mendengar bahwa pria itu memiliki bank, untung saja ia tidak tremor saat ia memegang cankir. Ia lalu meletakan cangkir itu meja, “Bank apa?” “Mayapadi kantor pusatnya di Menara Topas, Thamrin, Jakarta Pusat, ownernya papa saya. Jabatan saya di sana president direktur atau chief executive officer di sana. Kamu pasti ngerti structural jabatan. Tapi saya jarang ngantor sih, kecuali ada beberapa hal yang saya kerjakan di sana atau ada innovasi baru, misalnya peluncuran aplikasi baru yang akan dikembangkan.” Jantung Kenny berdegup kencang mendengar bahwa pria itu adalah CEO dari Mayapadi Group. Oh God, benar kata Ova bahwa konglemerat itu temannya sama konglemerat juga. Mereka circle di situ-situ saja, pantas saja yang kaya maka semakin kaya. Mereka saling menunjang dan menguntungkan satu sama lain. Walau begitu mereka adalah aset negara membantu perkonomian di negara ini. Jujur baru kali ini ia mengenal seorang pria berstatus pemilik dari bank. Entah ini anugrah atau apes, ia bisa masuk ke circle ini, bahkan ia bercinta dengan pria itu tadi malam. Lama terdiam Kenny menenangkan debaran jantungnya, apa mainnya terlalu jauh hingga ia terdampar di sini. Kenny tidak bertanya lagi, ia mengambil piring berisi nasi goreng, ia makan dalam diam. Ia sebenarnya bingung akan berkata apa, karena terlalu shock. Setelah makan ia akan langsung pulang stop berhayal menjadi pendamping President direktur. “Ada yang ingin kamu tanyakan? Kepada saya?” Tanya Eros. “Ah enggak ada, udah cukup, saya sudah paham,” Kenny memasukan nasi goreng itu ke dalam mulutnya. Eros menyungging senyum, “Thank’s for last night. Saya suka style kamu di ranjang.” Kenny hanya terdiam, ia menggigit bibir bawahnya, “Iya sama-sama,” ucap Kenny, hanya itu yang bisa jawab. Harusnya tidak perlu mengucapkan terima kasih ketika terjadi one night stand dan tidak perlu membahasnya lagi. Lebih baik lupakan saja apa yang terjadi. “Saya harap pertemuan ini, akan ada pertemuan-pertemuan selanjutnya.” “Eh!” “Habisin makanan kamu. Saya akan antar kamu pulang.” ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
146.6K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
282.6K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
148.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
205.0K
bc

TERNODA

read
191.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook